0.9

387 39 5
                                    

Kepala Cassius nyeri, matanya mengernyit ketika ia mulai membuka mata, merasakan cahaya menusuk matanya. Ketika pandangannya telah jelas sepenuhnya, dia langsung dihadapkan dengan wajah Damian yang menatapnya dengan tatapan datar.

"Masalah apa lagi kali ini? Kenapa kau sampai-sampai di hajar oleh Riddle?"

Cassius mendengus.

"Aku baik-baik saja-- oh! Apa yang kau tanyakan tadi? Ah... Kukira kau mau menanyakan keadaanku terlebih dahulu," Cassius mencibir sarkas. Menutup wajahnya dengan lengan sembari mendengus.

"Berhenti bersikap berlebihan seperti itu Cassius, kau sendiri yang mencari masalah," Damian mendengus.

"Oh ya... Aku hanya memeluknya, siapa yang kira dia akan mengutukku seperti itu,"

Damian memandang Cassius datar, Cassius mengangkat lengannya dari wajahnya, menatap kearah Damian dengan ekspresi yang sama datarnya.

"Mau kupukul juga?"

"Kumohon jangan," sarkas Cassius.

Damian menghela napas berat seolah kelelahan sekali menyaksikan kelakuan Cassius yang selalu saja diluar perkiraannya.

"Riddle tadi kesini, dia bilang sampaikan maafnya padamu, aku yakin sekali dia tidak mau menemuimu dulu karena tingkah anehmu itu, untung saja orang lain tidak menyadarinya, mereka hanya mengira kalau kau dan Riddle bertengkar,"

"Huh? Riddle tidak dihukum karena mengutukku kan?" Tanya Cassius sedikit cemas.

Damian memutar matanya sembari mendengus.

"Tidak, aku tidak tau pastinya kenapa tapi lebih baik kau berhenti mengganggunya terus, kalau kau memang sangat jatuh cinta padanya, jangan terlalu memperlihatkan dirimu itu obsesi!" Ucap Damian.

Cassius mengernyitkan alisnya sebal, dia mendengus.

"Kenapa kau tidak mau berhenti mengira kalau aku jatuh cinta pada Riddle?!"

"Karena kau memang jatuh cinta padanya!"

"Kau salah Damian, aku hanya peduli padanya, tidak lebih...!"

"Kau berusaha keras menolak seperti itu terus, kalau pada akhirnya kau benar-benar berakhir dengan Riddle, aku yang akan tertawa paling kencang,"

"Tidak akan pernah!"

Cassius mendengus sembari menarik selimut ranjang itu untuk menutupi wajahnya, Damian menghela napas kemudian menarik selimutnya kencang.

"Bersiaplah! bukannya ayahmu akan datang hari ini?"

"Apa?! Memangnya sekarang sudah akhir pekan? Jam berapa sekarang?"

"Apa dihajar orang yang kau sukai membuatmu lupa semuanya eh? Perlukah kupanggil Riddle untuk menghajarmu lagi agar ingatanmu kembali? Hogsmeade hanya bisa dikunjungi akhir pekan! Kau pulang siang tadi sebelum dihajar oleh Riddle dan berakhir disini! Sekarang jam 3 sore ngomong-ngomong!" Damian menggertak kesal, menarik selimut rumah sakit dengan tarikan kencang.

Cassius menggerutu kemudian mendudukkan dirinya diatas kasur, dia mengusak rambutnya sendiri sembari mendengus kesal.

"Baiklah, sepertinya ini perpisahan kita Damian."

"Oh shut up." Damian mendengus sembari menarik Cassius bangkit.

•~•

Cassius memeriksa barang-barangnya satu persatu, sementara itu Damian juga tampak menyimpan kopernya yang sudah dipenuhi oleh baju-baju diatas kasur.

"Kau pulang naik kereta api kan? Itu berarti ayah dan ibumu menjemput disana nanti?" Cassius bertanya, memasukan beberapa peralatan sekolahnya pada koper terkecil kemudian menoleh pada Damian yang mendengus.

Running From the Daylight | Male!OC x Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang