Bab 36 - masalah dewa

25 12 1
                                    

“Maksud kamu apa mutusin salsa secara sepihak?”. Bentakkan suara yang cukup nyaring terdengar mengusik gendang telinga dewangga yang sedang duduk di atas sofa sambil tertunduk karna merasa bersalah.

Arya melempar beberapa lembar surat perjanjian kerja sama yang sudah sejak satu tahun ia jalani bersama orang tua salsa untuk mengembangkan bisnis kedai ayam gepreknya. Dengan meluapkan amarah karna kecewa kepada dewangga yang menyebabkan pemutusan kontrak kerja sama bisnisnya.

“Aku cape pak. hidupku di atur salsa terus. Setiap pergerakan aku selalu di awasi bahkan di larang sama dia”. Kali ini dewa berani menatap dan melawan orang tuanya.

“sejak kapan kamu ngerasa cape? Sejak kamu suka sama gadis lain dan kamu udah ga cinta sama salsa lagi. Iya?”.

“sejak kapan aku cinta sama salsa? Dari awal aku Cuma terpaksa. Aku jalani pun sampai sekarang ga ada rasa apa pun sama dia”.

“kenapa kamu ga bisa sabar sedikit aja dewa. Gara-gara kamu. Usaha kita terancam gulung tukar karna ayahnya salsa sudah mencabut semua investasi modal ke usaha kita. Dan kedai yang kita pakai jualan itu masih milik dia. Dan kita sudah di usir. Jadi kita ga bisa lagi jualan di sana. Gimana bapak nerusin usaha kita dewa? Kamu mikir ga sih!”.

“emang bapak ga ada tabungan? Hasil keuntungan jualan selama ini? Kita bisa merintis sendiri dari awal. Biarpun sewa tempat, asal usaha kita masih lanjut”.

“tabungan kamu bilang? Kamu pikir biaya sekolah kamu ga murah? Kamu pikir ibu masih rutin cuci darah gratis?”.

Diana yang merupakan ibunya dewa hanya dapat terdiam sambil menitikan air mata ketika menyaksikan suami dan putranya bertengkar karna ekonomi keluarganya yang mulai menurun. Ia tidak dapat membela pihak mana pun karena ia tahu dewa memang salah. Tapi dia tidak bisa mengikuti arya untuk menyalahkan dewa karna ia amat begitu sayang pada putranya.
“bapak gak tahu perasaan aku kayak gimana? Aku di depan salsa ga ada harga dirinya sebagai laki-laki pak. Aku ga nyaman sama dia”. Berkali-kali dewa membantah namun arya malah semakin marah padanya.

“Harga diri kamu bilang? Harga diri kita sudah di beli sama keluarga salsa. Kalau tanpa mereka, kamu ga akan bisa sekolah di sana. Di sekolah favorit kamu!”.

Dewa yang semakin merasa muak pun akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah untuk menenangkan diri agar dapat berpikir jernih. Berkali-kali ibunya berteriak memanggil namanya pun tetap saja tidak menjadi halangan untuknya pergi saat itu dari rumah.

Mobil yang selama ini dewa gunakan memang sudah di ambil alih kembali oleh salsa. Dan itu membuat ia kebingungan kemana ia akan pergi tanpa kendaraan. Namun ia masih ingat, di gudang samping rumahnya ia simpan sepeda kesayangannya dulu yang sudah tidak ia gunakan semenjak memiliki mobil. Dan akhirnya ia pun pergi menggunakan sepeda dan ia kayuh entah sampai mana ia pergi.

Dewangga menghentikan kayuhan sepedanya di depan sebuah toko bunga. Tentunya itu adalah milik ibunya kiara. Ia menepi karna ia melihat kiara sedang bolak balik keluar masuk toko sambil melayani pembeli. Dan hal itu membuat suasana hati dewa saat itu menjadi lebih baik lagi ketika melihat senyuman yang terpancar di balik gadis sederhana yang berkacamata.

“kiara!”. Teriak dewa dan kia pun menoleh ke arahnya.

Kia pun segera kembali masuk ke dalam toko tanpa membalas sapaan dewa.
Lalu dewa turun dari atas sepedanya dan berlari mengejar kia ke dalam toko tersebut hingga ia dapat menggapai tangan kiara.

“Kia tunggu!”.

Kia coba menepis tangan dewa karna ia tak ingin bertemu dengannya. “maaf kak, aku sibuk”.

“Kia please dengerin gue. Gue mau minta maaf sama lo”. Ucap dewa yang terus memaksa meraih tangan kia.

“sayang”. Ucap Rosa yang baru muncul. “loh ada temen kamu? Kenapa ga di ajak masuk?”.

“bukan temen aku bu”. Ketus kiara.

Dewa melepas tangannya dari kiara, kemudian ia menghampiri Rosa dan mencium tangannya. “saya kakak kelasnya kiara tante”.

“Oh kakak kelas. Berarti satu
angkatan sama satria yah? Atau teman sekelas?”.

“Ibu!”. Bisik kia sambil mengedipkan kedua matanya pada Rosa yang memberi isyarat agar tidak menanyakan hal itu pada dewa.

“Satria?. Tante kenal dia?”. Ucap dewa sedikit bingung.

“Ya. Tentu saja. Dia sering lo main kesini”.

“ibu apaan sih. Orang Cuma beberapa kali aja”. Kia tampak gelisah, kemudian ia melihat dua orang pengunjung toko yang akan masuk ke dalam toko tersebut sehingga ia pun mengalihkan pembicaraan pada Rosa agar tidak berlama-lama mengobrol dengan dewa.

“Ibu layani yang beli aja sana ya”. Kia pun mendorong tubuh ibunya dan akhirnya Rosa pun pergi dari tempat itu.

Kini kia dan dewa hanya berdua.  Kemudian ia pun menarik tangan dewa menuju keluar toko hingga berjalan sedikit menjauh dari toko itu.

“jadi satria sering ke sini? Gue kasih tau kia, satria itu ga baik buat lo. Lea ga akan tinggal diam sampai kapan pun kalo lo masih deket sama satria. Dan itu bahaya buat lo”.

“terus apa kabar dengan salsa? Bukannya dia juga ga suka sama aku? Dan salsa ga akan tinggal diam kalau aku deket sama kakak”.

“tapi itu kemarin pas dia masih pacar aku. Sekarang kita udah putus. Jadi ga ada alasan lagi buat salsa cemburu sama lo”.

“ya justru karna kakak putusin dia secara tiba-tiba,  dia pasti mikir aku penyebabnya”.

“gue jamin kia. Salsa ga akan macem-macem lagi sama lo”. Berulang kali dewa meraih tangan kia namun tetap saja kia terus menepisnya.

“Apa jaminannya? Pasti kakak gak tau kan kak salsa kemarin kecelakaan?”.

“apa! Kecelakaan?”. Ucap dewa terkejut.

“ya. Kemarin sore the princess kecelakaan mobil. Mobil yang di bawa kak lea masuk jurang. Itu karna mereka berniat mau nabrak aku, tapi beruntung kak tria selamatin aku. Jadi mobil mereka hilang arah dan malah nabrak pembatas jalan sampe rusak dan mobil mereka jatuh ke sungai. Kak lea luka parah dan yang lainnya luka ringan. Dan itu karna kak lea dan kak salsa masih dendam sama aku karna kalian. Jadi mulai sekarang kalian stop deketin aku. Biarkan aku hidup tenang”. Ucap kia dengan sedikit emosi.

“tapi kia_”.

“Udah ya. Sekarang kakak pergi dari sini sebelum kak salsa lihat. Dan mulai sekarang stop deketin aku lagi. Aku gamau cari masalah sama the princess. Permisi”. Kia pun segera berlari meninggalkan dewa.
Dan dewa sejenak terdiam sambil berpikir dan mencerna setiap perkataan kiara. Dan pada akhirnya ia pun kembali pergi dari tempat itu dengan penuh penyesalan.

Dewa kembali mengayuh pedal  sepedanya dengan sedikit pelan sambil menikmati suasana jalanan. Tak lama kemudian ponselnya berdering dari dalam saku celananya. Dilihatnya muncul sebuah panggilan telepon dari adik perempuannya. Aliya.

Hallo al. Kenapa?

Kak gawat. Ibu sesak nafas.

Apa? Ko bisa?

Gak tahu kak, sekarang kakak pulang. Kita bawa ibu ke rumah sakit.

Iya iya. Kakak pulang sekarang


Dewa pun melanjutkan perjalanannya dengan mengayuh sepeda dengan kecepatan yang cukup tinggi agar ia segera sampai ke rumahnya.

Dan setelah ia sampai, benar saja. Arya dan aliya yang sedang panik sambil membantu ibunya berjalan masuk ke dalam mobil.

“pak. Ibu kenapa?”. Ucap dewa panik.

“Gak tahu. Tadi ibu nangis dan tiba-tiba sesak nafas. Kita bawa segera ke rumah sakit”.

“ayo pak!” ucap dewa yang membantu Diana agar dapat masuk dan duduk dengan nyaman di dalam mobil itu.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang