CEK CEK SATU DUA TIGA

291 25 0
                                    

TMI : Jadi gini, iseng-iseng bikin cerita sad. Tapi kalo yang baca ga pada nangis bombay ga bakal lanjut. Isengnya berarti gagal:)

-

Play : In the star - Sami Rose

Taeyong terbangun dari tidur. Meskipun matanya terpejam, seribu satu suara terus saja mengisi dan terasa ramai di kepala. Rasa jijik sekaligus kotor dirinya, membuat Taeyong mual.

Ditopang dua lututnya, Taeyong memposisikan badan dan kepalanya agar sejajar dan sejalan dengan kloset duduk yang ada di kamar mandi.

"UUUGGHHHH!!!,"

Gelombang perih sekaligus muak jelas terasa di perut Taeyong. Namun tidak ada yang keluar selain cairan bening dan air ludah. Benar saja, Taeyong belum makan dari kemarin.

Benih tangis lepas beriringan dengan rasa mual yang terus datang. Entah bagaimana Taeyong harus mendefinisikan rasa sakit yang dirasakan.

Memikirkan bagaimana reaksi jijik Jaehyun akan dirinya, mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari dunia dan Tuhan masih saja menguji- seberapa layak Taeyong untuk bisa hidup berdampingan dengan manusia pada umumnya.

Air mata terus mengalir dengan isakan pilu yang menggetarkan jiwa. Entah harus bagaimana lagi Taeyong menghadapi kejamnya kehidupan. Setiap napas yang dihirup terasa mencekik dan membawanya pada kenyataan, kalau dirinya memang tidak dibutuhkan oleh siapapun.

"HIKSSS UGHHH- UGHHHH,"

Setiap tingkah yang diambil terasa seperti dirinya membuka pintu untuk masuk neraka lain. Taeyong sudah habis terbakar. Oleh kejamnya mulut manusia dan nantinya akan dilahap habis di neraka.

Cairan dari dalam yang keluar tidak mengurangi rasa sakit yang ada. Taeyong menekan tombol yang ada disana. Sekali tekan kotoran darinya menghilang. Bisakah? Semua masalah yang dihadapi Taeyong menghilang begitu saja? Dengan sekali tekan dan menghilang? Tidak. Tentu saja tidak akan pernah bisa.

Taeyong mencoba untuk kembali ke atas kasur. Tapi apa yang terjadi? Kakinya lemas karena tanah yang dia injak seolah-olah berkata kalau dirinya terlihat lebih baik jika mati. Taeyong jatuh dan bersandar dibalik dinginnya ruangan kecil ini.

Dingin dari dinding terasa menjalar di seluruh kulit. Tapi tidak bisa mengalahkan dinginnya manusia pada sesosok tubuh kecil seperti Taeyong.

Taeyong tau, bahkan terlampau sering- kalau tangisan seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Lalu? Jika bukan dengan air mata, bagaimana lagi Taeyong mengeluhkan tentang rakusnya dunia terhadap kebahagiaan kecil yang Taeyong punya. Seakan dunia iri melihat sedikit pancaran cerah dari wajahnya.

Tidur semalaman, dan ketika bangun besok- hari sudah berganti. Begitulah cara dunia bekerja. Begitulah cara dunia memberikan waktu untuk merenung dimalam hari dan tersenyum penuh kepalsuan dimatahari terik esoknya.

Taeyong ingat beberapa komentar pembenci yang ada di sosial media- hidup itu ada dua pilihan. Hidup dengan ratusan luka menganga atau mati dengan meninggalkan ribuan masalah yang belum terselesaikan.

Taeyong tidak bermaksud untuk mati dan meninggalkan semua masalah yang hadir untuk dirinya. Tapi, kalau sudah seperti ini- tidak ada lagi tumpuan atau bahkan seseorang untuk bersandar.

Bahkan hanya dengan menangis saja tidak akan meninggalkan kesan lega setelahnya. Yang ada hanya ada penyesalan yang akan terus berlanjut dan tidak akan berhenti dengan mudah.

Taeyong tau, hari ini, dimalam hari yang tenang, dirinya mengaku kalah. Taeyong sudah tidak berdaya atas semuanya. Atas hidupnya yang sial dan atas semua kehidupan yang Taeyong jalani.

Jung Fams feat Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang