2.4

370 45 14
                                    

Tom Riddle tidak pernah meragukan semua keputusannya, dia itu mengambil tindakan sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Tidak ada pengecualian karena semua tindakannya seharusnya tidak perlu diragukan dan mutlak benar.

Namun sekarang entah kenapa dirinya merasa telah salah mengambil keputusan -tentu dia tidak akan mengakuinya. Tom berdiri didepan jendela kamar asramanya sembari menatap kearah pemandangan black lake dengan tatapan tajam.

Dia kembali memikirkan kejadian tadi dengan ekspresi kesal, dirinya masih bisa mengingat dengan jelas, terasa dengan sangat amat diatas mulutnya dan lidahnya rasa mint dari pasta gigi yang digunakan Winston. Sekembalinya kesini Tom juga sudah berkumur-kumur dan bahkan menyikat giginya lagi berusaha menghilangkan rasa dari Winston di mulutnya. Namun semua usahanya seolah tidak ada artinya.

Dia masih bisa merasakan bagaimana lidah Winston bergerak didalam mulutnya, tangannya yang agak kasar karena latihan quidditch mencengkram punggung Tom, menarik leher belakangnya kedepan dan memperdalam ciuman mereka.

Perasaan panas menjalar, perutnya bergejolak dengan perasaan asing tiap kali mengingat kembali kejadian tadi, dirinya mencengkram tongkatnya yang berada disaku jubahnya.

Tom mengeritkan giginya, mulutnya memang terkatup namun dia menahan-nahan diri untuk tidak melampiaskan kekesalan dan kebingungannya pada objek disekitarnya.

Misalnya pada Julius yang baru saja memasuki kamar asrama mereka, atau pada pinguin -kucing Julius- yang tampak bermalas-malasan diatas kasurnya dengan sembarangan.

Akan sangat menyenangkan sepertinya kalau menggantung Pinguin diatas salah satu lampu gantung yang ada di common room slytherin. Tom rasanya tidak bisa menahan diri untuk tidak menyakiti mahluk hidup sekitar ketika sedang seperti ini. Salahkan Winston.

Tom tidak pernah mengambil keputusan yang mesti diragukan, dia mencium Winston karena dia ingin dan itu akan membuat Winston menempelinya, dia tau bagaimana Winston tampak terkadang melirik kearahnya di aula utama.

Bagaimana seringnya Winston menghampiri Tom dan duduk bersamanya di perpustakaan, hal yang selalu membuat Tom sangat tertarik untuk membiarkan Winston seperti itu adalah ketika ekspresi pemuda itu tampak sumringah tiap kali Tom menyetujui apa yang ia mau atau menanggapi hal-hal yang tengah mereka bicarakan.

Tom tidak pernah peduli dengan apa reaksi orang lain terhadap apa yang ia setujui, dia hanya peduli bagaimana orang lain melihat pencapaiannya, bukan memperdulikan apa yang membuat orang lain bahagia ketika dia memberikan pengakuannya.

Tapi Winston itu berbeda, entah kenapa Tom tidak pernah merasa puas untuk melihat ekspresi senangnya.

Satu-satunya hal yang ia pikirkan ketika bersama Winston tadi itu entah kenapa hanya tertuju pada ekspresi Winston dan juga bibirnya. Ditambah sebuah gambaran tidak senonoh yang ia lihat diingatan Winston membuat dadanya terasa penuh dan seperti dialiri listrik yang mengalir keseluruh badannya.

Winston sialan, dia memang mengira kalau Winston menyimpan sesuatu ambigu baginya, namun dia tidak pernah mengira kalau Winston sampai memikirkan hal seperti itu tentang dirinya.

"Tom?... Tom!"

Tom terperanjat kaget, dia menoleh kearah Julius sembari mengangkat sebelah alisnya. Julius tampak memasang ekspresi ragu, seolah takut untuk bertanya. Namun Tom terus menatapnya tajam seolah memaksanya untuk bicara saja.

"Kau sakit? Kulihat telingamu dan wajahmu merah..."

"Tidak." Jawab Tom singkat, dia menjauh dari jendela tinggi itu kemudian berjalan kearah tempat tidurnya, meraih pinguin dari atas kasurnya.

Julius tampak memasang ekspresi panik, dia berjalan kedepan untuk meraih kucingnya itu, namun Tom mendorong tangannya.

"Lain kali kuharap kau ajarkan kucingmu untuk tidak meniduri kasurku sembarangan." Tom mendengus.

Running From the Daylight | Male!OC x Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang