Bab 13 - kemana dia?

37 13 3
                                    

Kia memarkirkan motornya di barisan depan karna pagi ini ia tiba di sekolah lebih awal, berjarak 30 menit kemudian dengan bel masuk. Ia pun mendapati kiran yang juga tengah memarkirkan motornya yang berada di ujung sebelah kanan.

Kia pun menghampiri sahabatnya dan mengajak kiran untuk pergi menuju kelas bersama.

“Tumben lo dateng pagi”.

“Iya, motor gue lagi ga ada masalah”.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor sekolah di lantai bawah. sebelum mereka tiba pada tangga menuju ruangan atas, mereka bertemu dengan dewa yang juga sedang berjalan mendekat ke arah tangga dan akan pergi ke kelasnya di lantai 3.

Hai, kia.. kiran”. Sapanya dengan menebar sebuah senyuman yang membuat sesuatu di dalam dada kia sedikit berdebar.

Kia dan kiran menghentikan langkah kakinya kemudian menjawab sapaan dari dewa, namun kiran kembali mengingatkan kiara agar bersikap sewajarnya pada dewa jika tidak ingin berurusan dengan anggota geng the princess. Kiran pun menatap kia dengan tatapan tajam sambil menampakkan senyuman terpaksa.

“gimana novel-nya kia? Seru ga?” tanyanya lagi.

“Seru kak, aku baru selesai baca series ke tiga, masih ada 3 novel lagi yang belum di baca, nanti kalau semuanya sudah selesai aku balikin ko bukunya”.

Dewa dan kia saling menukar senyuman, “iya santai aja.. lagian gue udah selesai baca semuanya ko, jadi ga di buru buru juga”.

Karna kia terus saja berbicara dengan dewa, kiran pun segera menarik tangan kia untuk mengajaknya pergi dari tempat itu segera.

“kak, maaf yah kita buru-buru, soalnya masih ada PR yang belum selesai di kerjain, jadi mau di kerjain di kelas sebelum bel masuk. Dah kak dewa”. Ucapnya sambil berlari dengan tangan yang menarik tangan kia.

“eh tapi...”. Dewa pun tak bisa mencegah kepergian dua gadis itu. Apa boleh buat?.

Setelah sampai di ujung tangga atas, dan mereka melanjutkan perjalanannya di lantai 2, kia pun mencoba melepaskan tangan yang di genggam paksa oleh kiran. “udah ran, sakit tau”.

“Lo udah gue bilang jangan deket-deket sama kak dewa malah ngeyel yah... lo ga takut di jambak sama cewek-nya hah!”. Omel kiran lalu ia melepaskan genggaman tangannya dari kia setelah sampai di dekat kelasnya.

“dia Cuma nyapa, gue Cuma ngejawab, emang masih salah? Kan masih wajar”.

“wajar menurut lo, menurut salsa kagak... lo gak tau aja posesif -nya dia ke kak dewa gimana, jangankan sama lo, sama penjaga perpus aja dia cemburu-in”.

Kia menyipitkan matanya, “separah itu?”.

“iya”.

“Iya iya gue minta maaf, gue ga akan kayak gitu lagi”.


***


Kia berjalan bersama kiran menuju perpustakaan sekolah. Untuk pertama kalinya kiran menyetujui ajakan kiara untuk menghabiskan waktu istirahat sekolah di ruangan membosankan yang di penuhi oleh koleksi berbagai macam buku itu.

Apalagi mungkin di dalam sana jarang sekali bahkan tidak ada cowok ganteng dan cowok keren yang sering kiran temui di kantin maupun di lapangan olahraga. Karna pasti yang berada di sini hanyalah cowok cupu dan kutu buku. Di tambah lagi di dalam ruangan itu di larang menciptakan kebisingan yang menjadi kebiasaan kiran. Pasti cepet ngantuk lama-lama disana.

Namun apa boleh buat. Hari ini kiara membawa bekal makan siang yang cukup banyak. Tentu kiran tak akan menyia-nyiakan makanan gratis yang di bawakan oleh kiara.

Sebelum sampai menuju perpustakaan, mereka melewati lapangan basket yang tentu saja menjadi tempat mengisi waktu luang bagi satria dan kawan-kawannya. Pandangan kiran tentu saja tertuju pada reyhan yang sedang berlari sambil menggiring bola lalu melemparnya menuju ring.

“Ya ampun crush gue makin ganteng aja”.

Kiara terus berjalan ke depan,  namun ketika ia menyadari kiran sudah tak mengikutinya lagi dari belakang, ia pun segera menoleh dan menemukan kiran yang tertinggal 5 sampai 7 langkah darinya dan berdiri mematung di samping lapangan basket sambil menaruh kedua tangan pada pipinya.

“ko malah diem di sini sih? Katanya mau makan di kantin”. Kiara terpaksa berjalan kembali menuju tempat kiran berdiri.

“Iya sebentar,, sebelum gue isi energi ke perut, terlebih dahulu gue isi energi buat hati gue”.

Kia memutar bola matanya, “dih makin alay”.

Kemudian pandangan kia pun ikut mengarah menuju lapangan, ada yang aneh hari ini. Seperti ada yang kurang dalam permainan bola basket itu. Ya,  satria tidak ada diantara teman-temannya.

Kemana dia?

Apa memang dia sedang tidak ingin bermain basket. Atau mungkin dia tidak datang ke sekolah?

Kiara menatap pada lapangan itu dengan tatapan kosong.

“Woy, malah bengong”. Kiran menepuk pundak kia dengan cukup keras.

Kia meringis, “sakit kiran”.

“Ya lagian lo malah bengong, mikirin apaan sih?”.

“Enggak, gue lagi ga mikirin apa-apa”. Kia memalingkan pandangannya pada objek lain.

“eh iya, nyadar ga sih ga ada kak tria yah di sana? Kemana yah dia?”.

“mana gue tau.. udah ah gue mau ke perpus”. Kia melangkah kembali ke depan meninggalkan kiran.

“eh tunggu.” Kiran berlari menyusul.


***


Suasana dalam ruang perpustakaan sangat sepi, hanya ada lima atau enam orang selain kiran dan kiara  yang duduk sambil membaca maupun menulis di atas meja yang di sediakan. Mungkin beberapa menit lagi akan datang pengunjung perpustakaan lain. Itu kata kia ketika kiran bertanya akan situasi sebenarnya dalam perpustakaan.

Memang tempat ini kurang di minati oleh sebagian murid di sekolah ini. Mereka lebih memilih menghabiskan jam istirahatnya di kantin ataupun di halaman sekolah.

Kiran membuka kotak bekal yang kia bawa, sedangkan kiara menyusuri rak-rak buku untuk mencari buku yang ia cari.

“lo ga bawa novel?”

“engga, gue mau nyari buku soal-soal kimia, besok kan kita ada ulangan”.

“Ya ampun gue lupa”. Kiran menepuk jidat. “eh tapi kan lo cerdas, gue bisa kali nyontek ke lo”.

“Tergantung. Kalo pak mus ga melotot ke arah lo”.

Kiran mengendus, “iya lagi.. pak mus kan galak banget. Tapi gue males kali belajar kimia. Bikin puyeng”.

“semua mata pelajaran juga menurut lo bikin puyeng,  yang engga kan Cuma kak rey aja”.

Kiran menyeringai sambil memakan satu sendok berisi nasi tanpa lauk “tau aja lo”.

Kiara mendapati buku yang ia cari. Kemudian ia mempelajarinya sambil ikut makan bersama kiran.

Kiran menopang dagu dengan kedua tangannya lalu bergumam, “kira-kira kak tria kemana yah? Biasanya kalau dia bolos sekolah bareng sama anak alaska yang lainnya. Tapi sekarang ko dia sendiri yang ga sekolah yah? Jadi lumayan khawatir gue takut dia kenapa-napa”.

“mungkin dia lagi males”. Celetuk kia. “lagi pula itu bukan urusan kita juga kan”.

“Ya gue ngeri aja dia abis berantem lagi, terus dia luka parah gitu”.

Hening.

Kiara sempat ikut berpikir akan kondisi yang di alami satria, ia juga sepertinya sedikit merasa khawatir dengan keadaan pria yang sering memancingnya untuk bertengkar. Cukup kia. Lo kenapa? Peduli apa lo sama dia? Dia hanyalah manusia menyebalkan yang bikin hari-hari lo berantakan. Udah cukup ga usah pikirin dia. Sekarang fokus belajar untuk persiapan ulangan harian besok.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang