Bu nadya berjalan lebih dulu menuju ruang BK. Ketika ia hendak sampai, ia pun segera mengetuk daun pintu ruangan tersebut hingga bu neti pun perlahan membukanya.
“Bu nadya? Ada apa? Loh mereka kenapa Bu?” Ucap bu neti setelah melihat anak murid yang berada di belakang bu nadya atas perintahnya untuk tiba di depan ruangan itu.
“Kalian bikin ulah lagi ya? Ya ampun masih belum kapok juga ibu hukum!”. Bu neti langsung saja menuju kelima pria itu sambil menatap tajam ke arah mereka.
“Eh bu, jangan fitnah dong. Ibu ga lihat kita malah bantuin bu nadya buat ngeringkus penjahat ini”. Protes edo.
Salsa yang posisinya kedua tangannya di tahan oleh edo pun coba memberontak. “eh, sembarangan ya lo bilang kita penjahat”.
“udah jangan banyak cincong lo!” sahut edo.
“ada apa sebenarnya ini bu nadya? Ya sudah kalian semua jelaskan di dalam ruangan saya”. Ajak bu neti yang kemudian ia berjalan lebih dulu masuk ke dalam ruang itu.
“Mohon maaf sebelumnya saya mengganggu. Saya minta bantuan satria dan teman-temannya untuk membawa lea dan teman-temannya kesini. Karna barusan saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Bahwa mereka telah melakukan aksi bullying terhadap kiara di belakang gedung sekolah”.
“itu ga bener bu!”. Protes lea.
“kamu diam lea. Jelas-jelas saya lihat kamu suruh teman-teman kamu buat pegangan tangan kiara agar tidak bisa melawan dan kamu bisa leluasa buat mukul dia. Kamu pikir ibu ga lihat tadi kamu hampir nampar kiara?”. Ucap bu nadya sambil menatap tajam ke arah lea. Dan gadis itu langsung menundukkan kepalanya.
“APA?” teriak bu neti terkejut. “sekarang kamu jelasin sama ibu. Apa alasan kamu melakukan hal itu terhadap kiara?”.
Lea diam membisu. Bahkan teman-temannya pun tak ada yang ikut bersuara. “lea! Kamu dengar ibu?”.
“dia ga berani ngaku bu. Karna dia ga punya alasan. Mereka emang kriminal”. Ucap kiran dengan penuh kebencian.
“Heh. Lo jangan so’ tau yah jadi orang”. Lea menyahuti.
“sudah. Kalian diam!”. Bu neti menengahi.
Bel pertanda jam istirahat pun telah berbunyi. “Mohon maaf bu, sepertinya saya pamit. Ada jam pelajaran saya setelah ini di kelas sebelas IPA tiga. Untuk masalah ini saya serahkan pada ibu ya. Saya permisi” pamit bu nadya.
Bu neti menyetujuinya. Kemudian ia pun segera menatap ke arah satria dan teman-temannya. “kalian juga boleh kembali ke kelas kalian. Biar ini jadi urusan ibu. Kiran kamu juga kembali ke kelas kamu yah, dan kamu juga”. Perintah bu neti pada kiran dan nasya.
“Tapi bu. Saya khawatir ninggalin kiara di sini sendiri, apalagi sama lima nenek lampir ini”. Protes kiran.
“Heh. Jangan sembarangan ya kalo ngomong”. Protes salsa.
“emang ia lo kayak nenek lampir!”. Sahut kiran.
“cukup!”. Bu neti menghentakkan kepalan tangannya pada meja. “kiran kamu cepat kembali ke kelas kamu, soal kiara biar ibu yang jaga dia di sini. Ibu hanya perlu berbicara serius dengan yang bersangkutan atas kasus ini”.
Kiran pun tertunduk ketakutan. Kemudian ia pun melepaskan tangannya dari kiara. “maaf bu”.
“Sorry ya kia, gue jadi kepaksa ninggalin lo sekarang. Mudah-mudahan lo dapet keadilan yang pantas ya”. Ucap kira sambil mengusap pundak kiara.
Kiara menggapai tangan kiran. “iya tenang aja. Gue pasti gapapa ko”.
“Ya sudah saya pamit, permisi bu”. Kiran berjalan sambil mengajak nasya keluar dari ruangan itu.
Kelima pria itu pun akhirnya melepaskan kelima gadis itu dengan terpaksa atas perintah bu neti. “kasih hukuman yang setimpal bu buat mereka”. Pinta satria.
“Kamu tenang aja satria. Sekarang kalian kembali ke kelas kalian”. Perintah bu neti, kemudian mereka pun segera pergi dari ruangan itu.
***
Bu neti berjalan kembali menuju meja kerjanya. Ia pun segera mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
Selamat siang! Mohon maaf ibu bisa datang ke sekolah sekarang dan temui saya di ruang BK? Saya mau melaporkan bahwa anak ibu, azalea dan teman-temannya telah membuat kegaduhan di sekolah. Mereka melakukan tindakan bullying terhadap murid kelas sebelas.
..
Baik bu. Saya tunggu kehadirannya. Terima kasih.
Setelah bu neti mematikan sambungan teleponnya. Lea pun segera bangkit dari tempat ia duduk. “ibu ngapain hubungi mami saya? Dia lagi sibuk”.
“bu vanya harus tau dengan kasus ini. Dan saya akan kasih hukuman pada kalian atas persetujuan orang tua kalian”. Ucap bu neti dengan ketus.
Lea semakin tersulut emosinya, ia tak mampu melawan guru BK itu, sehingga ia malah menghampiri kiara yang duduk di kursi yang berjarak cukup jauh dari lea. “ini semua gara-gara lo, dasar cewek pembawa sial!”.
“LEA!. MUNDUR KAMU!. ATAU SAYA AKAN TAMBAH HUKUMAN UNTUK KAMU MENJADI LEBIH BERAT LAGI!”. Bu neti menghentakkan kepalan tangannya pada meja kerjanya.
Dengan terpaksa lea pun mengalah, kemudian ia berjalan mundur dan kembali pada tempat duduknya semula.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTITESIS [END]
Roman pour Adolescentsmenceritakan seorang gadis yang pergi merantau ke kota bersama ibunya agar lebih sering mengunjungi makam ayahnya yang telah meninggal, namun di sekolah barunya ia bertemu dengan seorang pria berandalan yang hampir setiap harinya membuat keributan b...