<15> First date

13 4 0
                                    

Bagas menyenggol lengan Tya dan langsung paham karena ini sudah waktunya. 

"Maaf Bu. Foto itu saya ambil kemarin pagi menggunakan kamera. Kan di sekolah boleh membawa kamera? Ya kann??" tanya Tya yang direspon anggukan oleh Bu Fendi.

"Nah .... Setelah saya foto, sepulang sekolah saya kirim ke handphone, lalu posting ke instagram. Saya gak tau kalau wifi lagi error. Pagi hari ini baru bisa, tapi lemott banget. Jadi saya posting ulang, persis banget sebelum berangkat ke sekolah," Tya menjelaskan dengan tenang. 

Bu Feni menghela napas. "Kamu gak bohong kan?" Pikirannya penuh tanda tanya. Menatap mata keduanya bergantian. 

"Saya jujur sejujur jujurnya kok Bu," ucap Tya sambil mengangkat tangannya membentuk huruf V sambil nyengir. 

"Baiklah. Lain kali jangan membuat orang salah paham. Maaf Ibu yang salah telah menuduh kalian." Bu Feni menatap nyalang tepat pada mata Bagas. "Kamu dan teman-temanmu tidak pernah melanggar peraturan ini kan? Kalau sampai melanggar, kamu yang saya hukum paling berat!" ancam guru BK. 

"Aman …. Yasudah saya balik ke kelas ya Bu! Mau menimba ilmu dengan baik," jawab Bagas sambil menyalimi tangan guru.

Dengan senyum kemenangan mereka melangkah menuju basecamp. Ya masa ke kelas? Gak mungkin. 

Setibanya di tempat, semua orang kompak mengerutkan kening.

"Kalian abis di panggil BK bukannya takut, sedih, nangis malah nyengir," cibir Zell keheranan.

"Lah Zell?" Tya terperanjat melihat satu temannya yang seperti makhluk gaib. 

"Tadi dia yang minta ikut gue." Deo memberi tau. 

–Setelah Bagas dan Tya meninggalkan kelas, menyisakan Zell dan Deo–

"Mereka kenapa?" tanya Zell sambil mengangkat alis. 

"Kepo," jawab Deo singkat sambil beranjak dari duduknya. 

Zell beranjak, kemudian menarik tangan Deo membuatnya berhenti. "Kemana?" 

"Biasa," jawab Deo singkat sambil menunjuk arah basecamp.

"Gue ikut." Zell memutuskan sepihak. 

Deo menghela napas kasar. "Jangan!" 

Zell mengerucutkan bibir. "Lo selalu gak ngebolehin gue ikut. Kenapa sih?" ada jeda untuk Zell menghela napas. "Tya sahabat gue. Kalo emang ada apa-apa sama dia, lo ngomong ke gue sekarang, biar gak ikut ke basecamp." Zell mengangkat dagu dan bersedekap.

"Gue gak tau yang sebenarnya gimana. Makannya gue mau ke basecamp," jawab Deo sambil berjalan menuju rak sepatu. 

"Boong pasti," tuduh Zell seraya mendorong tubuh Deo dari belakang.

Deo menjentikkan jari depan wajah Zell dan berkata, "Woi! Lo tadi lihat sendiri kan Bagas tiba-tiba ngasih benda itu ke gue tanpa sepatah kata pun?" Zell mengangguk. 

"Nah itu. Gue mau cari info dari basecamp." Deo menghela napas kasar. "Yaudah boleh ikut. Ayo!" ajak Deo sambil menggamit jari kelingking Zell. Zell melompat kegirangan.

–Kembali ke basecamp–

"Ooh gitu. Gue gak kenapa-napa kok," jawab Tya enteng. 

"Pala lo! Gue deg-degan nungguin di sini," gertak Deo sambil mendorong tubuh Tya pelan. 

"Buru cerita!" pinta Eron. 

Bagas melakukan tugasnya. Mereka semua menyimak cerita itu dengan serius. 

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang