Bunda menghela napas melihat kelakuan putrinya itu. "Yaudah kamu tunggu sini aja. Bunda belikan mie ayam nya. Cheryl juga?" Sudut bibir Bunda sudah bisa terangkat kembali.
"Gak Tante. Aku udah bawa bekal sendiri." Cheryl membalas senyuman itu.
"Loh, berarti kamu udah tau ada gladi bersih? Leora ko bisa gak tau?" tanya Bunda sambil mengerutkan kening.
"Dia kemarin gak cek grub kalau ada info baru. Katanya sibuk baca novel," jawab Cheryl dengan wajah mengejek melirik Leora.
Mata Bunda terbelalak. "Gini nih kalo udah kena buku. Besok tuh lebih teliti lagi!" Bunda mencubit pelan pipi kanan Leora. "Yaudah Bunda pergi dulu!"
Bunda mengendarai motor melesat jauh dari posisi Leora. Cheryl dan Leora memutuskan untuk menunggu di lobi.
────
Leora berangkat sekolah lebih pagi. Ia menyapa Cheryl yang datang bebarengan. Mereka menunggu di aula untuk bersiap. Di bawah sinar ultraviolet yang sehat, para calon anggota OSIS berdiri di depan peserta upacara lainnya. Dengan pakaian serba putih, mereka terlihat sangat gagah. Mereka meletakkan genggaman tangan kanannya pada dada bagian kiri sambil membaca ikrar selama nantinya menjabat.
Acara telah usai. Para peserta memberi mereka applause yang meriah. Mereka sudah resmi menjadi anggota OSIS. Sesuatu yang Leora inginkan. Suasana hangat penuh kebahagiaan memenuhi atmosfer.
Mereka semua merasa lega karena acara yang sedikit sakral ini berhasil. Setelah semua peserta upacara bubar, mereka berkumpul untuk mengabadikan momen.
Leora tersenyum manis hingga lengkungan di pipinya itu tercetak jelas. Berpose dua jari. Ia berada di samping Cheryl.
Seseorang tiba-tiba mencelah Leora dan Cheryl. "Hai Cheryl! Kenalin aku Erma" Ia mengulurkan tangan.
Cheryl membalas uluran tangan itu. "Hai Erma!"
Gadis itu memindahkan pandangan pada Leora dengan sisa senyumnya. Namun tepat mata mereka bertemu, senyum itu hilang. Padahal Leora sudah siap menyambut dengan ramah.
Yaelah udah disenyumin malah jutek. Mana ganggu tiba-tiba nyerobot.
Leora dan Cheryl telah selesai dengan acara pagi. Walau masih banyak orang yang betah bersama teman se-jabatannya, mereka tetap bersikeras untuk ke kelas saja. Di sana lebih nyaman.
Mereka datang saat teman sekelasnya duduk di lantai depan kelas. Senyum mereka merekah. Merasa bangga pada temannya yang berhasil lolos dari tes kematian--PBB. Siapa yang suka PBB? Itu sangat membuat tertekan. Tapi Leora menyukainya, karena ia bisa.
"Widih yang udah resmi jadi babu sekolah nih!" seru Dewi sambil menaik turunkan alis.
"Ngawur! Kebanggan sekokah tau!" balas Cheryl sambil memukul pelan lengan Dewi.
Leora dan Cheryl memilih tempat kosong untuk nimbrung. Leora mengedarka pandangan mencari seseorang.
"Tya mana?" tanya Leora pada sahabat di sampingnya.
"Biasa. Di ajak Bagas tadi ke basecamp," jawab Zell santai.
"Lah lo gak ikut?" Leora mengerutkan keningnya.
────
Bagas dan Tya saat itu….
Gisa, Zell dan Tya menaiki anak tangga setelah upacara. Mereka mengomel sepanjang jalan.
"Hadehh…. Gerah banget," ujar Gisa sambil mengibaskan topi di depan wajahnya.
"Iya. Masih untung gak terlalu panas. Kalo panas banget…. Beuh rambut gue udah lepek." Tya memegangi rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...