Maaf kalau jadwal up nya agak berantakan. Lagi sibuk banget sekolah. Lagi ruwet 😔🙏🏻
Semoga part ini feel serunya nyambe ke kalian ya!!
────
"Serius amat. Ngapain lo berdua?" tanya Ronan yang tiba-tiba datang. Ia menoleh bergantian pada dua sejoli itu.
"Kepo!" seru Tya dengan tatapan tajam.
Ronan hanya merespon dengan mengedikkan bahu."Udah deh gak usah ikut campur!" Deo mendorong tubuh Ronan dengan cukup keras.
Ronan berjalan mendekat. "Abisnya lo gak-" ucapannya tersela.
"Ya, entar gue ikut kumpul. Udah sana!" Deo memberi gesture mengusir. Ronan menyernyitkan mata melihat keduanya yang menimbulkan kecurigaan, lalu beranjak pergi.
Tya merengut dan menatap kosong pohon di depannya. Ia menghela napas.
"Ok lanjut!" Deo menatap Tya dengan senyum sumringah. "Gimana?"
"Ogah!" jawab Tya singkat sambil menyilangkan kedua tangan dan membelakangi Deo.
"Lah ngambek?" ucap Deo sambil menaikkan satu alis.
"Menurut lo?" tanya Tya nyalang. Ia masih tetap konsisten berdiri membelakangi Deo.
"Gemes amat kalo ngambek!" Deo beralih di depan wajah Tya dan menyunggingkan senyum gemas. Wajah Tya memerah. Ia menahan sudut bibirnya agar tidak terangkat.
"Fix udah kejawab!" Deo menjentikkan jari tepat di depan muka Tya dan mengangkat dagu.
"Apa?" tanya Tya dengan wajah menantang. Ia berkacak pinggang.
"Ya!" Deo mengangkat alisnya. Ia berhasil memecahkan teori yang susah ditebak dari perempuan.
"Ihihi! Lucunya!" Tya tersenyum lebar seraya menggoyangkan tubuh Deo.
"Kamu lebih lucu," puji Deo dengan senyum manis yang membuat Tya tersipu malu.
"Kantin?" tawar Deo. Tanpa pikir panjang, Tya langsung mengangguk dan menggandeng tangan kiri Deo.
Dengan hati yang berbunga, mereka berdua berjalan menuju kantin. Sesekali gandengan itu lepas karena mendengar suara langkah kaki guru--takut ketahuan.
────
Siang ini, kantin seperti pasar. Sangat tak beraturan dan sesak. Tya dan Deo membulatkan matanya sempurna. Ini tidak seperti biasanya.
"Aku mau bakso!" seru Tya dengan suara yang keras karena takut kalah dengan suara keramaian.
"Yaudah duduk dulu sana. Aku pesenin," ujar Deo sambil mengelus puncak kepala Tya.
"Okey!" Tya kegirangan. Ia beralih mendekati kursi pojok yang ditunjuk Deo. Untung saja masih ada kursi kosong yang pas untuk berdua.
"Silahkan tuan putri!" seru Deo datang setelah beberapa menit Tya menunggu.
"Wahh enaknya!" mata Tya berbinar. Sepersekian detik, ia terdiam berkutat dengan pikirannya. "Kok kamu tau aku gak suka tahu?" tanya Tya sambil menyernyitkan dahi.
"Biasanya kalo kumpul, kamu beli bakso tanpa tahu," jawab Deo dengan lontaran senyum.
"Ooh iya lupa. Kita kan satu grub," ucap Tya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Yahh ..., dilupain." ujar Deo seraya menyenggol kaki Tya.
Hal ini membuat Tya terperanjat. Bakso yang sudah tepat di depan mulut harus terjatuh dan membuat kuah panas itu mengenai seragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...