Renata menyadari pergerakan tangan kiara yang seperti canggung ketika mengambil bahan adonan roti yang sudah ia perintahkan, ia rasa benar dengan apa yang di katakan satria, namun ia tidak mungkin mengatakannya pada kiara karena ia khawatir kia akan merasa malu.
Akhirnya ia pun berjalan mendekati kiara dan satria lalu memberi tahu padanya untuk menyampaikan beberapa bahan dengan takaran yang ia beri tahu, “kamu masukan tepung terigunya 10 sendok makan aja ya kia”.
“Oke tante”. Kia pun melaksanakan perintah dari renata dengan hati-hati, kemudian ia memasukkan beberapa sendok makan tepung Terigu ke dalam wadah yang ia ambil dari toples besar tempat penyimpanan tepung itu.
Namun ketika kia sedang fokus menghitung jumlah tarakan sendok Terigu, dengan tidak sengaja satria yang sedang memecahkan satu butir telur tiba-tiba tangannya menyenggol tangan kia, dan sendok yang berisi tepung Terigu di tangan kiara menjadi tumpah mengenai baju dan sebagian mengenai wajah kiara sehingga menghalangi pandangannya karena kacamata yang ia gunakan hampir tertutup oleh tepung itu.
Kiara mengendus kesal. Lalu ia melepaskan kacamata dan segera meniup butiran tepung yang menempel sambil ia lap menggunakan jari jemarinya.
“Eh sorry kia. Gue ga sengaja sumpah”. Ucap satria yang panik kemudian ia coba membantu kiara membersihkan kacamata kotornya.
“gausah. Gue bisa sendiri!”. Tolak kia yang menepis tangan satria.
Sedangkan renata yang menyadari peristiwa yang terjadi pun tidak mampu berbuat sesuatu pada kiara karena ia sedang kerepotan memasak, “kamu itu kenapa ga hati-hati sih satria, kasian kan kia baju dan kacamatanya jadi kotor”.
“iya ma, aku kan udah bilang ga sengaja”.
Tanpa menimpali perkataan dari satria dan renata kia pun segera memakaikan kembali kacamata yang sudah ia bersihkan walau pun sebenarnya tidak terlalu bersih, sehingga satria pun menarik kacamata yang kia pakai dan hal itu membuat kia kembali menampakkan wajah kesalnya, “mending lo ga usah pake kacamata deh sekalian, ribet tau”.
Kia yang tak terima dengan apa yang di lakukan satria pun segera meraih kembali kacamata miliknya namun dapat di sembunyikan oleh satria, “balikin kacamata gue!”.
“Lo masih bisa kan ga usah pake kacamata dulu?”.
“ya, bisa sih”.
“bentar gue test”. Satria mengangkatkan jari telunjuk dan jari tengahnya di depan wajah kiara, “ini berapa?”.
“dua lah”.
“Nah itu lo tau”.
“mata gue itu minus, bukan buta KAK SATRIAAAAA”. Dengus kiara kesal.
“Yaudah, berarti lo bisa masak tanpa kacamata kan?”.
Kia yang merasa pasrah dengan tingkah satria pun segera memalingkan wajahnya sambil memutarkan pergerakan bola matanya kemudian ia kembali mengerjakan pekerjaan yang di perintah oleh renata, ia rasa sudah tidak penting lagi jika berdebat dengan pria aneh ini.
Renata yang sempat menggelengkan kepala karena melihat tingkah mereka pun tidak ingin ikut campur dengan perdebatan kecil yang terjadi antara dua remaja SMA itu, ia pikir hal seperti itu sangat wajar karena ia tahu sifat putranya yang sedikit jahil dan kia yang sepertinya mudah marah dengan tingkah jahilnya.
“Kamu sudah selesai campuri semua bahannya kia?”.
“sudah tante”.
“Ya sudah sebentar tante ke situ, nanti tante aja yang mixer adonannya”. Ucapnya yang selesai mencicipi masakannya kemudian ia matikan api kompor lalu berjalan menuju kiara dan satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTITESIS [END]
Teen Fictionmenceritakan seorang gadis yang pergi merantau ke kota bersama ibunya agar lebih sering mengunjungi makam ayahnya yang telah meninggal, namun di sekolah barunya ia bertemu dengan seorang pria berandalan yang hampir setiap harinya membuat keributan b...