<25> Special

10 1 0
                                    

Tya tertohok. Membuatnya gagu seribu bahasa. Ia hanya bisa membulatkan matanya nenatap lekat netra coklat di hadapannya.

"HAH?!" Hanya ini stok perkataan dalam dirinya saat ini.

"Lo mintanya gitu kan?" tanya Deo dengan wajah serius.

"T-tapi..." Tya berkata dengan suara bergetar. Matanya memerah dan mulai terasa panas.

Deo terkekeh gemas mengacak rambut Tya. "Bercanda Tya ...." ucapnya lembut.

Tya mengerutkan kening dan bersedekap membelakangi Deo.

"Hadehh! Bisa gak sih kalau mau pacaran jangan disini?" sindir Leora dengan wajah malas.

"Bilang aja lo iri!" pekik Gisa sambil mendorong tubuh Leora.

Zell mendorong tubuh Leora ke lawan arah. "Tau. Gebet si Raksa sono!" godanya.

"HEH!" Leora memukul cukup keras tubuh Zell.

Keadaan menjadi semakin rusuh ketika...

"ORANGNYA LEWAT RA! PAS BANGET!" teriak Zell sambil menunjuk Raksa yang terlihat lewat dari pojok jendela.

"WOI RAKSA! DIC-" Leora segera membungkam Gisa yang hendak berkata aneh-aneh. Raksa menoleh dan tersenyum tipis.

"Apaan sih! Rusuh amat," Leora geram. Ia melemparkan tatapan nyalang pada kedua temannya dan beralih pada Raksa. Namun Raksa langsung menunduk.

"Anaknya salting Ra! Udah pacaran aja. Gue dukung 1000%!" seru Zell sambil menggoyang-goyang tubuh Leora.

"Gak ada yang mau pacaran. Gue mau jomblo sampe halal," pungkas Leora yang tidak dipercayai kedua temannya.

"Kalian ini malah ribut sendiri!" Tya menghentakan kakinya dan mendobrak meja. Kemudian ia pergi menjauhi ketiganya.

Perasaan kesalnya yang menumpuk, membuat Tya hanya bisa menghela napas panjang menatap kosong orang berlalu lalang di bawah. Bertopang dagu di sandaran jembatan perbatasan. Angin menerpa rambutnya yang menjuntai indah.

Ia acuh tak acuh pada seseorang yang sedari tadi berdiri mengajaknya bicara.

"Tya .... Maaf. Aku ngeselin banget ya?" tanyanya. "Aku minta maaf banget. Maaf ..."

"Aku harus ngapain biar kamu maafin? Terserah deh mau ngapain aja," ucap Deo pasrah. Wajahnya ditekuk.

"Putus," jawab Tya singkat.

Mata Deo membulat. "Jangan itu mulu ah dari tadi!" bantah Deo dengan kesal.

"Yaudah gak," jawab Tya tegas.

"Yes! Apa?" tanya Deo dengan mata yang berbinar menatap wajah Tya.

"Pikir aja sendiri. Pokoknya bikin gue seneng," pinta Tya seraya berlalu meninggalkan Deo yang gagu.

Apa yang bisa bikin dia seneng? Waduh, kalo dia minta yang mewah...


────

Deo merebahkan tubuhnya di kasur lembut berwarna coklat. Ia menatap langit-langit ruangan dengan pikirannya yang berkutat.

Mau gue ajak ngapain ya tuh anak?

Setelah sebuah ide telah muncul di otaknya, Deo segera meraih handphone yang ia rasa ada di nakas.

"Lah mana handphone gue?"

Ia beranjak duduk untuk melihat benda di atas nakas. Alangkah sial, benda yang ia cari tidak ada.

"Lah! Handphone gue dimanaa?

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang