Jung Fams versi horor (part satu)

231 12 5
                                    

UNTUK KENYAMANAN SAYA SENDIRI DAN PARA PEMBACA, untuk bisa bekerja sama agar cerita ini hanya dijadikan PENGHABIS WAKTU dikala dunia masih kejam. BUKAN DIJADIKAN PEGANGAN ATAS TINGKAH LAKU ATAU KARAKTER YANG BERSANGKUTAN DIDUNIA NYATA.

CERITA INI SERATUS PERSEN FIKSI ATAU TIDAK NYATA DAN BERSIFAT KHAYALAN PENULIS!!

Warning : karena part ini cukup panjang, jadi aku bagi dua.

Untuk masa depan anak-anak Jung, Ayah tidak memaksa dan membebaskan semua anak untuk memiliki cita-cita dan keingin mereka. Ayah tidak memaksakan kehendak anak-anak untuk melanjutkan karir keartisannya. Entah itu aktor atau menjadi penyanyi.

Begitu juga dengan Bubu. Tidak pernah sekalipun Bubu memaksa anak-anak untuk melanjutkan atau bercita-cita sebagai wartawan.

Namun, karena darah lebih kental daripada air, Mark memilih untuk melanjutkan cita-cita Bubu. Menjadi wartawan atau jurnalis yang menjunjung tinggi kebenaran diatas semua fakta.

Mendapat marga Jung dari Ayah, nyatanya bukan menjadi penghalang bagi Mark untuk bekerja. Selama ini, Mark mendedikasikan seluruh waktu dan raganya untuk menyiarkan berita berbobot dan mengandung informasi terpercaya.

Tidak ada pekerjaan yang tidak melelahkan. Untuk jadi bos saja, harus berani menanggung tanggung jawab besar dan berani mengambil resiko. Begitu juga dengan pekerjaan Mark.

Sewaktu-waktu, disaat pagi buta, tengah malam atau disaat genting lainnya, Mark selalu siap dan sigap meliput semua berita yang hangat dan viral. Bersama rekan barunya, Haechan, Mark selalu semangat dan mencintai pekerjaannya.

Bekerja sebagai penyalur berita dari yang bersangkutan kepada khalayak ramai, jam kerja normal seperti delapan jam sehari bukan lagi jam kerja untuk Mark. Terkadang, di pagi buta, tengah malam atau disaat acara bersama keluarga, Mark rela pergi untuk memenuhi tugasnya.

Melakukan perjalanan bersama Haechan, menggunakan mobil atau terkadang jalan kaki karena tempat yang mereka kunjungi adalah tempat terpencil atau terkadang gunung, pegunungan atau dataran tinggi.

Sudah satu tahun lamanya, Mark bekerja sama dengan Haechan. Sikapnya ramah dan selalu suka dengan tantangan. Mark suka dengan Haechan yang selalu optimis dan penuh semangat. Namun, ada saatnya, Mark mengutuk semua kepribadian Haechan yang terlalu antusias akan suatu kasus yang sedang hangat.

Seperti pagi ini. Setelah meneror Mark dengan panggilan telepon secara terus-menerus, Haechan tersenyum di depan pagar rumah yang dia sewa. Sedangkan Mark, menurunkan kaca mobil yang dia bawa.

"Tunggu apa lagi? Masuk," kata Mark. Yang mana dihadiahi gelengan oleh Haechan. Pakaian santai dengan jaket dan sepatu yang senada, Haechan merapihkan anak rambut miliknya dan menatap tepat di mata Sulung Jung.

"Pertama, jangan marahi aku. Aku menelponmu berkali-kali agar tidak terlambat dan tidak mendapat bagian dibelakang," kata Haechan dengan senyuman yang manis. Mencoba untuk mendapat maaf dan berusaha agar tidak mendengar ceramah pagi dari Mark.

"Aku tau. Cepat masuk, sekarang. Atau kita akan terlambat dan mendapat kursi dibelakang," kata Mark dengan senyuman yang dipaksa.

"Baik,"

Setelah mendapat berita 'Top Secret ' dari salah satu rekan Haechan didaerah Busan, mereka kini dalam perjalanan menuju salah satu kantor polisi disana.

Dari apa yang Haechan dengar, berita penemuan tulang dengan ukiran angka menjadi berita hangat dikalangan para wartawan. Oleh karena itu, Mark dan Haechan memutuskan untuk berangkat lebih awal dan tidak sabar dengan informasi yang akan disampaikan.

Perjalanan dari Seoul menuju Busan membutuhkan waktu tiga sampai empat jam. Selama itu, Haechan maupun Mark berbincang ala kadarnya. Juga, sesekali mereka bergantian untuk mengemudi dan berhenti untuk membeli sarapan.

Jung Fams feat Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang