“KIARAAAAAAA!!!”
“Tante udah, tenang dulu. Larinya pelan-pelan ya. takut jatuh”. Kiran yang mencoba menenangkan Rosa dengan terus menahan tubuh wanita paruh baya itu dengan sekuat tenaganya.
“Engga kiran. Tante takut kia kenapa-napa”.
“KIARAAAA”. Kali ini rosa berteriak dengan jarak yang sudah mendekati kerumunan orang tersebut. Kemudian kiara muncul keluar dan menghampiri ibunya yang sudah menitikan air mata.
“Ibu?” Gadis itu berjalan menghampiri ibunya.
Rosa langsung saja memeluk erat putrinya, dan kini ia bisa bernafas lega setelah tahu bahwa kiara baik baik saja. “kamu gapapa nak?”.
“engga bu. Emang kenapa?”.
“Gue pikir ini rame rame karna lo kenapa-napa. Abisnya lo aneh sih tiba-tiba ngilang aja”.
“Gue gapapa ko. Oh iya lea dan the princess kecelakaan. Mobilnya masuk ke sungai. Kita harus bantuin selamatin mereka”. Ucap kia yang menarik tangan kiran dan Rosa mendekat pada kerumunan orang itu.
“hah! Lea kecelakaan? Ko bisa?”.
“Ceritanya panjang. Oh iya lo bawa handphone?”. Tanya kiara.
“engga, handphone gue ada di kamar lo”.
Kiara yang terlihat panik. Ia pun meminta tolong kepada warga sekitar untuk segera menelepon ambulance agar lea dan teman-temannya segera di selamatkan.
“Loh kak tria ada di sini juga?”. Ucap kiran yang merasa heran ketika ia melihat satria yang berada di bawah sungai membantu warga mengeluarkan lea dan teman-temannya agar segera keluar dari dalam mobil.
Suara sirine ambulance berbunyi. Beruntung lea dan teman-temannya sudah bisa mereka keluarkan dari dalam mobil dan mereka bawa menuju mobil ambulance agar segera di bawa ke rumah sakit.
“satu korban luka parah. Dia harus segera di atasi medis sebelum terlambat”. Ucap seorang pria yang membantu proses penyelamatan itu.
“ya ampun. Siapa kak?”. Tanya kia pada satria setelah pria itu berhasil kembali ke atas jalan.
Sedangkan warga lain yang di bantu perawat dari rumah sakit telah berhasil membawa masuk lea bersama teman-temannya ke dalam mobil ambulance.
“Lea!”.
“Apa? Kak lea luka parah? Ya ampun kita harus temenin kak lea sekarang ke rumah sakit bu”. Kia yang panik, ia malah menarik tangan Rosa dengan keras dan berniat untuk kembali ke rumah untuk mengambil kendaraannya.
Sedangkan kiran malah menarik tangan kia untuk tidak dulu kembali ke rumah. “buat apa sih kia? Ngapain lo peduli sama dia? Dia udah sering jahat sama lo. Biarin aja dia mati”.
“ko lo ngomong gitu sih? Lo tahu? Kak lea kayak gini gara-gara gue. Pokoknya kita harus pastiin mereka selamat”.
“Maksud lo?”. Kiran tampak bingung.
“Tadi gue lihat mobil lea melaju kenceng banget pas kia mau nyebrang. Dan gue dateng buat nolong kia, lea malah banting stir sampe nabrak pembatas jalan. Trus mobil dia terjun ke sungai”. Jelas satria.
“Ya ampun kia. Bahkan dia aja berniat mau bunuh lo. Beruntung lo selamat karna ini emang karma buat dia. Ngapain sih lo cape cape nemenin dia ke rumah sakit segala”.
Kia memancarkan wajah kecewanya pada kiran. “lo kalo gamau bantu kak lea yaudah. Biar gue dan ibu yang kesana”. Kia pun segera menarik tangan Rosa dan mereka lebih dulu menyeberangi jalan menuju rumahnya.
Kiran mendecih. “ga habis pikir gue sama lo kia. Lo itu terlalu baik bahkan ke seorang iblis kayak lea”.
Satria mendekati kiran dan memegang pundaknya. “lo tenang yah ran. Kita ikuti aja maunya kiara”.
Kiran mengangguk, kemudian ia bersama satria menyusul kia untuk menyeberangi jalan menuju rumahnya.
***
Lea bersama keempat temannya sudah tiba di sebuah rumah sakit swasta di kota itu. Mereka langsung di larikan menuju ruang IGD untuk penanganan lebih lanjut.
Kiara, kiran, Rosa dan satria tiba tak lama setelah mobil ambulance itu sampai. Kiara yang sendirian merasakan kecemasan ia pun hampir menerobos pintu IGD namun dapat di halangi oleh seorang satpam.
“mohon maaf mbak. Pasien sedang dalam penanganan jadi anda belum di izinkan untuk masuk”.
“tapi pak. Saya khawatir sama kondisi teman teman saya”. Ucapnya cemas.
“dokter dan perawat pasti akan melakukan tindakan terbaik untuk pasien. Mbak berdo’a saja semoga teman teman mbak baik baik saja”.
Dengan terpaksa kia mengalah, ia berjalan mundur menuju sebuah bangku ruang tunggu.
“Gila ya. Bisa bisanya dia bilang mereka temennya? Terbuat dari apa sih hati lo kia, ampe lo sebaik ini jadi orang”. Ucap kiran spontan di samping satria dan Rosa yang menatap kiara dari kejauhan.
“Kia orangnya memang seperti itu. Dia ga pernah menaruh dendam kepada siapa pun. Dia sangat mirip dengan ayahnya. Dan dia di ajarkan menjadi orang yang selalu memaafkan juga oleh ayahnya”. Sahut Rosa.
Tiba-tiba seorang perawat keluar dari ruang IGD itu sambil membawa beberapa berkas penting.
“mohon maaf. Di sini ada keluarga korban kecelakaan mobil barusan?”.
Kia langsung bangkit dan berlari menuju perawat itu. Satria, Rosa dan kiran pun ikut berlari mendekat untuk mengetahui informasi lebih jelas.
“Gimana keadaan nya sus?”. Ucap kiara.
“apa kalian anggota keluarga salah satu korban?”.
Di antara mereka tak ada yang menjawab. Mereka saling melempar pandangan satu sama lain, kemudian kiara mengangkat tangannya ke hadapan perawat itu. “saya adiknya korban sus”.
Kiran membulatkan matanya me dengar pernyataan kiara “kia”. Bisiknya.
“Udah ran, biarin”. Ucap rosa.
“Baik. Kalian bisa cek kondisi korban. Mereka sudah di tangani oleh dokter. Tapi ada satu korban yang di larikan ke ruang ICU karna pendarahan hebat”.
“siapa sus?”. Tanya kiara cemas.
“Mbak langsung cek ke dalam saja. 4 korban Cuma luka ringan. Mereka masih belum sadar”.
Tanpa menunggu lama. Kia pun segera berlari masuk ke dalam ruang igd. Kemudian ia menemukan objek yang menyedihkan itu. Ia melihat salsa, bella, feli dan laura berbaring di atas tempat tidur pasien dalam keadaan tak sadarkan diri. Mereka hanya memiliki luka kecil yang hanya di tutup oleh perban di beberapa anggota tubuh.
“ya ampun. Kak lea!”. Teriak kia yang kembali berlari keluar dan menemui perawat tersebut.
“Dimana ruang ICU nya sus!” ucapnya semakin cemas.
“mbak masuk ke dalam, nanti tinggal belok kanan. Mbak lurus aja terus nanti ketemu ruang ICU sebelah kiri”. Ucap perawat itu.
Kiran tak mampu menahan kepergian kiara. Ia pun segera masuk ke dalam ruang IGD dan melihat kondisi lea dan teman-temannya di dalam. Setelah itu ia kembali ke luar menemui satria dan rosa.
“Ternyata yang ada di ruang ICU itu lea”. Ucapnya.
“yaudah kita susul kia. Kita temani dia di sana”. Ajak Rosa.
Merek pun berlari menyusul keberadaan kiara menuju ruang ICU.
Kia sampai pada ruang ICU. Pada kaca ruangan itu. Ia dapat melihat kondisi lea yang sangat kritis. Ia menatap nasib gadis Malang itu sambil menitikan air mata. Hingga Rosa, kiran dan satria tiba di dekatnya tanpa mengganggu kiara.
Tak lama berselang, seorang perawat lain keluar dari dalam ruangan itu dengan membawa beberapa berkas penting. “apakah kalian keluarga korban?”.
“Iya sus, saya adiknya”. Ucap kiara.
“baik. Pasien atas nama siapa ya?”.
“azalea sus”. Sahut kiara.
“Baik. Saat ini saudari azalea sangat kritis. Ia kehabisan banyak darah karna luka benturan pada kepalanya. Apakah ibu orang tua pasien?”. Tanya perawat itu pada Rosa.
“Oh bukan sus”.
“Mbak bisa hubungi orang tuanya? Karna ini masalah penting. Saudari azalea membutuhkan donor darah secepatnya. Dan kebetulan stok darah di rumah sakit ini sedang kosong untuk golongan darah pasien”.
“golongan darahnya apa sus?” Tanya kia.
“AB resus negatif”.
Kia meraih tangan perawat itu. “golongan darah saya AB resus negatif sus, ambil darah saya saja. Agar pasien selamat”.
“tapi kita harus menghadirkan orang tua pasien dulu untuk tanda tangan surat persetujuan”.
Kia menatap ke arah satria dengan tatapan sendu. “kak tria pasti punya nomor telpon orang tuanya kak lea kan?”.
“Ada”. Singkat satria.
“aku mohon hhubungi mereka biar datang kesini ya kak”. Ucapnya memohon.
Sebenarnya satria enggan melakukannya. Namun karna ia tak tega melihat kondisi kiara saat ini. Ia pun segera menelepon vanya untuk memberitahu keadaan lea.
“sudah saya hubungi sus. Beliau akan tiba sekitar 10 menit lagi”.
“baik kami tunggu”.
“ambil darah saya sekarang sus, kak lea butuh pertolongan cepat”. Ucap kia yang terus saja menyodorkan tangannya pada perawat.
“baik Mbak. Mari ikut saya ke dalam”. Ucap perawat itu yang kemudian ia berjalan lebih dulu masuk ke ruangan itu.
Ketika kia hendak masuk ke dalam, kiran langsung meraih tangannya kia agar tidak segera masuk ke dalam ruangan itu.
“tunggu kia. Lo yakin mau donorin darah lo buat lea?”.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTITESIS [END]
Teen Fictionmenceritakan seorang gadis yang pergi merantau ke kota bersama ibunya agar lebih sering mengunjungi makam ayahnya yang telah meninggal, namun di sekolah barunya ia bertemu dengan seorang pria berandalan yang hampir setiap harinya membuat keributan b...