0.5

416 38 11
                                    


Sepucuk surat jatuh tepat didepannya, diikuti sambaran dari seekor burung hantu coklat yang mendarat diatas piring kosong yang hendak diisi makanan oleh Damian.

"Oh come on! Bisakah kau latih burungmu ini untuk tidak selalu mendarat sembarangan?!"

Damian berdecak, namun tangannya mengelus bulu burung hantu coklat itu dengan gemas, seolah ingin mencekiknya namun menahan diri.

Cassius terkekeh, menarik sepucuk surat yang baru saja dijatuhkan oleh burung hantunya itu, tangannya meraih untuk mengelus bulu coklatnya kemudian menarik satu sobekan roti dari meja makan dan menyodorkannya pada burung itu.

"She likes challenge, mungkin dia sedang menunggu kau mengamuk dan memanggangnya, baru dia akan berhenti mendarat diatas piringmu."

"Ck."

Cassius tersenyum kemudian membuka suratnya, sebuah perkamen coklat, tinta hitam tergurat rapi diatas perkamen itu, memperlihatkan tulisan ayahnya.

Pemuda berusia hampir lima belas itu membaca dengan seksama surat dari ayahnya, seperti biasa ayahnya selalu mengawali kepala surat dengan huruf kapital yang terlihat berlebihan.

Memperlihatkan bahwa dia begitu minta maaf karena keabsenan dirinya dihari pertama Cassius bersekolah, dan pria itu juga menulis merindukan putra semata wayangnya, agak memalukan memang.

Ayahnya tidak pernah berhenti memperlakukan Cassius seperti anak kecil, terlebih sikap ayahnya yang ceria terkadang membuat Cassius heran, apakah Cassius benar-benar anak ayahnya?

Mau bagaimanapun Cassius tetap terkekeh, melipat kembali suratnya itu setelah tau bahwa ayahnya akan berkunjung ke Hogwarts musim dingin nanti, sekaligus menjemput Cassius ketika liburan musim dingin.

Sekarang masih pertengahan menuju akhir bulan Oktober, dia masih punya banyak tugas dan latihan Quidditch yang menanti, tahun keempatnya benar-benar sibuk padahal baru mau berjalan 2 bulan.

"Ouch!"

Damian meringis kencang, Cassius menoleh kearahnya sembari menaikkan sebelah alis, melihat bahwa burung hantu miliknya tengah mematuk jari telunjuk Damian.

"Juliet menyukaimu Damian, oh, mungkin dia menganggapmu sebagai Romeo nya?"

Cassius menyeringai lebar sembari terkekeh, Damian menarik jarinya sembari mengernyit bingung dengan perkataannya.

"Romeo? Apa yang sedang kau bicarakan?"

Pemuda bermarga Winston itu terdiam, dia baru sadar kalau barusan dia malah menyebutkan karakter fiksi dari drama muggle tahun 1590-an, well. Mana mungkin Damian tau, kan? Yah Cassius terlalu terobsesi dengan kisah cinta Romeo & Juliet sampai-sampai dia menamai burung hantunya sendiri Juliet.

Entah kenapa.

•~•

Defence against the dark arts, pelajaran yang punya banyak peminat, Cassius bisa lihat antusiasme teman-teman satu angkatannya baik dari Slytherin dan asramanya sendiri setiap menghadapi pelajaran ini.

Professor Merrythought berdiri didepan seluruh siswa, perawakan wanita itu memang terlihat sudah agak tua, tipe-tipe Professor yang pasti akan pensiun tidak lama lagi.

Wanita tua itu menggerakan tongkatnya, membuat meja-meja dan kursi tergeser ke sisi, kemudian berdiri dengan agak tegak dengan seringai diwajahnya yang keriput.

"Hari ini aku ingin kalian mencari pasangan kalian masing-masing, kita akan adakan duel, cepat anak-anak! Akan ku nilai sendiri sejauh mana mantra pertahanan terhadap ilmu hitam kalian yang sudah dipelajari! Dan ya! Pasanganmu harus dari asrama lain!"

Running From the Daylight | Male!OC x Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang