Bab 19 - Nilai yang mencapai sempurna

35 12 3
                                    

10 menit waktu berlalu. Tanpa terasa bel sekolah pertanda jam istirahat selesai pun berbunyi. Kia dan satria yang asyik mengobrol sambil makan bersama di ruang perpustakaan pun ikut terkejut setelah mendengar suara bel sekolah. Ternyata momen kebersamaan mereka saat ini cukup berkesan, sehingga waktu 30 menit pun terasa singkat bagi mereka.

“Ya ampun. Udah bel. Aku ke kelas duluan ya ka”. Kia yang bergegas merapikan kotak bekal makanannya sambil bangkit dari tempat duduknya.

Namun ketika ia mulai melangkah menuju pintu keluar, tiba-tiba saja satria meraih tangannya kemudian menahannya.

“tunggu dulu. Baru juga bel. Santai aja lagi”.

Kia menoleh. “hah? Santai? Jam pelajaran selanjutnya udah mau mulai loh Kak. Kakak juga cepetan pergi ke kelas dong”.

“iya. Bentar lagi”.

“yaudah aku duluan yah”. Kia kembali mencoba melepas tangannya dari genggaman satria.

“makasih yah. Udah bantuin gue”. Untuk pertama kalinya satria melempar senyuman tulus kepada kiara.

Kia yang awalnya tergesa-gesa pun kemudian menghela nafas dan membalas senyuman itu pada satria.

“iya sama-sama kak. Yaudah gue duluan yah.” Akhirnya satria melepaskan genggaman tangannya dan kia pun bisa segera berjalan pergi dari tempat itu.


***


Satria berjalan menuju ke dalam kelasnya. Sudah 15 menit berlalu setelah bel istirahat berbunyi yang tandanya satria telat mengikuti pelajaran selanjutnya. Namun hal itu bukan menjadi masalah besar baginya di banding ia tidak masuk kelas sama sekali.

Dan ketika ia sampai pada kelasnya. Ternyata guru mata pelajaran baru sudah berada di kelas dan telah memulai proses belajarnya.

“Habis nongkrong di mana kamu?” sapa guru itu dengan tegas.

“Di perpustakaan pak”. Sahut satria dengan malas.

“Jangan ngelawak kamu. Mana mungkin orang kayak kamu ngisi jam istirahat di perpustakaan”.

Satria tak menanggapi kembali perkataan guru itu yang tak percaya padanya. Percuma saja, dia jelaskan berkali-kali pun pasti dia tidak akan percaya. Namun tiba-tiba pak gunawan muncul dari belakang tubuh satria yang masih berdiri di ambang pintu kelas itu.

“Permisi pak”. Sapa pak gun pada guru itu. “loh, kamu baru sampai kelas? Dari mana saja kamu? Bukannya kamu nyerahin tugas kamu ke saya 10 menit yang lalu?”. Ucapnya sambil memarahi satria.

“Tadi saya ke toilet dulu pak. Mules abis mikir”. Sahut satria dengan malas.

“kamu ini. Yaudah ini tugas kamu sudah saya nilai. Ternyata kamu kalau di biarkan belajar sendiri bisa mikir juga. Kamu dapat nilai 90”. Ucap pak gunawan sambil menyerahkan kertas soal itu pada satria.

Mendengar pernyataan pak gunawan itu sontak saja membuat seisi kelas itu menatap ke arah satria dengan takjub. Mereka dengan kompaknya berseru karna terkejut.

Wajar saja. Satria yang di kenal siswa yang tidak memiliki ketertarikan pada mata pelajaran apa pun, apalagi matematika.  Bahkan ia sering bolos setiap jam pelajaran membuat hampir seluruh nilai mata pelajarannya berwarna merah. Tapi, bagaimana mungkin ia bisa mengerjakan soal ini tepat waktu. Bahkan mendapat nilai yang mencapai sempurna? Ini memang aneh. Bukan hanya siswa lain yang merasakan keanehan itu. Bahkan keempat teman satria pun masih tidak mempercayai-Nya.

“mohon maaf pak, tadi satria saya kasih tugas mengerjakan soal ujian ini di perpustakaan. Jadi di telat masuk ke kelas bapak”  ucap pak gunawan.

“Oh jadi anak ini beneran habis dari perpustakaan?”. Ucap guru itu masih tak percaya.

“Benar pak, saya sudah konfirmasi sama petugas perpustakaan. Yasudah saya permisi pak”. Ucap pak gunawan yang kemudian pergi setelah mendapat persetujuan dari guru itu.

“Ya sudah. Kamu boleh melanjutkan jam pelajaran saya. Kamu duduk di bangku kamu sekarang”. Ucap guru itu.

“Baik pak, makasih”. Satria pun segera berjalan menuju tempat duduknya.

Edo yang masih tidak percaya akan apa yang terjadi pada satria. Ia pun meletakkan telapak tangannya pada kening satria setelah satria berhasil duduk di sampingnya.  “lo sehat kan bro?”.

Satria menepis tangan edo pelan. “lo kira gue sekarat apa!”.

Edo segera mengambil paksa kertas soal ujian itu dari tangan satria. “serius lo dapet nilai 90 buat soal-soal kayak gini? Dapet bantuan dari mana lo?” edo menatap serius kertas itu kemudian di ikuti oleh ketiga teman lainnya.

“wih... ini real cuy..jago juga lo sat”. Ucap Juan.

“jangan-jangan selama ini lo emang jenius? Cuma karna pengaruh buruk si edo aja makanya lo bandel”. Riko menambahi.

Edo pun menoyor kepala riko karna kesal. “sialan lo. Lo juga sama aja bawa pengaruh buruk ke satria”.

Namun percakapan mereka itu terdengar oleh guru mata pelajaran itu sehingga membuat ia kesal dan memarahi edo dan teman-temannya.

“pedro! Bisa diam ga kamu? Atau kamu mau saya usir dari kelas dan absensi kamu bolos hari ini”.

“Iya pak maaf. Saya diem ko”. Ucap edo sedikit ketakutan.

“Yah. Cemen lo”. Bisik riko meledek.
“awas ya lo. Gue kasi pelajaran balik sekolah”. Ancam edo sambil memberi kepalanya tangan pada riko.


***


Bel pertanda pulang sekolah telah berbunyi. Satria bersama teman-temannya ikut berhamburan keluar kelas bersama murid yang lainnya untuk meninggalkan gedung sekolah. Mereka berjalan bersama menuju parkiran tempat kendaraan mereka di simpan. Dan sesuai janji edo yang akan membalaskan dendamnya pada riko, ia pun tak henti-hentinya mencengkram leher sambil mengacak-acak rambut riko.

“hah. Kena lo!”.

Riko mencoba menyelamatkan diri dari terkaman edo. Ia pun menangkap tangan edo kemudian memelintirkannya ke arah belakang tubuh edo sehingga pria yang sering di sebut ‘si gendut’ itu pun meringis kesakitan.

“sakit bego!”.

“Lo sendiri yang mulai kan”. Riko masih belum melepaskan cengkrakamnya walaupun edo memberontak.

“iya iya, gue minta maaf. Lepasin ga!”.

“udah rik, kasian si gendut. Kalo dia kesakitan nanti ngadu sama mamanya terus yang ada lo di samperin lagi”  ledek Juan sambil tertawa lebar.

Riko pun akhirnya melepaskan edo. “enak aja lo. Emang gue anak SD apa, kalo ada masalah ngadu sama nyokap terus di samperin”. Ucap edo.

“eh sat. Kita masih butuh banyak cerita lo. Dari mulai kemana lo selama ini ga sekolah. Sama tadi, ko bisa lo beresin tugas pak gun tepat waktu di tambah nilai lo mencapai sempurna. Pokoknya lo harus cerita sama kita se-detail mungkin”. Ucap reyhan yang tak memperdulikan  pertengaran kecil antara edo dan riko.

“masa iya gue ceria sambil jalan gini”. Ucap satria.

“Kita ke bengkel aja. Udah lama ga nongkrong ya kan? Lagian lo juga di tanyain choki tuh. Udah lama ga mampir ke bengkelnya kata dia”. Saran dari Juan pun mendapat persetujuan dari semuanya.

“boleh tuh. Sekalian kia kumpul aja di sana. Lo bisa cerita bebas juga”. Ucap reyhan.

Satria hanya mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanannya menuju parkiran. Sedangkan riko dan edo masih tertinggal di belakang karna perkelahiannya belum selesai.

Dan tentu saja setiap langkah mereka selalu di ikutin oleh lea bersama teman-temannya yang tak hentinya mengejar satria walaupun sering mendapat penolakan dari si cowok populer itu.

“tria tunggu!”. Teriak lea yang berlari dan akhirnya ia dapat menggapai tangan satria.

Satria yang merasa risih pun segera menepis tangan lea. “apaan sih”.

“gue mau tanya sama lo. Ko lo bisa ngerjain tugas pak gun tepat waktu bahkan jawabannya bener semua dan nilainya mencapai sempurna?”.

“bukan urusan lo!” ucap satria malas, kemudian ia melanjutkan perjalanannya dan meninggalkan lea walaupun gadis itu masih tetap mengejar.

“tria tunggu dulu. Bilang sama gue siapa yang bantuin lo”. Sekali lagi lea coba menggapai tangan satria namun satria lebih dulu menepisnya kemudian ia menghentikan langkah kakinya.

Satria yang merasa kesal, ia pun menatap lea dengan tajam sambil menunjuk pada wajah lea dengan menggunakan jari telunjukknya.

“gue kasih tau lo sekali lagi. Ga usah kepo sama urusan hidup gue”. Satria pun segera mendekat pada kendaraannya dan langsung menyalakan mesin motor hingga melajukan kendaraan itu dan meninggalkan keempat temannya.

Juan, Riko, Edo, dan Reyhan saling bertukar pandangan. Seolah memberikan sebuah isyarat, mereka pun segera pergi dari tempat itu untuk menyusul satria tanpa berpamitan pada lea yang sedang tersulut amarahnya.

“SATRIA!!!.. KENAPA SIH LO GA PERNAH MAU BALIKAN LAGI SAMA GUE!.. ARGGHH SIAL!”.

Lea berteriak hingga terdengar oleh keempat temannya yang masih berjalan jauh dari tempat parkiran, lalu mereka pun segera berlari mendekat pada lea agar bisa mengajak lea segera pergi dari tempat itu. Karna tentu saja kejadian itu membuat lea menjadi tontonan orang yang berada di sekitar parkiran. Dan tidak sedikit yang menertawakan lea karna kebodohannya itu.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang