Perlahan bola mata Leora berjalan melihat pada orang di depannya. Dan ternyata benar, tatapan mereka bertemu. Luke secepatnya mengerjap dan lanjut berfokus pada soal. Tangannya nampak sedikit bergetar. Leora tersenyum miring lantas lanjut mengerjakan soal juga.
Ngapain ngelihatin mulu ya dia?
Begitu juga dengan Valda. Pandangannya tetap menghadap kertas, namun bola mata berjalan perlahan menatap Ben. Cowok itu langsung berpura-pura batuk dan menepuk lengan Luke.
"Eh! Lo bisa bantu gue gak, tambahin 2 contoh aja. Daritadi stuck," pinta Ben yang langsung mendapat lirikan tajam oleh Luke.
"Lo pikir sendiri. Lebih susah juga punya gue!" Luke menghadiahi pukulan di punggung Ben.
"Apasih pake mukul segala!" pekik Ben yang balas memukul.
Valda dan Leora yang memandang aneh sikap mereka, kemudian langsung bertatapan. Mereka berdua tersenyum geli.
Waktu pengerjaan telah usai, Leora menulis ulang bagian cowok karena seperti ceker ayam--sungguh tidak bisa dibaca oleh orang lain. Namun ini bisa disebut kelebihan Leora. Ia perlu menyipitkan matanya untuk menyalin apa yang mereka tulis.
"Lo bisa baca tulisan gue?" tanya Luka dengan polos.
"Menurut lo?" tanya Leora balik dengan jutek karena sudah bisa terlihat jelas oleh Luke bahwa ia telah menyalin dengan benar.
"Wow! Keren juga lo bisa baca," puji Luke dengan tersenyun miring. Ia bersedekap.
"Tulisan kok gak ada yang bener," omel Leora. Luke hanya terkekeh. Ia tersenyum tipis.
"Liat liat!" pekik Valda seraya tiba-tiba merebut kertas milik Luke dari tangan Leora yang membuatnya terperangah. "HAHHH??"
"Kenapa?" tanya Leora santai sambil mengerutkan kening.
"Tulisan Ben kenapa jelek banget ya anying!" Tatapan Valda beralih pada nama yang disebut. Tangannya melayang memukul keras tangan Ben di atas meja. "Woy! Lo nulis apa ngukir, huruf kok nempel semua!"
"Melukis! Udah jelas itu tulisan. Lo aja yang gak bisa baca!" pekik Ben sambil meraih kertasnya di tangan Valda. Ia menyerahkan kertas itu pada Leora. "Nih! Coba baca!"
Leora meraih kertas itu dan coba untuk mencerna kata-kata yang tertulis. Perlahan ia mengeja dan membuat kata tersebut masuk ke dalam topik. Ternyata Leora bisa membaca satu kalimat dengan benar.
"Tuh! Lo aja yang gak lolos sd seharusnya. Baca aja gak bisa," sindir Ben sambil melakukan eye rolling.
"HEH! KURANG AJAR!" Valda berdiri dan langsung mendekat pada Ben untuk memukul cowok itu sampai puas.
"Lo aja yang emang gak bisa nulis! Dasar nyusahin orang!""Aduh! Aduh! Apaan sih malah mukul-mukul!" Ben terus bergeser mendekati Luke dan berusaha menyingkirkan tangan Valda yang melayang memukulnya.
Luke semakin menjauhkan kursinya. "HEH UDAH! Berantem mulu!" gertaknya sambil mendorong kursi Ben dengan kuat. Hal ini membuat Valda tersentak karena kakinya mengenai kursi Ben.
"APAAN SIH!" teriak Valda dengan wajah ditekuk, juga merintih kesakitan. Ia melangkah kembali ke tempat duduknya sambil menghentakkan kaki keras. Hal ini memancing perhatian seisi kelas.
"Rame amat. Ganggu orang tau gak?!" bentak Finola dengan memberikan tatapan sinis.
"Udah Ben, Valda. Gak usah pakai berantem bisa?" tanya Leora menenangkan keduanya. Namun, Ben dan Valda masih saja saling melemparkan tatapan kesal.
"Yaudah, lo tulis punya Luke aja," ujar Leora sambil menyerahkan kedua kertas. Anehnya, Valda mengembalikan kertas itu.
"Nanti lo dekte gue aja," ucap Valda dengan santai. Hal ini membuat Leora menaikkan satu alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...