<30> Rolling seat

9 1 0
                                    

Dilihat oleh Leora dan Ava, Cheryl sedang megibaskan tangannya di depan wajah yang sudah memerah. Ia juga memicingkan matanya. Ketika ditanya peraturan oleh pemain, ia hanya menunjuk papan peraturan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia juga berulang kali berpindah duduk di depan teras masjid.

"Emang etis dikenal orang sebagai panitia begitu?" tanya Ava sambil mengangkat satu alis.

Leora membuang napas kasar. "Yaaa, mungkin emang kepanasan. Tapi kan gak boleh meninggalkan jobdesk. Harus ada yang lihat di depan mejansupaya pemain ga curang," jelas Leora sambil menyilangkan kedua tangan.

"Lagian kan kemarin udah ada tes PBB di siang bolong. Seharusnya dia udah adaptasi dikit," ucap Ava seraya melakukan eye rolling sambil bersedekap.

────

Terdengar suara langkah kaki bersautan dengan tempo yang cepat. Para panitia pun ikut keluar untuk menuju untuk menyegerakan diri beristirahat di rumah. Leora berjalan menuju jemputan bersama dengan Cheryl.

"Ra. Tadi gue panas banget sumpah! Gak kuat sampe kipas-kipas," ujar Cheryl sambil mempraktekkan sesuai ucapannya.

"Lah, padahal tadi barusan aja lo dipuji." Leora memasang raut wajah senyum tipis.

"Bodo amat. Sebenarnya gue bener-bener kepanasan. Terus ya, waktu selesai lomba. Lo tau gak?" tanya Cheryl berhenti menunggu Leora merespon.

"Gak tau. Ada apa?" tanya Leora balik.

"Tadi, gue di bantuin beberes sama anak. Lumayan lah, gue gak perlu beberes," jelas Cheryl dengan semangat.

"Haha. Iyaya enak banget. Tapi yang lo kipas-kipas pake tangan menurut gue kurang enak dilihat sama orang lain Ryl. Terus lo juga sering neduh ke depan masjid, padahal lomba masih berlangsung," Leora menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Oiya? Yaudah gue perbaiki lain kali. Makasih Ra. Gue duluan!" seru Cheryl seraya mendekati mobil sedan berwarna hitam.

Ia membuka jendela untuk melambaikan tangan dan tersenyum pada Leora. Leora membalas lambaian itu dengan menyunggingkan senyum ramah.

────

Leora datang di rumah dengan perasaan yang aneh. Dia senang karena hari pertama. Tapi ia juga sedih karena merasa dianggap tidak ada oleh sebagian orang. Hanya Cheryl lah yang diperlakukan istimewa.

"Gue segede ini kenapa malah orang-orang pada gak liat ya?"

"Padahal yang gue lakuin juga sama kaya panitia lain. Bahkan yang gue lakuin lebih effort daripada si Cheryl."

Leora gelisah tak menentu di dalam kamarnya. Berulang kali 3 kalimat itu muncul di dalam ingatannya. Setelah memakan waktu cukup lama, akhirnya Leora memutuskan untuk tenang.

"Ah, mungkin masih awal-awal. Kita juga gak seberapa kenal. Lain kali mungkin mereka bisa lebih baik." Monolog Leora yang mencoba untuk berbaik sangka.

Setelah bersih diri, ia berdiri di depan kaca. Menata tampilannya.

"Tapi emang dilihat-lihat Cheryl cakep banget sih, gak kaya gue. Dia emang bersinar, bening kaya berlian. Jelas gue gak keliatan."

"Enaknya jadi cantik," ucap Leora lemas.

Ia berjalan menuju kasur empuknya. Melepas penat dengan mengerjapkan matanya sejenak. Berulang kali ia menghembuskan nafas panjang.

────

Semua siswi bergerombol di tempat biasa--depan kelas. Mereka duduk melingkar sambil membahas apapun yang ada di pikiran.

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang