Bab 43 - Bakso kuah

25 12 3
                                    

Hari ini adalah hari pertama lea dan teman-temannya kembali bersekolah setelah satu pekan mereka mendapat hukuman untuk belajar di rumah. Namun rasanya hari ini berbeda karena lea sangat merasa bersemangat kembali bersekolah.

Alasan utamanya ialah karena satria yang sudah mulai berani mendekatinya dan merubah menjadi lebih ramah padanya. Dan hal itu sangat cukup membuat lea merasa hidup ini sangat adil baginya.

Ia pun kembali menghirup udara segar di sekolah ketika keluar dari dalam mobil yang ia parkirkan di tempat biasa. Dengan ekspresi wajah yang sumringah, ia pun menyapa setiap murid yang ia lewati pada koridor sekolah dengan senyuman ramah. Terakhir, ia bertemu dengan keempat temannya yang sudah menunggu dirinya tepat di depan kelas mereka.

“kayaknya ada yang lagi bahagia nih”. Ucap feli yang menyenggol bahu salsa dengan bahunya.

“abis dapet arisan Diamond lo le?” celetuk bella.

“Atau lo abis di beliin mobil baru  lagi sama nyokap lo?” laura menebak.

Senyuman lea semakin merekah ketika keempat temannya terus saja menanyakan penyebabnya. “gak dong.  Ada yang lebih berharga dari itu semua yang bikin gue sebahagia ini”.

Salsa menyipitkan matanya, dan menatap lea lebih dalam. “maksud lo satria?”. Tebaknya.

Lea semakin tersipu malu dan hanya mengangkat kedua alisnya ke hadapan mereka.

“Lo balikan lagi sama satria?”. Ucap bella terkejut.

“Asli lea? Serius kalian jadian lagi?”. Felli menambahi.

“engga sih. Cuma dia sekarang udah deketin gue lagi. Kemarin lusa aja satria ampe bela-belain nemuin gue ke rumah buat nganterin tugas fisika. Gue yakin satria sekarang udah nyadar kalo gue lebih baik dari si cewek cupu itu”. Ucapnya.

“Serius lea? Duuhh seneng banget gue dengernya”. Laura mendekat lalu memeluk tubuh lea. “gue yakin ga lama lagi satria pasti nembak lo”.

“pasti dong. Gue yakin dia masih cinta sama gue”. Ucap lea dengan percaya dirinya.

“Itu satria” felli menatap ke arah belakang tubuh lea.

Mendengar hal itu tentu saja membuat lea merasa bahagia, ia membalikkan badannya dan menyambut kedatangan satria bersama teman-temannya dengan senyum bahagia. “hai”. Sapanya.

Kelima pria itu menghentikan langkah kakinya karna lea dan teman-temannya yang sedang berdiri di depan kelas itu, menghalangi jalan menuju ruanganan yang membuat mereka tidak bisa masuk ke dalam kelas.

Juan, rey, riko, dan edo saling melempar pandangan datar pada satria, dan satria pun bingung harus seperti apa. Apakah ia harus membalas sapaan lea atau mungkin mengacuhkannya. Lalu satria menatap ke arah rey, dan rey memberi sebuah isyarat dengan mengangkat alis kirinya yang membuat satria akhirnya terpaksa harus membalas sapaan dari lea.

Satria hanya membalasnya dengan melempar senyuman tipis pada lea. Dan hal itu tentu membuat lea cukup bahagia hingga keempat temannya saling melempar senyuman salah tingkah.

“Oh iya. Gue udah kerjain PR fisika-ya lo. Hari ini mata pelajaran pertama kan”. Ucap lea basa-basi.

Sebenarnya satria malas menanggapi lea. Namun karna ia terpaksa membuatnya harus terus berpura-pura menjadi orang yang peduli pada lea.
“Oh ya. Bagus”.

Namun mereka tak dapat meneruskan obrolan kembali karna bel pertanda masuk telah berbunyi, dan guru mata pelajaran pertama untuk kelas mereka telah tiba. Sehingga mereka pun harus segera masuk ke dalam kelas untuk memulai kegiatan belajarnya.


***


genk nenek lampir sekarang udah masuk sekolah lagi ya? Males banget gue kalo ketemu mereka di sini”. Ucap kiran yang sedang meracik bakso kuah pesanannya dengan menambahkan saus serta sambal yang di sediakan di atas meja makan mereka.

“nenek lampir siapa?”. Ucap kia yang juga sedang meracik bakso kuah pesanannya, namun membuat kiran kembali memarahi kia.

“dih, Cuma pake kecap doang emang enak?”. Ketus kiran karna ia merasa aneh dengan makanan sahabatnya itu.

“asam lambung gue tadi pagi tiba-tiba naik, jadi ibu udah larang gue buat jajan pedes dulu”.

“ya emang enak bakso Cuma pake kecap doang?”.

“kecap juga dikit kali, yang penting ada bakso-nya kan, ribet banget sih lo”.

“tumben ibu lo ga bikin bekal? Biar asupan lo lebih bagus lagi ya kan?”.

“Tadi pagi ibu buru-buru belanja stok bunga karna ada pesenan dadakan hari ini dan stok yang di pesen kosong, jadi ga sempet masakin bekal”.

“ya lo masak sendiri lah. Masa ga bisa”. Ketus kiran.

“emang ga bisa. Cuma bisa masak mie instan doang udah”.

“oh iya. Mana sempet lo belajar masak, hari hari lo sibuk buat baca novel sama belajar”.

Kia tak kembali membalas percakapan kiran. Ia hanya melempar senyuman tipis sambil menyantap bakso kuah miliknya.

“Kia, mata gue lagi ga minus kan?”. Tiba-tiba saja kiran berkata demikian sambil menatap ke arah pemandangan di belakang tubuh kia.

Kia yang tampak merasa bingung pun menghentikan suapan makannya dan menyahuti perkataan kiran. “ya perasaan lo gimana? Penglihatan lo burem apa engga? Perasaan tadi di kelas lo biasa aja”.

“Iya sih. Tapi ini gue ga salah lihat kan?”.

“salah lihat gimana maksud lo?”. Kia semakin merasa bingung.

“Lo lihat ke belakang deh”. Kia pun menurutin perintah kiran dan ia membalikkan badannya ke belakang.

Betapa terkejutnya kia saat itu, karena ternyata ia melihat lea yang berjalan menuju kantin dengan tangan yang menggandeng tangan satria, bersama keempat teman lea yang mengikutinya dari belakang serta keempat teman satria pula ikut serta.

“Kia, lo gapapa kan?”. Ucap kiran yang membuyarkan lamunan kia ketika menatap pemandangan itu dengan lama.

Kia terkejut dan kembali membalikkan  badannya, berhadapan kembali dengan kiran. “engga. Gue gapapa. Emang gue kenapa!”. Kia yang berpura-pura tak memedulikannya pun kembali mengambil suapan makanannya.

“Kak tria kesambet kali ya”. Kiran menebak. “atau jangan jangan dia di pelet sama si lea? Wah udah parah banget sih ini, makin gila aja itu kakak tiri lo”. Kali ini ucapan kiran lebih histeris lagi.

Kia yang merasa gemas dengan sikap kiran pun dengan spontannya menepuk lengan kiran. “eh jangan sembarangan kalo ngomong. Halusinasi lo kejauhan”.

“Ya tapi kan, kita tau sendiri kak tria udah ilfeel banget sama nenek lampir itu. Bahkan semenjak lo muncul di wiramandala, kak tria lebih deket ke lo. Sekarang ga ada angin ga ada ujan ga ada geledek tiba-tiba dia gandengan tangan sama lea? Mana para ajudannya pada ngikut lagi”.

“apaan sih lo. Siapa juga yang deket sama kak tria. Gue ga ngerasa tuh”. Kia terus saja fokus pada makanannya, sedangkan tatapan kiran tak hentinya mengikuti kemana arah lea dan satria pergi.

“dih lo masih so’ ja’im aja lagi. Gue tahu lo suka kan sama kak tria kan? Gue juga yakin kemarin dia suka sama lo. Tapi kenapa sekarang dia berubah 180 derajat gini?”.

“apaan sih. Gue sama kak satria ga ada perasaan apa-apa ko. Soal dia sekarang sama kak lea ya wajar aja sih, mereka dulunya pernah saling cinta, mungkin kak tria belum move on makanya mereka balikan”.

“Ga yakin gue. Masa ia kak tria belum move on”.

“Udah ah. Gue mau ke perpus. Lo kalo ga mau ikut langsung ke kelas aja”. Ucap kia yang selesai menghabiskan porsi makanannya kemudian ia bangkit dari tempat duduknya.

“Eh, cepet banget abisnya bakso lo”.

“ya lo dari dari ngomel mulu, jadi lama kan. Yaudah gue duluan. Bye”. Kia pun segera pergi tanpa persetujuan kiran.

“Kia!”. Teriak kiran yang sama sekali tak mendapat respon dari kia. “dih aneh itu anak. Gue yakin dia pasti cemburu”. Gumam kiran yang merasa aneh dengan perubahan sikap sahabatnya.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang