Leora dan kelompoknya serius hingga tak terasa tugas yang diberi guru sebentar lagi telah selesai.
“Ian entar bagian cari 2 contoh, Thio 1 contoh, ketik sama print ya!” jelas Leora membagi tugas. Ian dan Thio mengangguk setuju.
“Nih yang udah kita kerjain. Lo ketik sesuai aturan guru tadi,” tutur Gisa seraya menyerahkan beberapa lembar kertas.
"Siap, tau aja gue punya printer ." Thio bersedekap. Alisnya naik.
“Iyalah, kan lumayan jadi gratis," ada jeda. "Oh ya! Buat namanya gue tulisin sini biar lo gak susah nyari lagi.” Leora mengambil kertas, lalu mendata nama anggota kelompok.
Tiba saatnya Leora bertanya nama pada Gisa. “Nama panjang lo siapa Gis?”
“Aruma Gistara Danadyaksa Genoro Srasvati.” Gisa menjawab tanpa jeda.
Leora berhenti menulis pada kata kedua. "Heh gigis! Lo pikir nama lo cuma 2 kata? Udah nama panjang, susah buat ditulis. Ngomong jangan cepet - cepet kaya dikejar setan. Gigi lo gigis beneran mampus!" beo Leora.
"Gue bercanda. Baperan amat sampe nyumpahin gue. Jahat lo!" Gisa mendorong tubuh Leora.
"Bercanda bercanda…. Gue tampol juga ni muka lo!" Mata Leora menyorot tajam. Bogem tangannya diangkat.
Gisa menutupi wajahnya dengan tangan. "Eits emosian banget sih Ra! Iya nih gue ulangin." Leora menahan senyum dengan sok serius. Gisa mengulangi menyebut namanya dengan pelan.
────
Zell membuka pintu kamar dengan keras. Segera ia berlari ke kasur dan menghempaskan badannya. Ransel yang ia bawa tergeletak di sembarang tempat. Meraup wajahnya dari atas ke bawah seraya berteriak.
“KENAPA KALAH START SIH ANJ! GUE SUKA AMA DIA. ZELL BEGO BANGET WAKTU ITU KENAPA DIEM AJA HAHH??”
Kepalan tangan dan kakinya memukuli kasur. Ini sesuatu yang membuatnya sangat kesal.
“Bagas gak jelas banget malah bikin orang repot harus kumpul buat ngerjain tugas. Ya, di sisi lain seneng ketemu si E. Tapi gue gak mau dong kalo sampe liat dia romantis ama si Tya!”
Zell melamun melihat jendela. Di sana ia melihat 2 burung yang sedang bertengger layaknya seorang pasangan. Sial! hewan aja romantis.
────
Sinar matahari memasuki celah jendela kamar Zell. Ia masih saja terlelap dalam tidurnya. Alarm handphone yang sudah bersuara 3 kali berusaha untuk diabaikan. Namun ia terganggu dan perlahan membuka mata juga mengusapnya. Tangannya merambat mengambil handphone di atas nakas, lantas terperanjat melihat jam yang tertera.
"HAH JAM SETENGAH SEBELAS! BEGO KAN ADA JANJI KERKEL IH." Zell tak sempat meregangkan otot, ia langsung berlari menuju kamar mandi.
Saat bersiap, handphone nya berdering. Zell melihat nama di layar ternyata adalah Tya.
"Halo. Apa Ya?"
"Lo udah berangkat belom?"
"Belom. Masih siap-siap gue."
"Udah jam sebelas lebih lo masih di rumah? Gimana sih!"
"Lo udah sampe mall?"
"Udah barusan. Cepetan gih berangkat!"
"Iya. Udah ah gue mau lanjut." Zell memutus telepon itu.
Tya memilih menunggu di lobby sampai Zell datang. Namun keputusan itu gagal karena ia teralih pandangan pada Deo yang baru saja tiba dan berjalan mendekati pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...