WARNING: BAGIAN AKHIR TIDAK DIREVISI CUZ MATA UDAH PERIH. BAGIAN INI UDAH GANTI ALUR BEBERAPA KALI, SO UDAH RADA MALES KALAU MAU NGEBENERIN TULISAN ABAL-ABAL INI:)
BUT, ENJOY YA GAISS
SEE U, AND GOOD LUCK FOR USetelah kejadian menakutkan yang secara signifikan sering terjadi, Bubu mencoba untuk rehat dari segala aktivitas dan memilih untuk berdiam diri di kamar. Menikmati sunyi kesendirian dan hawa tenang tanpa beban tanggungjawab.
Untuk masalah anak-anak dan Nenek Jung, Ayah percayakan semua hal termasuk menyiapkan makan dan hal lainnya kepada Bibi. Jikalau terlalu lelah atau ketika keempat ank Jung sulit diatur, Ayah akan turun tangan dan membuat cucu Nenek Jung lebih disiplin.
Selama satu hari penuh juga, Bubu tidak mengurus anak atau bahkan sekedar diganggu dalam artian dan konteks saat anak-anak bermain. Selama itu juga, Bubu hanya tidur atau bahkan membaca buku.
Sesekali keluar kamar untuk mengisi gelas air yang kosong dan melihat sekilas apa yang dilakukan keempat anak Jung. Hari libur seperti ini memang sangat dibutuhkan untuk kesehatan mental Bubu.
Oleh karena itu, Bubu memastikan kalau seharian ini akan terlewati dengan suasana tenang dan melakukan apapun yang Bubu mau. Tidak ada teriakan anak-anak, walau sesekali masih terdengar dari dalam kamar. Tidak mengurus pekerjaan rumah dan banyak tidur. Hal seperti ini memang menguntungkan untuk Bubu.
Tapi, sebagai orangtua yang selalu khawatir dengan keadaan anaknya, Bubu memilih untuk menyelesaikan hari liburnya lebih cepat. Sore itu, Bubu keluar dari kamar dan mendapati suaminya bermain dengan dua bungsu Jung.
Setelah menyapa ketiganya sebentar, Bubu melangkah pelan masuk kedalam dapur dan membantu Bibi disana. Makan malam kali ini adalah masakan rumahan yang khas. Memang tidak mahal dan terkesan sederhana, tapi soal rasa tidak perlu diragukan.
Setelah makanan tertata rapih, makan malam bersama dimulai. Anak-anak Jung yang jarang mengkonsumsi makanan rumahan seperti ini, terlihat cocok dengan sajian yang ada dan tentunya lahap.
Semua anak berebut sayur dan menghabiskan setiap inci piring sampai tandas tak tersisa. Kesan seperti ini membuat Bubu senang bukan main.
Mengingat hidup di kota yang serba instan dan bukan sekali dua kali keempat anak Jung sulit diatur dalam pola makan. Bahkan, sering kali Bubu membagikan masakannya karena ditolak mentah-mentah oleh anak-anak dan membeli makanan cepat saji seperti burger.
"Bibi bilang ada sungai didekat sini. Mau kesana boleh ya, Yah?," Tanya Mark mewakili ketiga adiknya.
Memang benar. Sore tadi, Bibi sempat memberitahu anak-anak Jung kalau ada sungai yang sering dipakai untuk mandi dan terkadang untuk mencuci baju. Karena terbilang besar dan cukup dangkal, sungai disini tidak pernah surut maupun kering saat musim kemarau.
Mendengar hal itu, keempat anak Jung merasa ingin mencoba dan bermain air. Selama tinggal di kota, keempatnya mempunyai kesempatan bermain air saat liburan sekolah saja. Itupun jika Ayah maupun Bubu tidak sibuk.
"Memangnya tau, sungainya ada dimana?," Tanya Bubu sembari membereskan beberapa piring yang sudah kosong untuk dikumpulkan menjadi satu.
Mark menggeleng.
"Tapi, Ayah tau kok. Kata Bibi, waktu Ayah kecil dulu sering mandi di sungai," jawab Jeno, berusaha membantu Mark dalam hal negoisasi izin dengan Bubu.
Ayah menelan nasi terakhir dan berkata,"Boleh saja, asal Bubu izinkan,"
Setelah mendapat lampu hijau dari Ayah, sudah saatnya peran bungsu Jung dimainkan. Selain karena tidak bisa menolak keinginan Sungchan atau Beomgyu, Bubu juga lemah dengan tatapan mata bundar milik keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Fams feat Beomgyu
De TodoTypo bagian dari ke-estetikan:) warning : terpaksa nulis ini karena kehabisan cerita Jung Fams + Beomgyu