Kini satria berhadapan dengan ramon. Musuh bebuyutan nya selama ini. Memang ramon sengaja menjebak satria dengan cara menyandera kia agar satria datang ke tempat ini tanpa bantuan dari warga agar mereka leluasa untuk menyerang kubu satria yang jumlahnya lebih sedikit dengan kubunya.
Ramon melayangkan sebuah pukulan pada satria. namun satria dapat menepis dan membalasnya, kemudian satu orang lain teman ramon yang menyerang satria dari belakang. Tapi tetap saja satria bisa mengatasinya dengan menendang tubuhnya ke arah belakang.
Bugh!.
Rekan ramon yang menyerang satria terjatuh, kini lawan satria hanya sisa ramon dan tentu saja sangat mudah bagi satria mengalahkan satu orang musuh. Hingga pada akhirnya ramon pun jatuh tergeletak setelah mendapat tendangan keras dari satria pada wajahnya.
Choki menyadari kemenangan satria setelah mengalahkan ramon dan temannya, kemudian ia segera berteriak ke arah satria.
“SAT.. CEPET SELAMATIN CEWEK ITU. CARI DI LANTAI ATAS!!”.
Satria yang juga mempunyai niat sama seperti apa yang di suruh choki, ia pun segera berlari menaiki tangga untuk mencari keberadaan kiara. Namun, baru saja ia melangkah sekitar 2 sampai 3 langkah ternyata ramon masih sanggup untuk bangkit dan membalaskan serangan dari satria dengan cara menarik kerah baju satria dengan keras hingga satria terjatuh dan ia berikan pukulan keras pada wajah satria.
BUGH!
Ramon yang merasa menang, ia pun berniat untuk memukul satria kembali agar satria benar benar kalah pada perkelahian kali ini. Namun, belum sampai pukulan dari tangan ramon itu pada wajah satria, tiba-tiba saja terdengar suara sirine mobil polisi yang begitu jelas dan berisik hingga membuat mereka terkejut dan ketakutan.
“Anjing. Siapa lagi yang lapor polisi!”. Dengus ramon. “ guys, cabut! Biarin polisi yang tangkap mereka!”. Ucap ramon kemudian ia berlari pergi menuju pintu belakang dengan di susul oleh teman-temannya.
Choki, reyhan, Juan dan riko pun merasa panik ketika mendengar suara itu. Namun mereka tidak bisa segera pergi dari tempat itu karna edo masih belum bangkit dan satria ikut jatuh tergeletak.
Kemudian kiran berlari masuk ke dalam bersama dewa dan menghampiri mereka.
“Kalian gapapa?” Tanya kiran. “ya ampun kak satria. Kak rey lo gapapa?” kiran menghampiri reyhan sambil memegang wajah yang penuh luka lebam.
“Gapapa ko. Tadi suara sirine polisi__”
“Itu suara dari handphone kak dewa, aman ko kak ga akan ada polisi”.
Tanpa basa basi dewa berlari menuju tangga dan melewati tubuh satria yang pelan-pelan mencoba bangkit. Kemudian ia mencari keberadaan kia di beberapa sudut ruangan lantai atas.
“KIARA.... KIARA.... LO DIMANA?”.
Satria yang mendengar teriakan dewa. Ia pun segera berdiri dan menyusulnya menuju lantai atas. Dan ia menemukan sebuah ruangan terbuka yang di dalamnya terdapat kiara yang sedang duduk di sebuah bangku dengan tangan terikat oleh tali dan mulut yang di tutup lakban. Namun kiara tak bergerak karna memang dia tak sadarkan diri.
Ia melihat dewa yang coba melepaskan penutup mulut serta tali yang mengikat itu. Kemudian satria berlari ke dalam dan ikut membantu menyelamatkan kiara.
Teman-teman satria beserta kiran ikut berlari menuju ruangan tempat kiara berada. Mereka hanya diam di luar pintu menyaksikan pergerakan tangan satria dan dewa yang melepaskan ikatan tali itu. Sedangkan kiran berlari masuk dan segera mendapati tubuh kiara yang telah lepas dari ikatan itu.
Ia menepuk-nepuk pipi kiara agar segera sadar. “kia bangun_”.
Kemudian ia mengambil sebuah minyak angin dalam tasnya dan ia oleskan pada bawah hidung kiara sehingga kiara tersadar dan perlahan membuka matanya.
“kia lo gapapa?” kiran pun segera memeluk kiara.
“Gue gapapa ran”. Kiara mengamati setiap objek dalam ruangan itu dan ia melihat ada satria dan dewa yang berada di sampingnya. “gue dimana? Ko kalian ada di sini?”.
“lo tadi di culik kia, untung tadi gue lihat lo di bawa orang kesini. Trus gue nyari bantuan ketemu kak dewa. Dan pas gue sampe sini ternyata kak satria dan teman-temannya udah duluan di sini dan ngehajar orang yang culik lo”.
“Apa? Gue di culik?” kia memegang kepalanya yang masih terasa sakit.
“iya, tadi pas motor lo berhenti di tengah jalanan sepi, mereka nyekap lo dari belakang sampe lo pingsan. Makanya lo sakit kepala”.
“tadi gue berhenti karna ada anak kucing di tengah jalan”.
“Ya itu jebakan”.
“Tapi lo gapapa kan?” satria mendekat kemudian memegang bahu kiara.
Dewa yang tak terima, ia pun mendorong tubuh satria hingga terpental pada sebuah tembok. “PEDULI APA LO SAMA KIARA!”.
Satria tersulut emosinya, ia pun membalas dewa dengan mendorong tubuhnya. “MAKSUD LO APA? HAH!!”.
Wajah dewa mendekat pada wajah satria, sambil membulatkan mata ia menunjuk menggunakan jarinya dekat pada mata satria. “GARA-GARA LO, KIARA HAMPIR MATI DI TANGAN RAMON!. SADAR LO BAWA PENGARUH BURUK BUAT KIARA”. Dewa kembali mendorong tubuh satria.
Satria kembali mendekat pada dewa, kemudian ia meraih kerah baju dewa dan menariknya. “LO SENDIRI APA? GARA-GARA LO KIARA BERURUSAN SAMA CEWEK LO YANG TUKANG ONAR DAN KIA HAMPIR DI TAMPAR SAMA SALSA!”.
Mendengar perkelahian itu kiara semakin merasa tidak nyaman. Kemudian ia bangkit dan menghampiri lalu memisahkan keduanya. “CUKUP!!! KALIAN KENAPA SIH__” belum selesai kiara berteriak, tiba-tiba kepalanya kembali merasa sakit. kemudian ia hampir terjatuh namun kiran dapat menangkapnya.
“BISA GA SIH KALIAN GA RIBUT DISINI? KASIAN KIARA MASIH KESAKITAN!”.
“kia. Lo gapapa?” ucap dewa dan satria bersamaan sambil memegang punggung kiara.
“kepala gue sakit banget!” kia meringis.
“Kita bawa kiara ke rumah sakit”. Ucap kiran.
“Yaudah bawa ke mobil gue”. Sahut dewa.
“Maksud lo apa? Gabisa. Kiara ke rumah sakit bareng gue”. Ucap satria.
“lo pikir, dengan kondisi kiara kayak gini dia bisa duduk stabil di Jok motor belakang? Kalo dia jatuh lo mau tanggung jawab?”.
“udah udah.. biarin kiara di mobil ka dewa, ini lagi darurat jangan ada yang egois. Lagian gue juga ikut di mobil ko”. Kiran menengahi.
Sedangkan satria hanya diam tak kembali bersuara. Kemudian kiran membantu kiara untuk berjalan keluar dari ruangan itu dengan bantuan dewa. Namun karna satria tidak menyukai hal itu, ia terus saja mencoba menjauhkan dewa dari kiara. Tapi tetap saja dewa terus berusaha untuk dapat membantu kiara berjalan menuju ke dalam mobilnya.
“Lo bisa bawa motor sendiri?”. Tanya reyhan pada edo yang ikut berjalan bersama keluar dari gedung itu.
Edo mengelap setetes darah yang masih tersisa pada ujung bibirnya. “aman bro, gue kan jagoan”.
“Jagoan ko kalah”. Ledek choki sambil menyenggol bahu edo.
“Gue kekurangan tenaga cok. itu juga gara-gara lo tadi Cuma kasih minuman soda, coba lo kasih gue nasi padang 3 porsi, pasti tenaga gue buat mukul curut-curut itu jadi banyak”.
“Bisa aja lo gendut”.
***
Kiara berjalan keluar bersama seorang dokter setelah melakukan pemeriksaan. Ia tampak sedikit merasa segar dan mulai melempar senyuman kepada teman-temannya.
“Gimana keadaan lo sekarang? Udah enakan?”. Ucap kiran yang langsung menghampiri kiara dan hanya di balas senyuman tipis olehnya.
“Kalian ga perlu khawatir, kia baik-baik saja. Hanya saja karna faktor obat bius itu dia masih terasa pusing. Saya sudah kasih resep obat buat di tebus di depan. Kia perlu istirahat yang cukup dan perbanyak minum air putih yah.”. Ucap dokter itu.
“baik dok, terima kasih yah”. Ucap kiara.
“iya sama-sama. Oh iya kalian ga mau di obatin itu lukanya?” Tanya dokter kepada satria dan teman-temannya.
“gausah pak dokter, kita kan jagoan, Cuma luka kecil besok juga sembuh”. Sahut edo.
“ya sudah, saya permisi”. Pamit dokter itu.
“lo yakin ga perlu di obatin kak? Itu berdarah loh”? Ucap kiara pada satria.
“Gausah. Gue gapapa ko, yang penting lo baik-baik aja kan?”.
“iya ka, aku udah agak enakan ko”.
“Yaudah gue antar lo balik yah”. Dewa mendekat pada kiara.
Satria menatap tajam ke arah dewa. “gausah, dia balik sama gue. Sekarang dia bisa duduk di jok belakang motor gue”.
Kia menghela nafas pendek. “udah udah.. gue bisa pulang pake taksi, kalian gausah repot-repot. Dan makasih kalian udah tolongin gue”.
“tapi ki__” satria belum selesai berbicara, kia pun memotong kembali pembicaraannya.
“Udah kak gausah. Lo langsung balik aja obatin luka lo. Gue balik sama kiran ko”.
“Udah yah, dari pada kalian ribut buat rebutin kiara, mending dia pulang sama gue aja Biar adil”. Kiran menengahi.
“oh iya motor lo di mana kia?” Tanya satria.
Kia mencoba mengingat kembali pada kejadian itu. “tadi sih terakhir gue berhenti di jalanan sepi yang waktu itu di cegat kak lea sama kak salsa kak”.
“Yaudah motor lo biar gue yang urus ya, nanti gue anterin ke rumah lo”.
“Iya kak, makasih yah”. Kia menarik ujung bibirnya sedikit. “Yaudah kita duluan. Bye semua.” Pamit kia sambil menarik tangan kiran dan mengajaknya pergi dari tempat itu.
“gue duluan ya kak”. Sapa kiran pada reyhan dan hanya di balas dengan senyuman maut kesukaan kiran.
Satria kembali menatap tajam dewa sambil menunjuk. “jangan deketin kia tanpa sepengetahuan cewek lo!”.
Dewa membalas tatapan satria. “ada hak apa lo ngatur gue?”.
“Kalian kenapa sih kayak anak kecil aja. Udah cepet kita balik”. Choki menarik tangan satria dengan paksa agar ia tidak bertengkar lagi dengan dewa. Kemudian mereka berenam pun pergi dan meninggalkan dewa yang masih berdiri di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTITESIS [END]
Novela Juvenilmenceritakan seorang gadis yang pergi merantau ke kota bersama ibunya agar lebih sering mengunjungi makam ayahnya yang telah meninggal, namun di sekolah barunya ia bertemu dengan seorang pria berandalan yang hampir setiap harinya membuat keributan b...