Agustusan

346 27 0
                                    

Setelah sound sistem yang disiapkan pemuda dinyalakan, atau- bisa dibilang cek sound saja, Kakak alias Mark yang saat ini baru saja selesai sarapan dan tentunya didukung oleh semangat pagi Jeno sebagai Abang dari si kembar, kini beranjak turun dari kursi. Bubu yang saat ini masih repot dengan apron, terburu-buru mengingatkan keduanya untuk minum dan menunggu Ayah. Ayah saat ini tengah mandi. Sehari sebelumnya, Ayah sudah janji dengan anak-anak untuk ikut dan menemani.

Ayah tentunya tidak akan melewatkan acara setahun sekali, seperti saat ini. Ketika Ayah diprotes karena terlalu lama mandi dan makan dengan terburu-buru, Ayah berangkat ke lapangan komplek dengan Kakak dan Abang.

Bubu? Si Kembar? Karena masih balita dan tidak mau kulit bayinya terbakar, Bubu akan kadang saat hari sore dan matahari sudah tidak terik. Lagipula, Bubu masih ada pekerjaan rumah. Membiarkan Ayah dan para sulung untuk menikmati waktu bersama adalah pilihan terbaik.

Baju yang menyerap keringat dan sesekali sapaan dari pemuda yang turut serta mempersiapkan acara lomba, Ayah datang dan langsung mendaftarkan Kakak serta Abang untuk berpartisipasi.

"Selamat pagi, Pak Jung,"

"Mark dan Jeno sudah daftar? Kalau belum mau Kakak daftarkan?,"

"Selamat pagi, Mark,"

"Jeno sudah sarapan?,"

Mungkin begitu sapaan manis dari para tetangga. Menyapa dan tersenyum. Mengusap halus rambut Mark maupun pipi tembam Jeno. Memberi sedikit pujian dengan tawa ringan dan tentunya ucapan terimakasih serta syukur yang tidak habisnya.

"Selamat pagi anak-anak! Untuk pagi ini kita lomba balap kelereng, ya?!," kata salah satu panitia pelaksana. Disambut teriakan semangat dari anak-anak kompleks berusia lima sampai sepuluh tahun.

"Ayah, Abang mau lomba kelereng,"

"Iya, Abang sudah daftar. Tinggal tunggu giliran saja,"

Belajar dari pengalaman tahun lalu, Abang yang saat ini sudah siap di garis star dengan sendok di mulut, sudah siap. Dengan tekad yang bulat dan ujung sendok yang digigit kuat, aba-aba dilayangkan.

"Satu, dua, tiga!,"

Ketika peluit terdengar, Abang aka Jeno, dengan sikap pantang menyerahnya melaju di lapangan. Sesekali kembali ke tempat star karena peraturan lomba yang mengharuskan anak-anak kembali ketika kelereng yang mereka bawa jatuh.

Ayah sebagai orangtua yang cukup aktif di media sosial, tentu saja mengabadikan momen menyenangkan seperti saat ini. Hitung-hitung sebagai bukti atau kenang-kenangan di masa tua nanti.

"Ulangi lagi, Bang,"

"Tidak apa-apa,"

"Ayo, Abang! Semangat!,"

Walaupun sudah disemangati Ayah dan Kakak, Abang tetap saja kalah. Mau bagaimana lagi? Yang terpenting bagi Ayah, anak-anak senang walaupun tidak menang.

"Sudah, tidak apa-apa. Masih ada lomba yang lain, bang,"

Jeno mengangguk. Kembali bergabung dengan teman mainnya. Meninggalkan Ayah yang saat ini merekam keikutsertaan Mark dalam lomba balap kelereng.

"Pelan-pelan saja, Kak. Yang penting sampai,"

Mendengar apa yang dikatakan Ayah, tanpa sadar Mark mengangguk. Hal ini menyebabkan sendok terguncang dan kelereng jatuh kebawah. Tawa lirih terdengar dari sekumpulan remaja. Menyusul Jeno yang kalah di lomba pertama, Mark tidak terlalu sedih. Lagipula, benar kata Ayah! Masih banyak lomba lain yang belum terlaksana.

Waktu berlalu cukup cepat. Siang yang terik dan setengah jam sebelum waktu makan siang, lomba makan kerupuk diadakan.

"Siapa disini- yang mau makan siang?!," tanya panitia dengan lantang. Menunggu antusias anak-anak yang masih membara di tengah terik matahari.

Jung Fams feat Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang