Mereka semua berkumpul di lapangan utama untuk mendapat pengarahan dari kakak pembimbing dengan seksama.
"Setelah ini kalian akan ada kegiatan outbond. Outbond ini per tim pastinya. Ada 4 permainan. Setiap permainan diisi oleh 2 kelompok. Giliran sesuai urutan kelompok kalian," terang kak Gavin seraya meluaskan pandangan ke semua peserta. "Ok, apa ada yang ditanyakan?"
"Berapa lama kita di satu permainan Kak?" tanya Kak Halbert.
Kakak kelasnya itu hanya bertanya, tapi Leora menahan senyum yang hendak mengembang. Hatinya berdetak tak seperti biasa. Sikapnya membuat menggerutu dalam hati.
Cih! Ngapain jadi salting, kan dia cuma nanya.
"Pertanyaan bagus dari.., dari siapa mas namanya?" tanya Kak Garvin sebelum melanjutkan perkataannya.
"Halbert" jawab sang kakak kelas.
"Nama yang keren!" ada jeda. "Ok, saya akan menjawab pertanyaan dari Halbert. Setiap permainan akan diberi waktu 15 menit. Jadi gunakan kesempatan itu sebaik mungkin agar bisa meraih juara tim!" seru Kak Garvin yang disambut jawaban "Oh" dari semua peserta.
Tak perlu lama, outbond dimulai. "Tim 1 & 2 ke permainan 1, Tim 3 & 4 ke permainan 2, Tim 5 & 6 ke permainan 3, Tim 7 & 8 ke permainan 4. Ayo segera!" pinta Kak Vero.
Tim Leora segera beranjak ke permainan dua karena mereka tim 4. Berjalan santai sambil diselingi sedikit perbincangan. Sekitar 1 menit, mereka sampai di permainan yang tak familiar bagi mereka.
"Ada pingpong, gelas, air…. Ngapain nih kita?" tanya Kak Halbert.
"Main lempar pingpong mungkin!" ucap Kak Pablo ngasal.
"Kalo iya bakal aku lempar paling keras ke kamu!" ujar Kak Aria–pacar Kak Pablo.
"Dih kamu kasar!" pekik Kak Pablo sambil mendorong tubuh ceweknya itu pelan. Kak Aria hanya tersenyum menang.
"Mohon perhatiannya semua! Disini kita akan bermain bersama saya Kak Dicky. Nama permainan ini adalah estafet pingpong gelas." Kak Dicky lanjut menerangkan.
Permainan dimulai saat Kak Dicky meniup peluit.
Pingpong diletakkan pada atas gelas pertama yang penuh berisi air. Pemain harus bergantian meniup pingpong ke gelas selanjutnya dan menuang air pada gelas pertama. Jika bola jatuh, permainan diulang dari awal.
Mereka serius mengikuti permainan. Perlawanan tim 3 & 4 cukup sengit. Kak Halbert selaku ketua selalu memberikan teriakan kencangnya untuk menyemangati. Tak hanya Kak Halbert, tapi semua anggota tim menyoraki.
Tak terasa 15 menit telah usai. Kelompok lawan lebih unggul.
"Yahh kalah…" ucap Erma lemas.
"Gapapa. Ayo lebih semangat di permainan selanjutnya!" ucap Kak Fanie.
Mereka bergegas menuju permainan 3 setelah arahan dari kakak pembimbing.
"Tadi kalo si Hela lebih sat set lagi bisa menang kita!" seru Erma sambil tersenyum miring. Ia berkacak pinggang.
"Lah. Udah cepet tadi, cuma gak hoki aja." Hela memelas.
"Cheryl tuh yang paling lemot," seru Cassi seraya berkacak pinggang.
"Lah Cheryl biasa aja. Sewot amat!" Bela Erma seraya menepuk pundak Cheryl.
Padahal, pada nyatanya si Cheryl yang bikin kelompok ini kalah. Ia bermain dengan lambat dan bermalas-malasan.
"Tapi Hela masih lumayan cepet daripada Fay!" ejek Kak Aria sambil menjulurkan lidahnya.
"Gak usah nyenggol - nyenggol gue kalo gak mau pulang tinggal nama!" balas Fay seraya ingin mendorong tubuh Kak Aria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...