“Kia. Nge-mall yuk”. Ucap kiran ketika ia bersama kiara berjalan menuju tempat parkir-an kendaraan setelah jam pelajaran sekolah selesai.
“Kayaknya hari ini ga bisa. Gimana kalo besok?”. Kia menyahuti.
“Emang kenapa kalo sekarang? Lo ada acara?”.
“Engga sih. Tapi gue mau ke rumah sakit”.
“Mau ngapain?”.
“Ya Mau jenguk kak lea lah. Apalagi setelah gue tau kalau kita saudara. Masa iya gue ga boleh tau kabar dia”.
“Udah lah kia. Mereka itu ga pernah ngarepin kehadiran lo. Daripada lo di usir lagi mending jangan kesana”. Ucap kiran yang meraih tangan kia agar mengurungkan niatnya untuk pergi namun dapat di tepis kembali oleh kia.
“Enggak. Gue tetep mau kesana. Lo pulang sendiri aja. Nge-mall nya nanti kapan kapan”.
“yaudah gue ikut lo. Gue takut lo di apa-apain mereka lagi”. Ucap kiran dengan ketus.
Kia menyipitkan matanya saat berhadapan dengan kiran “Yakin mau ikut?”.
“Iya!”.
“Oke let’s go!”. Kia menarik tangan kiran dengan senyuman merekah penuh semangat. “lo emang sahabat terbaik gue deh” ucap kia meledek.
“iya emang. Tapi lo nya batu!”.
***
“jadi lea kapan bisa pulang tante?”. Tanya bella yang mengalihkan pembicaraan ketika the princess dan vanya sedang asyik berbincang.
“Kayaknya malam ini dia pulang. Semoga aja pemeriksaan hari ini semuanya bagus-bagus jadi lea bisa pulang cepet”.vanya menyahuti.
Ketika mereka sedang berbincang, tiba-tiba saja pintu ruangan itu yang masih tertutup rapat terdengar suara ketukan yang cukup keras. Kemudian vanya berjalan untuk membukakannya, dan ternyata kiara dan kiran yang muncul di balik daun pintu itu.
Vanya terkejut sambil membulatkan matanya ke arah dua gadis berseragam sekolah itu dengan tatapan kebencian. “mau apa lagi kamu datang kesini? Mau bikin anak saya celaka lagi ? Iya!”.
“saya Cuma mau lihat kondisi kak lea aja tante” kiara menyahuti.
“ga perlu. Lea ga butuh perhatian dari kamu. Pergi sekarang juga dari sini!”.
Lea bersama keempat temannya ikut berjalan menghampiri vanya yang sedang memarahi kia, dengan bantuan kursi roda, lea mendekat dengan bantuan dari salsa yang mendorongnya.
“mau apa lo kesini? Harusnya elo yang sekarang di rawat di sini. Bukan gue!”. Lea menggertak.
“oh jadi kalian sengaja mau nabrak kia?”. Kiran menyahutinya dengan sedikit emosi. “pantes aja kalian yang celaka. Itu karma buat orang jahat kayak kalian!”.
“biasa aja dong kalo ngomong “. Bella mendorong tubuh kiran karna kesal. “gue kasih tau sama kalian, kita bukan penjahat!”.
“Terus kalo bukan penjahat apa? Pembunuh?”. Ketus kiran.
Kia menahan tubuh kiran agar tidak kembali menyerang lea dan teman-temannya. “udah dong ran, jangan ribut di sini. Kita kesini kan mau jengukin kak lea. Bukan nyari ribut”.
“Apa? Jenguk gue?”. Lea mendecih “ siapa lo? So so’an peduli sama gue. Gue ga butuh lo di hidup gue. Mending lo pergi dari sini deh”.
Kiran merasa jengkel dengan perlakuan lea pada kia. Kemudian ia mengepalkan kedua tangannya lalu ia berteriak ke hadapan lea. “woy. Dasar orang gatau terima kasih. Lo bisa sembuh kayak sekarang juga karna kia. Tanpa bantuan darah kia lo ga akan bisa selamat. Nyesel gue ga larang kia buat donorin darah ke lo. Harusnya kia biarin lo mati aja sekalian”.
Vanya sedikit merasa panik mendengar teriakan kiran. “jangan ngomong macem-macem ya kamu. Pergi sekarang dari sini juga!”.
Lea dan teman-temannya saling diam merasa tercengang atas kata-kata kiran. “maksud lo?”. Kemudian ia melirik ke arah vanya. “mami bilang aku dapat darah dari stok di rumah sakit ini kan? Kenapa dia bilang gitu mi?”.
“Itu karna nyokap lo gamau lo tahu kalau ternyata lo dan kia itu saudara. Kia itu adek lo. Makanya golongan darah kalian sama!”.
Vanya yang merasa kesal atas pengakuan kiran pun segera ia angkat telapak tangannya untuk menampar wajah kiran. Namun ternyata satria muncul dan langsung menahan pergerakan tangan vanya. “tante cukup. Jangan pernah sakiti mereka!”.
“APA? SAUDARA?”. Teriak keempat sahabat lea yang merasa sangat terkejut mendengar pernyataan kiran.
“Engga! Lo pasti bohong kan? Cewek cupu gini ga mungkin saudara gue”. Ucap lea dengan memancarkan ekspresi jijik pada kiara.
“itu emang kenyataannya. Bokap lo sama bokap kia itu sama. Kia juga anak om antonio bagaskara. Jadi lo harusnya baik baik sama adik lo ini. Bukan malah terus-terusan siksa dia”.
Vanya semakin tidak tahan akan apa yang di lontarkan kiran pada lea. Namun ia tidak bisa menyelamatkan diri karna tangannya terus di genggam secara erat oleh satria. “lepasin saya atau saya bilangin kamu sama__”.
“sama siapa? Sama papa saya? Silahkan!. Saya ga pernah takut sama kalian. Justru saya akan bongkar perselingkuhan kalian di depan umum”. Ancam satria.
“APA? SELINGKUH?”. Sekali lagi keempat teman lea terkejut mendengar pengakuan yang tak di sangka sangka tersebut.
“CUKUP!”. Teriak lea sambil menutup kedua telinganya.
Lalu kemudian muncul seorang perawat yang berlari ke arah mereka. “mohon maaf kalian jangan ribut di sini. Yang tidak berkepentingan silahkan keluar dari sini”
“Kalian denger sendiri kan? Pergi sekarang juga dari sini. Dan jangan pernah ganggu hidup anak saya lagi!”. Vanya mengancam.
“ayo kia. Udah gue bilang lo gausah kesini”. Kiran menarik tangan kia dengan paksa namun kia tetap keras kepala untuk tetap bertahan di tempat itu.
“tapi ran_”.
“Tapi apa? Lo udah lihat kan lea udah sembuh, berarti lo udah lega dan lo udah bisa pulang. Di sini juga percuma berhadapan sama orang orang yang gatau terima kasih”.
Dan akhirnya kia pun terpaksa mengikuti kiran untuk pergi dari tempat itu. Lalu satria pun juga hendak pergi menyusul kiara dan kiran namun lea mencegahnya. “kamu jangan pergi satria”.
Satria yang tak memedulikannya, ia pun menepis tangan lea kemudian berlari mengejar kiara dengan kiran.
“udah lah sayang. Sudah mami bilang berkali-kali, satria ga pantes buat kamu. Jangan kamu kejar kejar dia terus”. Ucap vanya menenangkan lea.
Namun lea tetap kesal apalagi mendengar perintah dari vanya. “kenapa? Karna harusnya aku dan satria akan jadi saudara? Iya?”.
“bukan itu maksud mami sayang”. Vanya yang menyesal akan kata-katanya itu berusaha memberi penjelasan pada lea. Namun karna lea terlanjur kecewa, ia pun malah menggerakkan roda pada kursi rodanya kemudian ia kembali ke dalam ruangan tanpa sekali pun menatap wajah vanya.
“sayang dengerin mami dulu”. Ucap vanya yang mengejar kepergian lea.
“Serius lea sama cewek cupu itu kakak dan adik?” bisik laura pada ketiga temannya.
“Ga nyangka sih gue juga, tapi sekilas mereka mirip juga”. Bella menyahuti.
“Yang paling bikin gue kaget juga ternyata tante vanya selingkuh sama papanya satria? Asli ga nyangka “. Felli menambahi.
“Ini rahasianya parah semua sih”. Salsa ikut berbisik.
“Kalian ngomongin apa hah?”. Teriak vanya ke arah empat teman lea sehingga para gadis itu terkejut dan salah tingkah.
“Ga ngomongin apa-apa ko tante”. Ucap salsa menyeringai.
Melihat situasi lea yang sedang bermasalah dengan vanya, membuat keempat temannya merasa tidak nyaman. Kemudian mereka pun pamit untuk keluar sementara agar tidak mengganggu lea dengan maminya yang sedang menyelesaikan masalah pribadi mereka.
“Lea kita nyari makan dulu keluar sebentar ya. Nanti kita balik lagi”. Pamit feli dan mengajak teman-temannya pergi dari ruangan itu.
Sedangkan vanya yang terus saja berusaha memberi penjelasan pada lea dengan mendekat pada putrinya itu. Tapi percuma saja, lea tetap tidak memedulikan permintaan maaf dari vanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTITESIS [END]
Fiksi Remajamenceritakan seorang gadis yang pergi merantau ke kota bersama ibunya agar lebih sering mengunjungi makam ayahnya yang telah meninggal, namun di sekolah barunya ia bertemu dengan seorang pria berandalan yang hampir setiap harinya membuat keributan b...