Pak Santo sudah tiba dihadapan Ben seraya menggebrak meja. Ben langsung mendongak lalu tersenyum kikuk.
“Hehe. Pak,” sapa Ben.
“Malah senyum. Dari tadi saya perhatikan kalian bikin ribut aja. Ganggu orang. Sekarang kalian berdua berdiri di depan sampai pelajaran saya selesai!” pinta Pak Santo seraya menunjuk arah depan kelas.
“HAH!” respon Ben dan Valda spontan.
“Gak usah kaget gitu. Ayo kedepan!” tegas Pak Santo dengan menggebrak meja lagi agar keduanya langsung beralih.
Valda berjalan menunduk menuju depan. Tangannya menutupi muka berkali-kali. Dan berkali-kali pula Pak Santo menepis tangan itu dari mukanya. Berbanding terbalik dengan Valda, Ben malah nyengir tanpa bersalah sambil berbicara tanpa suara dengan teman di depannya.
“Ini semua karena lo!” bisik Ben dengan menekan di setiap kata.
“Ssst! Diem!” balas Valda dengan tatapan lurus pada pohon.
“Kalau lo tadi gak alay, ini gak bakal kejadian,” imbuh Ben seraya menyenggol pelan lengan Valda.
“Ssst! Udah. Gue gak mau ditambah hukuman, Ben,” lirih Valda menatap cowok di sebelahnya.
“Cih! Sok lembut perkataan lo,” ejek Ben sambil melengos.
“Lo bisa diem gak sih?!” tanya Valda geram.
Ben langsung berpose tegap dan mengunci bibirnya. Teman-teman di depannya tertawa melihat tingkah itu. Dewi menepuk pundak Valda untuk mengajak bicara.
“Ngapain lo?” tanya Dewi.
“Lo gak lihat tadi gue di omelin Pak Santo? Seru amat kayanya sama Gisa sampe gak tau,” cibir Valda.
“Idih! Karena apa?” tanya Dewi lagi.
“Nih,” jawab Valda dengan mengarahkan pupil menuju sudut mata. Tanpa aba-aba, Ben juga melakukan hal yang sama. Perbincangan pelan kembali terjadi.
“Ngapain?” tanya Ben.
“Lah, lo juga ngapain ngelirik gue?” tanya Valda sewot.
“Orang gue mau lihat jendela. GR amat lo!” omel Ben.
“Jendela mana ada yang selurusan sama mata gue? Kesana langsung tangga,” cecar Valda.
“Ada tuh, li-”
“Baik anak-anak pembelajaran kali ini telah usai. Terima kasih semuanya. Saya pamit!” seru Pak Santo.
Pak Santo mendatangi keduanya. “Kalian tunggu guru pelajaran selanjutnya datang baru boleh duduk!” tegas Pak Santo.
“Siap pak!” balas Ben.
Pak Santo mulai melangkahkan kaki menjauhi kelas. Keduanya langsung menghela naoas panjang. Ben menggamit jari kelingking Valda agar kembali duduk. Setibanya di bangku, Valda segera meneguk air putih yang dimiliki. Sedangkan Ben, meminta air milik Luke.
────
Hari ini, Leora membawa tas tambahan untuk wadah baju ganti. Ia merapikan baju olahraga yang dipakai beserta rambut yang dikuncir kuda. Merias wajahnya sedikit agar terlihat segar.
"Sudah lengkap itu bawaan mu?" tanya bunda saat Leora baru saja duduk di meja makan.
"Sudah," jawab Leora santai.
"Dasi?" tanya bunda lagi. Hal ini membuat Leora harus memeriksa barang bawaan. Entah kenapa, jika bunda bertanya sesuatu, berarti ada yang tidak beres.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...