Bab 26 - Coklat

29 11 2
                                    

“Kantin yuk!”. Ucap kiran setelah selesai merapikan alat tulisnya.

“Gak deh. Perpus aja”. Sahut kiara yang juga sedang merapikan alat tulisnya.

“Perpus mulu deh. Kali-kali nongkrong di kantin kenapa si”.

“Yaudah lo aja yang ke kantin. Gue ke perpus sendiri”.

“Gak! Gak akan gue biarin lo sendirian. Gue khawatir lo kenapa-napa Lagi. Yaudah gue ikut lo ke perpus. Emang lo bawa bekal?”.

Kiara tak menyahuti perkataan kiran. Ia hanya mengeluarkan sebuah kotak makanan kemudian menunjukkannya pada kiran sambil tersenyum.

Kiran tersenyum lega. Ia memahami apa yang di maksud kiara. “oke besti.. gass!”. Kemudian ia menarik tubuh kia sambil membawanya berjalan keluar dari kelas.

Kedua gadis itu berjalan pada koridor sekolah sambil terus melempar candaan satu sama lain. Terutama kia yang terus saja menggoda kiran yang tadi malam di antar pulang oleh satria. Ia tahu kiran sampai saat ini masih mengagumi satria. Namun hal itu di bantah kiran karna saat ini ia hanya mengagumi reyhan. Bukan tanpa alasan, kiran tahu akhir-akhir ini satria lebih dekat dengan sahabatnya itu. Sehingga membuat kiran mengalah dan ia sudah tidak terlalu mengagumi satria lagi.

Ketika mereka berdua hendak masuk ke ruangan perpustakaan. Tiba-tiba saja dewa muncul dan mencegat mereka sambil tersenyum pada kiara. Di tangannya ada sebuah coklat batang yang di beri hiasan pita berwarna merah muda. Kemudian ia berikan coklat itu pada kiara.

“Nih buat lo!”.

Kia mengernyitkan keningnya kemudian menoleh ke arah kiran sambil mengangkat kedua alisnya.

Kiran hanya mengangkat kedua bahunya tanpa bersuara.

Kia pun kembali menoleh ke arah dewa sambil mendorong coklat yang akan dewa beri padanya. “sorry kak. Gue bawa bekal dari rumah. Takut coklatnya ga kemakan”.

“gapapa. Kan bisa lo makan nanti. Di kelas atau di rumah”. Dewa tetap memaksa.

Kia hanya bergumam. Pandangan matanya ia alihkan pada objek lain.

“mending buat gue aja. Kebetulan gue belum makan”. Tiba-tiba Satria muncul, ia merebut coklat yang berada di tangan dewa dengan raut wajah sumringah. “astaga.. lucu banget sih lo pake pita pink segala”.

Kia menoleh terkejut.

“lo ngapain sih ngambil coklat gue”. Dewa mencoba mengambil kembali coklat miliknya dari satria, namun satria dapat menepis tubuhnya sehingga coklat itu masih tetap berada di tangannya.

eits. Lo denger sendiri kan kia nolak. Jadi dari pada mubazir mending gue makan aja. Iya kan kia?”. Ucap satria dengan senyuman meledek sambil membuka kemasan coklat itu kemudian ia suapkan ke dalam mulutnya.

“Nah itu baru bener. Dari pada mubazir mending di kasih kak tria aja”. Kiran menimpali candaan satria.

Dewa masih dengan raut wajah jengkelnya atas kelakuan satria. Namun akhirnya ia tak memedulikannya dan kembali melempar senyuman ramah pada kiara.

“oh iya. Gimana keadaan lo sekarang? Udah  enakan lagi?”. Tanya dewa.

Belum sempat kia menjawab pertanyaan dewa, tiba-tiba satria kembali mengganggu dengan menyahuti pertanyaan dewa. “gue baik-baik aja. Lo lihat sendiri kan? Gue kan anak jagoan”.

Dewa kembali memasang raut wajah jengkel pada satria. “lo apaan sih ganggu gue terus? Lagian lo ngapain di sini? Sejak kapan lo suka nongkrong di perpus?”.

“Udah lama kali. Lo nya aja yang ga pernah lihat gue”. Ledek satria.
“Udah ya kak. Gue mau masuk. Permisi”. Kia yang tidak nyaman dengan pertengkaran kecil satria dan dewa, ia pun mencoba menjauh dari kedua pria itu.

“gue boleh ikut?”. Tanya dewa.

Kiran bergumam. “gausah ya kak. Kita lagi ada obrolan serius berdua aja. Ga mau di ganggu siapa pun. Sorry yah”. Kemudian mereka kembali berjalan masuk ke dalam ruang perpustakaan.

Tinggal dewa dan satria yang masih menyantap coklat itu di luar pintu ruang perpustakaan. Satria dengan wajah cuek ya, dan dewa dengan wajah jengkelnya membuat ia ingin kembali memarahi satria. “gara-gara lo kia pergi kan!”.

“dih. Ko gue? Emang dia lagi gak mau di ganggu kok lo yang sewot ke gue sih”.

“YA ITU GARA-GARA KEHADIRAN LO DI SINI. KIA JADI RISIH!”. Dewa sedikit menaikkan volume suaranya hingga terdengar ke dalam ruangan perpustakaan itu.

“HEY. KALIAN JANGAN BERISIK DI SINI. SANA PERGI KE LAPANGAN AJA KALAU MAU BERANTEM!” tegur seorang penjaga perpustakaan dengan tatapan tajamnya ke arah dewa dan satria.
Satria tersenyum meledek. “yaudah sana. Pergi lo. Udah di usir juga”.

“Ya lo juga pergi. Ngapain masih di sini?”.

“ya ini juga gue mau pergi ko. Btw thanks ya coklat nya”. Ucap satria sambil melangkah pergi meninggalkan dewa.

Dewa pun berjalan meninggalkan perpustakaan dengan lesu. Usahanya untuk mendekati kiara ternyata gagal. Ia pun kembali berpikir untuk mencari cara agar bisa dekat dengan kiara.

“DEWA. TUNGGU!!” dewa menoleh ke belakang. Ke arah sumber suara seseorang yang memanggil namanya.

SALSA. Kehadiran gadis itu membuat suasana hati dewa semakin buruk. Ia berniat untuk menghiraukannya. Namun salsa dapat meraih tangannya segera.

“dewa please. Dengerin aku. Aku belum ngomong apapun sama papa. Bisnis orang tua kamu masih aman. Tapi please kita balikan yah”.

Dewa mendecih. Ia pun menepis tangan salsa. “SILAHLAN KAMU BILANG SAMA PAPA KAMU. AKU GA PEDULI.  YANG JELAS SEKARANG KITA UDAH SELESAI!”.

“TAPI AKU MASIH CINTA SAMA KAMU DEWA!”.

“KAMU GA PERNAH CINTA SAMA AKU. KAMU ITU CUMA OBSESI..UDAH LAH SA, STOP NGEJAR-NGEJAR AKU. BIARIN AKU BEBAS SEKARANG!”.

Dewa pun akhirnya kembali meninggalkan salsa sendiri di tempat itu. Ia tak peduli walaupun salsa terus saja meneriaki namanya sambil menangis.


***


“Ki, tumben ya kak dewa ngebet deketin lo. Dia ga takut salsa ngamuk apa ya?”. Ucap kiran sambil menyantap bekal makanan kiara.

Kia terus saja membuka lembaran demi lembaran buku novel yang ia baca. “kemarin juga gitu kan. Gue nya aja yang gak tahu kalo dia punya cewek. Makanya sekarang gue agak cuekin dia”.

“Ya tapi dia sampe mau ngasih coklat segala loh. Mana di pakein pita segala lagi. Berarti dia emang niat banget itu. Jangan-jangan dia udah putus ya sama salsa”.

Kia menutup jilid bukunya. “hush. Jangan ngomong gitu. Kak salsa mana mau lepasin kak dewa. Lo  tau sendiri kan dulu gue pernah di cegat sampe mau di tampar kak salsa segala demi mempertahankan hubungan mereka. Ya ga mungkin lah merek udahan. Kak salsa cinta banget gitu kayaknya ko”.

“itu bukan cinta kali. Tapi obsesi. Obsesi punya cowok populer di sekolah. Cowok ganteng, pinter, aktif kegiatan sekolah. Pokoknya paket komplit banget deh”.

Kia melengkungkan bibirnya kebawah sambil mengangkat kedua bahunya. “entah lah. Yang jelas kali ini gue ga akan deket-deket sama dia lagi atau engga gue di labrak lagi sama kak salsa”.

“Jadi lo mau nya di deketin kak tria gitu?”. Goda kiran sambil mencolek dagu kia.

“Ih. Apaan sih lo!” ketusnya.


ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang