<8> Choice

13 4 0
                                    

Tangan Tya mengepal hingga urat nadi bermunculan. Menatap nyalang pada Zell beberapa detik. Zell menyernyitkan kening.

"Bisa gak usah deket-deket sama crush gue? Mau nusuk dari belakang?" cecar Tya dengan nada yang tinggi sambil menunjuk tubuh Zell. 

"Hah?" Zell memberi jeda untuk berpikir. "Oooh tadi. Emang kenapa? Kan itu atas dasar kebetulan, gak gue atur." 

"Tapi lo kan tau gue pinginnya deket sama Deo!" pekik Tya lagi.

"Biar lo tau aja ya. Waktu di tempat dance tadi, Deo yang ngajak gue pegangan tangan. Ya masa gue mau diem aja? Kasian dong udah excited gitu." Zell bersedekap.

"Lagian lo lihat sendiri yang ngerangkul. Siapa? Gue?" Zell menunjuk dirinya sendiri. "Gak gila! Dia!" Zell mengibaskan tangan, lalu melengos.

"Ya, kalau orang tau diri gak bakal di ladenin tuh Deo," ucap Tya menohok.

Zell mendengus geli seraya mengucap, "gitu doang marah." 

Zell berlalu menaiki motor ojek online yang sudah dipesan sebelum keluar mall. Tya menatap sahabatnya ini dengan kebingungan juga kesal.

──── 

Tya menduduki kursi depan di samping papanya. Ia menatap lurus dashboard mobil sambil mengerutkan kening.

"Maksud ucapan Zell sebelum naik ke motor ojol tadi apa ya?"

"Apa ada hubungannya sama Deo? Atau Bagas? Tuh anak bikin bingung."

"Papa lebih bingung kamu kayak orang gila ngomong sendiri nak," balas Papa tiba-tiba.

"HAH?" Lamunan Tya buyar. Ia langsung menoleh pada arah suarabyang membuatnya makin bingung. "Apa Pa?"

"Kamu ngapain ngomong sendiri? Kalau ada apa-apa bilang aja sama Papa. Mungkin kalau kamu bingung, bisa dibantu," tawar Papa sambil mengelus rambut anaknya.

"Gak ada apa-apa. Cuma bingung aja sama sikap Zell," jawab Tya santai.

"Zell temen kamu itu? Emang kenapa?" tanya Papa dengan tatapannya lurus kedepan.

Tya menceritakan yang terjadi dan diakhiri dengan kalimat tanya. "Setelah dia bilang 'gitu doang marah' dia bilang 'gimana gue?' Itu maksudnya gimana ya Pa?"

"Mungkin dia suka sama temen yang deket kamu tadi," jawab Papa santai.

"Hah! Bagas?!" gertak Tya sambil memukul lengan kiri Papanya yang langsung terperangah dan arah mobil sedikit oleng.

"Ngapain pakai mukul segala sih!" Papa mengibaskan tangan putrinya dan langsung membetulkan arah mobil dengan benar hanya menggunakan satu tangan.

"Maaf Pa, reflek ..." kekeh Tya.

Sesampainya di rumah, Tya menatap kaca rias di kamarnya. Ia mengomel sambil menunjuk kaca seolah-olah ia berbicara dengan 2 orang. 

"Lo bikin gue bingung Gas! Gue maunya Deo, tapi kenapa sikap lo ke gue kaya gini sih?" 

"Si Deo juga kenapa cuek banget kek es batu? Capek juga kalau harus berjuang sendiri. Deo lo gak bisa apa peka?" 

"Ini bukan pilihan seharusnya. Tapi Bagas bikin gue ragu sama rencana awal. Apa gue ubah rencana aja? Tapi Zell suka Bagas.." 

──── 

Leora berjalan gontai memasuki gerbang. Saat hendak menaiki tangga, datang seseorang menerobos. Leora terdiam dan menatap tajam cowo itu. Cowo itu menoleh lantas terkekeh. 

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang