Bab 16 - Amarah Lea

36 12 2
                                    

“Makasih ya kak!”.

Kia melempar senyuman tipis pada satria setelah membuka helm-Nya ketika mereka sampai di halaman rumah kia.

“Iya. Tapi lo gapapa kan? Maksud gue lo belum di apa-apain lea sebelum gue dateng?”.

“Aman kok. Oh iya kayaknya gue baru lihat lo lagi kak. Udah lama ga sekolah yah? Kenapa kak?”.

Satria kembali mengambil helm-Nya kemudian mengenakannya kembali pada kepalanya. “Bukan urusan lo. Gue balik dulu”.

“Tapi kak__”.

Belum selesai kia berbicara, satria pun segera menyalakan kembali mesin motornya kemudian segera pergi secepat mungkin hingga bayangannya pun cepat hilang dari pandangan kiara. Kia pun tampak kebingungan dengan sikap satria saat ini setelah satu minggu lebih mereka tak bertemu kini malah ia temui kembali dengan pribadi yang berbeda.

Aneh.  Dulu kalo ketemu bawaannya emosian terus. Mana suka nyebelin kalo ngomong. Sekarang dia lebih dewasa, tegas tapi cuek. Dia kenapa ya?.

“Hey, ngapain bengong di situ”.

Sapaan rosa yang terdengar dengan volume suara biasa itu mampu membuat kia sedikit terkejut dan menyadarkan dari lamunannya karna ternyata hingga bayangan satria hilang pun tatapan kia masih mengarah ke depan dengan tatapan kosong.

“Eh ibu, bikin kaget aja”.

“loh. Ibu ga ngagetin. Kamu-Nya aja yang malah bengong”.

Kia menyeringai. “eh iya yah”.

“barusan satria yah? Ko ga di ajak mampir?”.

“gatau bu. Kayaknya dia buru-buru deh”.

“Oh gitu. Yaudah kamu masuk ke dalam, mandi sama ganti baju. Ibu udah siapin makan siang buat kamu”.

“oke bu.”


***


“SIALLL!!!”.

Lea masuk ke dalam kamar sambil  berteriak kemudian melempar tas ransel-Nya pada nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Hingga membuat beberapa buku yang tersusun berdiri, dan beberapa alat tulis serta lampu belajar yang tertata rapi di atasnya menjadi berantakan.

Belum sempat  lea menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Tiba-tiba saja vanya masuk ke dalam kamar lea karna pintunya masih terbuka lebar setelah lea buka paksa karna dalam keadaan marah.

“kamu kenapa sayang?”.

Sapa seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seperti seorang bos sebuah perusahaan. Dengan mengenakan stelan formal dan rok mini yang warnanya senada dengan jas.

VANYA AURELLIA. Seorang pimpinan si salah satu perusahaan besar di ibu kota. Ia juga salah satu donatur di SMA WIRAMANDALA. Tentu saja kehidupannya sangat penuh dengan kemewahan. Jauh dari kata kemiskinan. Di rumah itu ia tinggal bersama putri semata wayangnya. LEA. Dengan di temani beberapa asisten rumah tangga dan pekerja lainnya di rumah itu membuat lea cukup tidak merasa kesepian walaupun vanya sering kali tidak pulang ke rumah karna urusan pekerjaan.

Sayangnya kehidupan mewah mereka tidak di lengkapi sesosok ayah. Suami vanya yang awalnya merupakan pemimpin utama perusahaan mereka, ternyata beberapa waktu lalu telah wafat. Dan karna vanya sudah memahami soal bisnis perusahaan. Saat itu pula perusahaan keluarga resmi di ambil alih olehnya.

Ia berjalan menghampiri lea yang akhirnya menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur dengan posisi telungkup sambil menangis. Kemudian ia duduk di sampingnya sambil mengusap puncak kepala putrinya.

“ada masalah apa sayang? Cerita sama mami”.

“satria mih”.

“Kenapa dia?”.

“satria bikin malu aku di depan anak baru yang cupu mih”. Tiba-tiba saja lea bangkit lalu memeluk tubuh vanya sambil menyenderkan kepala pada pundaknya.

“Anak baru siapa? Maksud kamu apa sayang? Jelasin yang bener sama mami”.

Lea melepaskan pelukannya dari vanya dan ia coba menghela nafas sejenak kemudian melanjutkan ceritanya. _ “jadi ada anak baru kelas sebelas yang deket sama dewa, cowoknya salsa. Salsa marah jadi kita labrak dia di jalanan. Pas salsa mau tampar dia satria dateng trus marahin kita. Dia juga bentak aku supaya ga gangguan si cupu lagi, dan bilang itu pacar dia. Tapi aku ga percaya. Mana mungkin satria suka sama cewek cupu kayak gitu ga level banget kan mih”.

Vanya sedikit mengernyitkan keningnya kemudian mengusap air mata yang mulai membasahi pipi lea.

“udah ya sayang. Masa Princess mami nangis sih. Kamu itu harus selalu happy. Lagian satria itu udah ga mau sama kamu lagi. Ya jangan kamu paksa dong. Kamu itu cantik. Masih banyak pria di luar sana yang suka sama kamu. Jangan berharap sama satria terus dong sayang. Kamu itu jadi perempuan harus jual mahal sama cowok”.

“mami kenapa sih ngomong nya gitu terus? Bukannya dulu mami restuin aku sama satria? Dulu juga mami bilang satria itu anak orang kaya jadi aku harus sebisa mungkin pacaran sampai menikah sama dia supaya kekayaan kita makin bertambah. Kenapa sekarang mami berubah sih?”. Lea menatap tajam ke arah vanya.

Vanya kembali mengusap puncak kepala lea untuk memberi ketenangan. “ gak gitu sayang. Lagi pula anak tunggal kaya raya bukan hanya satria kan? Maksud mami kalau kamu ngejar-ngejar cowok yang ga pernah respon kamu terus, yang ada kamu malu sendiri. Kamu harus buktiin sama satria bahwa kamu bisa dapetin cowok yang lebih baik dari dia. Apalagi sekarang dia punya pacar yang kata kamu cupu. Jelas ga akan sebanding dengan kamu sayang”.

“ MAMI PERGI DARI SINI KALAU TERUS BUJUK AKU BUAT LUPAIN SATRIA! SAMPAI KAPAN PUN AKU GA AKAN PERNAH NYERAH BUAT DAPETIN HATI SATRIA LAGI. MAMI PERGI!!”

Lea yang sangat marah pada vanya dengan mengusirnya secara keras, membuat vanya hanya bisa menghela nafas pendek karna hal itu sudah terbiasa ia dapati dari perlakuan putrinya. Namun dia tidak bisa bersikap keras pada lea karna bagaimana pun lea adalah kebahagiaan satu-satunya yang ia miliki saat ini.

Lea yang kembali menjatuhkan tubuhnya sambil telungkup kemudian memeluk boneka beruang berukuran jumbo berwarna pink kesayangannya. Boneka itu pemberian dari satria ketika mereka berpacaran dulu. Sehingga boneka itu amat sangat di sayangi olehnya.

Hingga beberapa kali vanya memanggil namanya, tetap saja lea tak sekali pun menyahutinya karna ia sangat marah pada vanya. Dan pada akhirnya vanya mengalah, kemudian ia pun segera pergi dari kamar lea dengan penuh sesal.

“sayang.. mami ada urusan meeting lagi di luar, pulangnya agak malam. Kamu kalau mau makan minta temenin sama bi  yanti aja yah. Bye sayang”.

Hening.

Setelah beberapa saat lea meyakini vanya telah pergi dari kamarnya, ia pun segera bangkit dan mengambil ponsel yang terletak di atas nakas. Kemudian setelah ia membuka layar ponselnya, ia pun segera mencari sebuah nama kontak yang jarang ia hubungi sehingga ia sedikit kesulitan untuk menemukannya. Dan setelah nomor kontak tersebut berhasil ia temukan, ia pun segera menghubunginya dengan segera.

“ gue butuh bantuan lo sekarang!”.

Lea kembali menutup sambungan teleponnya sambil tersenyum licik ke arah sebuah foto dalam bingkai yang terpajang di atas nakasnya. Foto tersebut adalah foto satria bersamanya ketika mereka bersama dulu. Ia pun berjanji pada dirinya bahwa suatu saat nanti ia akan kembali mendapatkan satria dan bisa menyingkirkan gadis cupu itu dari kehidupannya.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang