Bab 05 - menduga

70 12 10
                                    

Suara teriakan dari para penggemar satria kembali mengusik telinga kia ketika satria dan kawan-kawannya selesai melakukan pertandingan persahabatan bersama kelas lain. Dan pada saat itu satria berjalan ke tepi lapangan sambil mengelap keringatnya menggunakan handuk kecil miliknya.

Kia mengendus kesal sambil memutar gerakan bola matanya sebanyak 180 derajat, "berisik lagi".

"Bawel lo!". Omel kiran.

"Ini pertandingan apaan sih? Ko lo tau dia ada di sini? Apa tiap jam istirahat kegiatan mereka Cuma main basket? Sampe semua penggemarnya pada nontonin dia kesini".

" hari minggu besok ada turnamen basket antar sekolah SMA se-jakarta, jadi tiap hari mereka latihan buat persiapan nanti. Oh iya nanti lo ikut gue nonton juga yah" sahut kiran.

"Nonton pertandingan basket? Engga ah, gue sibuk". Tolak kiara.

"Sibuk apa sih lo? Paling Cuma sibuk halu-in cowok yang ada di buku novel lo kan".

"Apaan sih lo, sotau banget".

***

"Assalamualaikum, bu kia udah pulang".

Teriak kiara ketika membuka pintu depan toko bunga lalu berjalan ke dalam mencari keberadaan ibunya.

"wa'alaikumussalam.." sahut Rosa yang berjalan menghampiri kia.

Kiara pun segera meraih tangan lalu mencium punggung tangan Rosa kemudian memeluknya dengan sedikit manja.

"Kamu cape yah?" Tanya Rosa.

Kia bergumam, "engga ko.. oh iya kita jadi kan ke makam ayah bu?"

Rosa tersenyum sambil mengusap puncak kelapa putrinya, "jadi sayang, kamu mandi, ganti baju terus makan dulu aja sana, om dion kesini satu jam lagi".

"siap bu". Kia mendongakkan kepala ke arah wajah ibunya. Kemudian ia kembali keluar dari toko tersebut menuju rumah dan melaksanakan perintah dari ibunya.

***

Kiara, Rosa, dan dion tiba di TPU yang lokasinya tak jauh dari rumah mereka, kemudian dion berjalan di depan dan membawa mereka tepat di pusara sang ayah. Terlihat pada batu nisan tersebut tertuliskan nama " Antonio bagaskara"

yang tentu saja ketika Rosa membacanya membuat air mata seketika jatuh pada pipinya. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya lalu mencium batu nisan itu dengan mencurahkan segala kerinduan pada mendiang suaminya.

Kiara menatap sendu sang ibu, ia ikut menjatuhkan tubuhnya kemudian merangkul dan mengusap punggung Rosa agar merasa lebih tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kiara menatap sendu sang ibu, ia ikut menjatuhkan tubuhnya kemudian merangkul dan mengusap punggung Rosa agar merasa lebih tenang.

Dion tetap berdiri di tempatnya, menyaksikan kedua wanita yang sangat terpukul setelah di tinggal oleh kepala rumah tangga mereka. Kemudian setelah ia biarkan selama 5 menit, dion pun ikut menurunkan badannya dan mengusap batu nisan itu.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang