Entah ide dari mana, Ayah yang baru saja pulang dari kantor- mengantungi kunci mobil dan bergegas masuk ke rumah. Membalas pesan Bubu yang sebelumnya belum terbalas karena perjalanan menuju rumah. Melepas sepatu dengan terburu-buru sembari tersenyum dengan jail. Sesekali senandung kecil menjadi penutup lelah di wajah Ayah.
"Ayah pulang!," kata Ayah. Tidak mengharap penyambutan hangat karena sebelumnya Bubu sudah menghubungi kalau dua jagoannya, Mark dan Jeno, sedang fokus menonton kartun. Berhubung hari ini Bubu sedang berbaik hati dalam hal menambahkan jam menonton televisi, Mark dan Jeno tidak menyia-nyiakan kesempatan. Kesempatan emas untuk anak-anak Jung yang sudah bekerja keras menyelesaikan tugas dari sekolah.
Ayah masuk ke dalam rumah, berjalan dengan gaya yang keren dan mengedipkan mata pada Bubu. Melihat dua jagoannya tengah berdiri di depan telivisi membuat rencana Ayah semakin mudah.
"Boy's!," panggil Ayah yang hanya direspon dengan tolehan kepala. Kartun kali ini terlihat lebih seru dibanding kepulangan Ayah. Namun, Ayah tidak pernah kehabisan ide. Sebelum hari ini berakhir dan Ayah harus membuat kenangan indah untuk dikenang dihari berikutnya.
"Kakak! Jeno! Ayah butuh bantuan kalian,"
Bubu yang saat ini tengah menemani dua jagoannya, memandang Ayah dengan kerutan di wajah. Jangan lupa dengan usapan lembut di perut yang saat ini membuncit besar. Berisi dua anak kembar yang akan lahir dalam dua bulan ke depan.
"Ayah mau minta tolong,"
"Minta tolong apa Ayah?," balas Mark sebagai yang tertua. Melirik Ayah sekilas, lalu kembali menatap layar telivisi. Mark tidak mau melewatkan bagian terseru dari kartun yang sedang ditonton. Berbeda dengan Jeno yang saat ini tidak tertarik pada permintaan Ayah.
"Ayah mau, ehm- Kakak sama Jeno pakai sepatu dulu," kata Ayah yang berhasil menarik atensi Mark dan Jeno. Jika dipikir-pikir, kedua anak Jung ini berharap kalau Ayah mengajak keduanya untuk pergi jalan jalan keluar.
"Kenapa Ayah? Mau pergi jalan-jalan ya?," tanya Mark dengan wajah bersemangat. Begitu juga dengan Jeno. Jangan lupa dengan dua tangan terkepal dan bergerak kecil sembari mengikuti irama kartun.
"Ayah mau berkelahi dengan seseorang. Tapi, seseorang itu punya dua anak laki-laki," balas Ayah sembari menunjuk pintu luar. Memberi kesan serius tanpa ragu yang mencurigakan. Jangan lupa dengan tarikan napas yang membuat suasana semakin dramatis.
"Dan, Ayah butuh kalian untuk melawan anak laki-lakinya,"
Mark menatap Bubu, seolah-olah meminta persetujuan sekaligus tidak yakin dengan apa yang dikatakan Ayah,"Kalian mau dan siap?,"
"IYA!!," balas Jeno dengan semangat. Dua tangannya terangkat tinggi dan menjelaskan seberapa senang dan menggebu-gebu.
"No~," balas Mark sembari menggeleng lemah.
Berbanding terbalik dengan Jeno. Mark terlihat ragu dan tidak suka dengan ide berkelahi yang Ayah berikan. Belum lagi dengan alis terangkat tinggi milik Bubu. Mark berfikir kalau Ayah, Mark dan Jeno pergi keluar, siapa yang akan menjaga Bubu dan si kembar? Sebagai yang tertua, Mark diberi tugas untuk menjaga Bubu dan Jeno, itupun jika Ayah pergi bekerja.
Ayah menatap Jeno dengan wajah bersemangat,"Jeno mau berkelahi? Bersama Ayah?,"
Jeno mengangguk. Yang mana berhasil diabadikan sepasang mata Mark. Menarik sedikit minat Mark dengan sedikit bayangan yang menarik. Mark berjalan mendekat kearah Ayah, bertanya dengan wajah bingung,"Anak laki-lakinya sebesar apa Ayah?,"
Ayah berusaha menahan senyumnya, berusaha terlihat serius sampai waktunya nanti,"Sebesar Kakak dan Jeno. Kakak mau ikut? Jeno juga, ikutkan?,"
"IYA!!," kata Jeno sembari maju mendekat. Memberi pertunjukan kecil berupa tangan terkepal sembari meninju udara kosong. Jangan lupa dengan kaki yang sesekali terangkat. Memberi kesan intimidasi dengan tendangan kaki yang lemah.
"Okay, let's go!," kata Ayah sembari melangkah keluar. Tanpa ragu diikuti Jeno dan Mark yang sesekali menatap pada Bubu. Terlihat ragu dengan langkah kaku yang diambil. Namun, tetap mengambil langkah dan mengikuti lari kecil dari Jeno.
"NANTI PASTI AKAN MENYENANGKAN!,"
Bubu terkekeh kecil saat teriakan Jeno memenuhi ruangan. Bubu tau bagaimana sifat dan karakter dua sulungnya. Mark yang selalu berfikir bagaimana hasil dari kecerobohan yang diambil, sedangkan Jeno, selalu berfikir untuk bertindak terlebih dahulu.
Sejujurnya, Bubu tidak tau dengan ide jahil Ayah kali ini. Apapun itu, selagi tidak merugikan dan menyenangkan, akan Bubu izinkan. Toh, waktu bermain Ayah dengan sulung Jung bisa dihitung dengan jari.
Mark dan Jeno keluar dengan cepat. Dibantu Mark memakai sepatu, Jeno berlari menuju halaman dengan Mark di belakang. Mencari keberadaan Ayah yang saat ini bersembunyi di balik mobil yang belum terparkir dengan benar.
"Ayah," panggil Jeno dengan bola mata yang bergerak liar. Berusaha mencari keberadaan Ayah yang menghilang dengan cepat.
"Ayah?! Ayah dimana?!," teriak Mark dengan lantang. Merasa bingung dengan Ayah yang mengajak Mark dan Jeno untuk berkelahi, namun- kini menghilang dan mungkin saja ditinggal.
"Ay-,"
"Argghhhhhh!,"
Dibalik kebingungan sulung Jung, Ayah mengendap-endap keluar dan menggendong Mark serta Jeno dengan dua lengan yang kekar. Membawa keduanya melayang tinggi dengan teriakan keras dari Jeno. Jangan lupa dengan ciuman sayang dari Ayah. Kalau tidak seperti ini, kapan lagi Ayah bebas mencium Mark dan Jeno.
"Ayah~ Hahaha~,"
"Hahaha~ geli! Geli, Ayah!,"
Ayah tersenyum puas, dengan hati-hati menurunkan dua beban sulung Jung dan menerima pukulan kecil dari keduanya,"Maaf ya, Ayah bohong,"
"Ayah!," teriak Jeno sembari memukul lengan Ayah. Baru setelah itu berlari mengitari halaman untuk bisa terbebas dari cekalan tangan Ayah.
Jeno berlari untuk kabur dari kejaran Ayah, dan Mark mengikuti keduanya untuk menyelamatkan Jeno.
"Kakak! Tolong Jeno, Kak!,"
"Ayah jangan~," kata Mark mencoba untuk menyelamatkan Jeno.
Jadi, begitu saja. Kenangan manis di sore menjelang malam hari kali ini. Bubu yang saat ini sedang berdiri diambang jendela tersenyum manis. Teramat bersyukur karena diberi suami sekaligus anak yang manis. Tidak ada hal lain yang diinginkan Bubu, selain melahirkan si kembar dengan baik. Bubu merasa cukup dengan apa yang dimiliki keluarga Jung sekarang.
Jadi, biarkan Bubu bergabung dengan Jeno yang memeluk erat kaki Bubu. Berusaha bersembunyi dan bersikap abai pada Mark yang saat ini berada di dekapan Ayah.
"Bubu, tolong Kakak~,"
-
Masih ada ga sih yang nungguin cerita ini?
Sorry ya, tipis tipis dulu:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Fams feat Beomgyu
AcakTypo bagian dari ke-estetikan:) warning : terpaksa nulis ini karena kehabisan cerita Jung Fams + Beomgyu