<31> Attention

8 1 0
                                    

"Yeuu! Dasar anak tukang adu!" pekik Thomi.

"Enak aja bilang kita anak tukang ngadu. Orang kenyataan nya emang begitu!" balas Carlos.

"Emang alay. Gitu aja bilang keganggu," ucap Dio semakin membuat suasana memanas.

"Ya lo semua yang alay! Nyalain musik dj kaya lagi di diskotik? Niat sekolah apa dugem?!" ejek Bagas sambil menunjuk gerombolan kelas sebelah.

"Gak punya duit kayanya kalau harus ke diskotik," imbuh Ronan seraya tersenyum miring.

Ucapan itu berhasil membuat gerombolan kelas sebelah menggenggam jari. Mereka hendak melanglah maju untuk memberikan bogeman mentah. Raksa yang baru saja datang dari kamar mandi langsung terperangah. Ia membulatkan mata dan mulutnya.

"WOII! BERHENTI ATO GUE MUNDUR DARI KETUA KELAS!" Seketika pertengkaran tidak jadi terjadi. Kelas sebelah memang sangat hormat pada Raksa sebagai ketua kelas. Karena tidak ada yang mau menjadi ketua kelas, dan tanggung jawabnya sangat luar biasa. Ia sangat mengayomi teman sekelasnya.

"BALIK KE KELAS!" tegas Raksa dengan wajah serius menunjuk kelas. Ada beberapa anak yang masih depan.

"MASUK!" pekik Raksa yang langsung membuat mereka gagu dan langsung memasuki kelas.

"Atur temen lo. Jangan ladenin kalo mereka lagi tantrum kaya begitu!" ucap Raksa tegas pada Rey sebagai ketua kelas.

Rey membuang napas kasar. "Lo yang atur biar mereka gak begitu!"

"Gampang," jawab Raksa santai. Ia tersenyum saat melihat Leora muncul dari pintu.

Bel pulang sekolah sudah berdering. Leora, Zell, Gisa, Valda dan Dewi berjalan dengan semangat menuju gerbang. Namun kali ini mereka harus lewat tangga tengah karena tangga pojok sedang di perbaiki.

"Eits! Gak ditoleh sama sekali nih gue?" sindir Raksa tepat di samping Leora.

Leora mendengar perkataan itu. Namun alangkah lebih baik jika menganggap angin lalu saja. Kalau di pedulikan akan menjadi panjang. Ia ingin segera pergi ke pulau kapuk--kasur tidur.

Leora menunggu bunda di toko kelontong bersama Gisa dan Zell. Ia langsung berdiri ketika melihat Bunda dari pojok gang. Melangkahkan kaki mendekat. Seseorang menabraknya dengan ..., sengaja mungkin.

"Eh! Duh gimana sih!" cerca Leora. Ia mengalihkan pandangan pada seseorang di depannya.

"Salah sendiri cuekin gue," ucapnya seraya tersenyum miring.

"Dih! Ngeselin banget lo," pekik Leora karena Raksa sudah berjalan pelan.

"Sorry ya! Sengaja," pekik Raksa.

Leora melanjutkan langkahnya dengan berdecak kesal.

Ada aja modelan anak yang diciptakan dengan sifat yang selalu membuatku kesal.

"Ngapain tadi Kak?" tanya Bunda yang melihat kejadian freak tadi.

"Biasa. Raksa gak jelas," cetus Leora ketus

────

Leora tiba dan langsung membulatkan matanya sempurna ketika melihat antrian panjang checklock. Ia menghela napas panjang, lantas memasuki mengantre. Tidak seperti biasa sepanjang ini. 

Yaelah alat satunya rusak. Makannya cuma satu baris gini. 

Ia melihat lelaki yang tidak asing baginya jauh di depan. Ia sebentar lagi akan keluar dari antrian. Lelaki itu mendekati Leora.

“Ahaha! Semangat ngantri. Tumben telat,” ucap lelaki itu sambil tertawa datar dengan suara beratnya. 

“Diem deh lo!” cetus Leora melotot.

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang