*****Jimin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melekat di pinggangnya menutupi area tertentu, hampir 1 jam dia di sana, cukup lama. Ia melihat Dita yang sudah memakai kaos kebesarannya sedang meringkuk diatas kasur memeluk lututnya yang ditutupi selimut.
Melihat kehadiran pria itu, Dita semakin mengeratkan pelukannya pada tubuhnya sendiri, kembali air mata itu lolos melewati pipi Dita. Takut bahwa dia akan di lecehkan lagi bahkan sampai di perkosa bagaimana. Memang sangat wajar di negara ini jika sepasang kekasih melakukan hubungan seperti itu, tapi dia bukanlah warga negara ini, Dita adalah warga Indonesia yang dimana di sana masih ada tradisi tidak boleh ada hubungan seperti itu jika belum menikah. Walau tidak semua orang Indonesia melakukannya. Dia tidak ingin menjadi gunjingan orang orang, tidak ingin jika kelak ia menikah dan suaminya tau bahwa ia sudah tidak perawan, bagaimana? Dan juga Dita punya prinsip dalam hidupnya, suaminya lah yang akan menjadi pria pertama yang menyentuh mahkotanya.
Ia hanya takut jika nanti Jimin bukanlah masa depannya, terlalu sulit untuk bisa berada bersama pria ini. Sangat banyak halangan nya terutama penggemar yang sangat mencintainya layaknya seorang pria, bukan seorang idol.
Dita hanya menunduk tidak berani menatap ataupun melihat apa yang sedang di lakukan pria itu, tubuhnya masih gemetar meski ia juga merasa kasihan ketika mendengar Isak tangis pria itu di kamar mandi.
Setelah mengganti pakaian pandangan Jimin terarah pada ponselnya yang sudah mati, ia meraihnya dan mencoba menghidupkannya kembali, untungnya masih bisa menyala meski layarnya sedikit retak.
Ia mendekat ke arah Dita, duduk di samping gadis itu, meraih tangan Dita untuk di genggamnya.
"Chagiya, maafkan aku, aku tidak bermaksud melakukan itu padamu, aku hanya emosi dan tidak terima semua tuduhan yang kamu berikan." Jimin mencium tangan dita yang mencoba menjauh darinya.
Otak Dita ngeblank, ia seperti tidak mendengar apa yang di ucapkannya, terlalu sulit untuknya semua ini. Dan apa katanya? Tuduhan? Yang benar saja. Aku bukan menuduhnya, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Dia benar benar selingkuh di depan mataku, itulah yang saat ini dipikiran Dita.
"Menjauhlah dariku! Aku tidak ingin melihatmu! Kau juga sudah setuju berpisah dengan ku!" Sarkas Dita.
Ucapan itu di abaikannya, bahkan ia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Dita. Ia benar benar tidak ingin kehilangan gadis ini. Dia bersumpah bahwa selama ini, dia tidak menjalin kasih di belakang Dita, dia tidak selingkuh.
"Aku tidak mau menjauh. Kamu akan selalu bersamaku hingga akhir hidupku. Jika tidak, maka aku yang akan hancur!" Tegas Jimin.
"Pergi! Aku tidak mau melihatmu, pengkhianat! Kamu telah mengkhianati cintaku, pria berengsek kamu Jimin-ah! AKU MEMBENCIMU!" Teriak Dita dengan suaranya nyaringnya.
Ia melempar Jimin dengan bantal yang ada di sampingnya, segala benda yang ia lihat ia hancurkan dan lempar ke segala arah, vas bunga yang ada di ruangan itupun ia lempar ke cermin, segala perabotan sudah tidak berada pada tempatnya. Semuanya hancur berantakan seperti hatinya.
"Kamu menghancurkan hatiku, cintaku kamu dua-kan, sekarang bahkan kamu ingin memperkosaku. Apa lagi yang kamu inginkan hah? Ingin melihatku semakin hancur? Dan apa tadi kamu bilang, Tidak ingin melepasku? Apa yang sebenarnya yang kamu inginkan Jimin-ah hikss...!" Dita memukul tembok untuk meluapkan emosinya.
Tangan itu menggantung di udara ketika Jimin mencoba menghentikannya, "Jangan menyakiti dirimu sendiri Chagiya, lampiaskan lah semua amarahmu padaku, jika perlu pun kamu bisa membunuhku untuk memuaskan hatimu!"
Dita merosot ke lantai, menekuk kakinya, menopang kepala dengan kadua tangannya. Ia kembali menangis.
"Percayalah padaku, aku tidak selingkuh darimu. Semua yang kamu lihat itu pasti boh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU! (Park Jimin & Dita Karang)
Fiksi Remaja•Mengapa harus pria seperti itu yang kucintai? ~Dita Karang • Ketenaran ku semakin membuatku sulit mendekatimu, menjaga jarak dengan mu adalah hal yang tidak bisa kulakukan. •aku ingin menjadikanmu wanita satu satunya dalam hidupku. ~Park Jimin •Ci...