HAI SEMUANYAA!
Maaf ya baru bisa update sekarang karena aku sibuk banget kegiatan sekolah ( >Д<;)
So, enjoy to this part 🤎
──── · · · ✧
"Zell sekelompok dengan Leora, Deo dan Bagas."
Nama yang disebut itu terperangah bersama. Tanpa aba-aba, mereka saling pandang. Sejurus kemudian, Zell mengalihkan pada Tya.
"Yahh, dipisah kita," ucap Zell sambil memegang punggung tangan Tya dengan raut sedih.
"Gak apa-apa Zell. Bisa pas gitu padahal di acak," kekeh Tya.
"Semoga lo ama Gisa d-" Belum juga mulut Zell menutup. Nama yang ia doakan terwujud.
"Tya sekelompok dengan Gisa, Rey, dan Thio."
"Cih! Kalo gak sekelompok sama pacar minimal gak sama si pengkhianat!" decih Tya pelan.
"Tya.. Gue tau gimana perasaan lo. Yang sabar ya, masih ada Gisa kok. Anggep dia cuma patung," ucap Zell sambil mengelus pundak Tya. Ia tersenyum meyakinkan.
"Segera berkumpul dengan kelompok masing - masing!" Sampailah mereka di titik kumpul sesuai kesepakatan kelompok–bangku yang ditempati.
"Kalian akan mengerjakan tugas matematika di lembaran yang akan saya berikan. Harus selesai hari ini!"
"Ketua kelas boleh minta tolong dibagi!" pinta guru sambil mengangkat segepok kertas.
Kelompok Zell menggerutu.
"Waduh soalnya banyak gak ya?" tanya Leora memicing melihat ketua kelas berjalan membagi kertas.
"Serem gini. Kalo susah gimana?" imbuh Deo sambil mengerutkan kening.
"Wah, biasanya kalo dibuat kelompok gini susahnya gak ngotak!" seru Bagas yang berhasil membuat ketiga temannya bergidik ngeri.
Saking tegangnya, mereka berempat terperanjat saat ketua kelas tiba-tiba ada di bangku mereka. "Selamat menikmati!" ucap ketua kelas sambil tersenyum meremehkan.
Kertas yang berada tepat di tengah bangku menjadi pusat perhatian. Mencerna sepuluh soal yang sangat menyebalkan bagi Leora karena berbentuk cerita. Ia susah memahaminya.
"Yaudahlah, langsung bagi tugas aja!" pinta Deo, lalu melengos. Ia bersandar menenangkan diri sejenak.
"Siapa mau dapet 3 soal?" tanya Leora sambil mengedarkan pandangan.
"Bagas ngerjain 4 juga sanggup," ucap Deo percaya diri. Orang yang disebut namanya sekarang bergaya sok keren.
"E-ee rada gak percaya sih gue," lirih Zell sambil menggaruk pelipis pelan.
"Gue ngerjain nomor 5,6,7,8." Bagas segera menorehkan sebuah tulisan pada buku tulisnya. "Nulis di kertas masing - masing kan?"
Zell dan Leora saling berpandangan, mereka mengangkat salah satu alis. Zell menginguti pandangan Leora pada Bagas. Mereka berdua tidak yakin akan tingkah terlalu percaya diri cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...