2.3

388 41 37
                                    


CHAPTER KALI INI AGAK BIKIN SHOCK JD SIAP SIAP!!

•~•

May 1943

Skor berakhir dengan 160-50. Gryffindor memenangkan match kali ini dengan total keseluruhan nilai pertandingan yang hanya berselisih sedikit dari Ravenclaw. Sekaligus juga menjadikan mereka sebagai juara 1 Quidditch cup.

Fleamont Potter tampak menenteng piala quidditch dan tengah di angkat oleh para temannya, Septimus Weasley bahkan sampai turun dari atas untuk ikutan berselebrasi bersama teman-temannya.

Cassius merasa kesal, jarang-jarang dia ingin menyakiti orang lain seperti in, terutama Alexander yang sama sekali tidak becus menjaga ring quaffle.

Pemuda berusia 16 tahun itu langsung pergi tanpa menghiraukan Celestia yang hendak mendekatinya, berjalan kearah ruang ganti sembari membanting sapunya kesamping.

"Cassius." Damian tampak berjalan mendekat kearahnya dengan ekspresi kelelahan.

Mereka semua tentu saja lelah, tim Gryffindor itu berkembang pesat semenjak tahun kemarin Ravenclaw memenangkan piala, seharusnya Cassius mewaspadai mereka saat dia menonton pertandingan mereka dengan slytherin.

"Kenapa?" Cassius mendengus, melepas pelindung tangannya agak kasar sembari melonggarkan jubah atasnya.

Dia tidak mau membicarakan hal ini. Ujian OWL juga sudah dekat, lebih baik dia segera fokus dengan ujiannya ketimbang harus memikirkan kondisi timnya yang memprihatinkan.

"Tidak baik merasa kesal pada satu titik, ini seperti kau baru pertama kali kalah saja."

"Well, secara teknis iya, ini pertama kalinya aku kalah dalam quidditch."

Damian terperanjat sembari mendongkak dengan ekspresi menyipit.

"What?!"

"Tentu saja, aku pertama kali mengikuti quidditch di Ilvermorny pada tahun ketiga, disana aku menang, tahun keempat kemarin juga disini aku menang, sedangkan sekarang?"

"OH- baiklah."

Cassius mendelik kearah temannya itu dengan kesal.

"Kau mau apa?"

"Ganti baju, apa lagi?!" Damian menatapnya heran.

"Ugh setidaknya katakan sesuatu lain untuk menenangkanku sialan!"

"Untuk apa? Menang dan kalah itu hal biasa, seharusnya kau mengerti itu, lagipula pengalamanmu baru 2 kali pertandingan final yang menang kan? Ini bukan kehilangan besar, kita balas saja tahun depan." Damian menjawabnya santai.

"Tidak akan berhasil kalau kau punya kapten yang tidak komunikatif dan pemain yang lamban seperti itu, rasanya seperti aku bermain serius sendirian." Cassius mendengus.

"Kau menyindirku juga?"

"Ya." Cassius mendengus.

Damian sendiri tidak biasanya tidak merasa tersinggungg, dia hanya mendengus geli kemudian menyikut bahu Cassius kuat-kuat membuat si empu meringis dan menoleh kearahnya.

"Kau bisa setajam itu kalau marah, sebaiknya tahan emosimu, teman kita yang lain bisa saja--"

"Biarkan saja Fawley, apa yang dikatakan Cassius memang benar."

Keduanya membatu, Damian dan Cassius menoleh bersamaan kearah pintu masuk ruang hanti yang dimana Celestia berdiri bersama teman mereka yang lain.

Sialan, kan Cassius jadi merasa bersalah...

Running From the Daylight | Male!OC x Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang