Valentine Day by Mark

333 18 0
                                    

Hari ini adalah hari Valentine. Mark yang saat ini menjadi sulung dari Jeno, bayi berusia lima bulan, saat ini tengah memandang setelan jas kebanggaan. Sehari sebelumnya, Si Sulung berniat memberi satu tangkai bunga dengan coklat yang dibeli dari hasil tabungannya sendiri.

Jika ditanya untuk apa sampai merelakan uang tabungannya, jawabannya untuk Kakak Haechan. Anak cantik berusia dua tahun lebih tua dari Mark. Haechan itu anak tetangga sebelah. Rumah Mark dan Haechan hanya berjarak lima unit rumah. 

"Kakak mandi dengan Ayah, ya?," tanya Bubu dengan nada senang. Mendapat anggukan kecil dengan Jeno yang sedang menyusu. Sekedar info saja, pagi ini sekitar pukul delapan pagi, Mark baru saja bangun dengan wajah kusut. 

"Iya, Bubu,"

Keluar dari kamar dan bertemu Ayah di lorong. Jika dilihat dari tampang Ayah, sudah Mark duga kalau Ayah juga baru saja bangun dari lelapnya. Maka dari itu, Mark menggandeng tangan Ayah dengan handuk kecil di pundak,"Ayah, mandi,"

"Hmm, kenapa Kak?,"

"Mandi, Yah. Kakak mau mandi," 

Baru setelah itu, Mark menghabiskan paginya untuk mandi bersama Ayah. Menggunakan pakaian terbaik dengan jas berwarna hitam dan dalaman putih. Oh, jangan lupa sepatu mahal yang Mark bersihkan semalam. Berkaca selama sepuluh menit untuk memastikan ketampanan paripurna dari gen Ayah.

"Sudah tampan kok, Kak," kata Ayah sembari membuka lemari baju. Mengambil kaos polos dengan celana training yang nyaman. Terkekeh kecil pada Mark yang saat ini tengah bercermin seperti orang dewasa.

Mark mengangguk kecil,"Tentu saja! Kakak itu tampan!," balas Mark dengan jujur. Kelewat santai dan apa adanya. Melihat kembali pantulan diri dengan rambut basah yang disisir kearah kanan.

Ayah mengacungkan jempol tanda setuju. Ayah juga tampan, begitu juga dengan Kakak dan Jeno. Itu yang dipikirkan sulung berusia empat tahun, Mark. Dari arah pintu, Bubu memandang Mark penuh haru. Empat tahun lalu, Bubu rasa Mark hanya bisa menangis. Kini Mark sudah bisa makan sendiri, bahkan- menentang Ayah dengan ide gila diluar nalarnya.

"Ayah, Kakak! Ayo sarapan," ajak Bubu dengan suara yang halus. Berdecak kagum karena jas yang dipakai Mark cocok untuk usia anak-anak. Menambah nilai plus untuk Mark yang sesekali dikenalkan dengan fashion.

Mark menatap Bubu dengan mata bulat. Dengan binar yang jernih, Mark menabrak kaki Bubu dan memeluknya. Baru setelah itu terkekeh kecil dan menggenggam tangan Bubu,"Oh, Kakak cocok sekali pakai jas,"

Mark tersenyum lebar,"Tampan ya, Bu?,"

"Iya dong," balas Bubu dengan semangat. Jangan lupa dengan satu ibu jari yang berdiri tegak. Memberi nilai tambahan secara gamblang untuk anak-anak seperti Mark. 

Kalau Ayah dan Bubu saja sudah setuju kalau Mark tampan, kini giliran Mark melakukan aksinya. Tapi, sebelum itu- jagoan Jung perlu makan alias sarapan. Tepat pukul sembilan pagi, dipimpin Ayah berdoa, Mark makan dengan senang. Sarapan dengan daging ayam yang disuwir tipis tipis. Di makan dengan nasi hangat yang masih mengeluarkan uap.

"Terimakasih atas makanannya, Bubu," kata Ayah yang diikuti Mark dengan baik. Mengucap syukur atas nikmat sarapan yang disediakan Bubu. Melahap semua jatah sarapan tanpa tersisa. Mark ini termasuk anak yang suka makan. Semua sayuran dilahap habis tanpa tersisa. Itulah alasan dibalik tumbuh kembang Mark yang bagus.

Setelah sarapan dan menunggu Ayah di dalam kamar, Mark merenung dengan degup jantung yang tidak biasa. Dengan satu ikat bunga dan coklat yang dibeli, Mark menunggu Ayah dengan tidak sabar. Berdiri di depan pagar yang masih terkunci dari dalam. Karena pengunci pagar yang cukup tinggi, Mark hanya bisa menunggu dan memandangi pagar hitam yang besarnya lima kali dari tinggi Mark.

Jung Fams feat Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang