Hari ini seperti biasa kiara berangkat ke sekolah menggunakan motor matic kesayangannya. Tak ada yang spesial di hari ini, tak juga ada yang mengganggu mood-nya hari ini. Sehingga kia menjalankannya dengan seperti biasanya.
Ia memarkirkan motornya pada jajaran paling depan, karena ia termasuk murid yang tiba di sekolah lebih dulu. Bahkan sahabatnya, kiran belum sampai di sekolah.
Namun ketika ia melepaskan helm dan menaruhnya pada stang motor sebelah kanan. Tiba-tiba saja seseorang menarik tas ranselnya secara keras sehingga tubuh kia pun ikut terbawa hingga orang tersebut menjatuhkan kia tepat di lantai yang terbuat dari aspal di area parkir.
BUGH!.
“DASAR ANAK PELAKOR.. BERANI BERANI-NYA LO REBUT SATRIA DARI GUE, DAN SEKARANG LO SURUH DIA BUAT MATA-MATAIN DAN NUDUH GUE DAN NYOKAP GUE YANG BUNUH PAPI. MAU LO APA SIH! BISA KAN LO GA USAH RIBETIN HIDUP GUE!!”.
Azalea. Ya, gadis itu berteriak meluapkan emosinya sambil menunjuk pada kia yang tersungkur sambil meringis kesakitan. Saking emosinya bahkan ia pun sempat mendorong kembali tubuh kia yang mencoba bangkit hingga gadis Malang itu kembali terjatuh.
“aku ga pernah nyuruh kak satria buat mata-matain kak lea, aku juga ga nuduh kak lea dan tante vanya yang bunuh ayah. Aku ga tau apa-apa kak. Itu semua di luar kendali aku”. Ucap kia membela.
“JANGAN PERNAH PANGGIL GUE KAKAK KARENA GUE BUKAN KAKAK LO! DAN JANGAN PERNAH ANGGAP PAPI GUE AYAH LO KARENA NYOKAP LO CUMA WANITA MURAHAN YANG DENGAN LANCANGNYA REBUT SUAMI NYOKAP GUE!” ucap lea yang semakin memuncak amarahnya.
Suasana saat itu memang masih sepi, karena beberapa murid yang tiba di sekolah langsung berjalan masuk ke dalam gedung. Hanya ada lea dan kia yang berada di area parkir. Namun teriakan-teriakan yang di lontarkan lea pada kia itu ternyata terdengar oleh seorang satpam yang berjaga di pos dengan jarak cukup dekat dengan area parkir kendaraan.
Sehingga satpam itu berlari menghampiri dan langsung menahan tubuh lea yang akan kembali menyakiti kia.
“Apa-apan ini! Masih pagi sudah ribut. Kalian ini pelajar atau preman pasar sih”. Ucapnya sambil menahan tubuh lea sekuat tenaganya karena gadis itu terus memberontak.
“Lepasin gue!”. Lea yang terus berusaha melepaskan diri namun tetap tidak berhasil.
Tak lama berselang tiba seorang guru yang masuk ke area parkir kendaraan yang melihat kejadian itu sambil perlahan menghentikan kendaraan Roda duanya dan segera menghampiri keributan itu setelah memarkirkan motornya.
“ada apa ini? Kenapa lea sampai di tahan oleh pak muklis?”. Ucap pak karyo dengan tegasnya.
“ini pak. Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Neng kia di tarik dan di dorong sampe jatuh sama neng lea. Terus neng lea juga marah marah ke neng kia. Ini juga saya tahan karena neng lea mau mukul neng kia lagi”. Jelas satpam itu.
Pak karyo langsung menoleh ke bawah sambil membantu kiara untuk berdiri. Dengan menahan sakit karena lututnya luka akibat terbentur aspal, membuat gadis itu sedikit kesakitan ketika berdiri.
“kalian berdua ikut saya ke ruang BP. Pak muklis tolong tetap jaga lea agar tidak lepas. Saya akan bantu kia untuk berjalan menuju ruang BP”. Perintahnya sambil menadahkan telapak tangan pada kia.
“baik pak. Ayo neng lea, kita selesaikan masalah kalian berdua di ruang BP”. Ucapnya sambil menarik tubuh lea.
“apaan sih. Gue ga mau!”. Ucapnya sambil terus berusaha melepaskan diri namun tetap tidak berhasil.
Karena kekuatan tangan satpam itu sangat besar. Membuat lea pun ikut terseret menuju ruang BP bersama satpam itu dan kia yang mengikuti dari belakang bersama pak karyo.
“kamu gapapa kia”. Ucap pak karyo pada kia ketika mereka sedang berjalan.
“gapapa ko pak. Cuma lecet sedikit doang”. Ucapnya sambil tersenyum tipis.
“Nanti sekalian kamu di obatin di ruang BP ya. Bu neti pasti sedia perlengkapan p3k di ruangannya”.
“Baik pak”.
***
“Astaga.... kalian lagi kalian lagi. Kamu ga kapok kalau saya skors kamu lagi lea? Atau mau saya keluarkan dari sekolah ini!”. Ucap bu neti yang sedikit menaikkan volume suaranya setelah mendengar penjelasan pak karyo mengenai masalah lea dan kia.
“Apa? Keluar? Ibu lupa kalau mami saya salah satu donatur terbesar sekolah ini? Mau ibu yang di keluarkan dari sekolah ini?!”. Ucap lea menantang.
Bu neti yang sedikit merasa ketakutan akan ucapan lea pun membuat dirinya jadi membisu. Ia tak menanggapi ucapan lea karena cukup merasa takut. Sehingga langkah yang ia lakukan adalah menelepon orang tua lea dan kia untuk datang ke sekolah dan menemui mereka di ruang BP.
“kalian tunggu di sini sampai orang tua kalian tiba di sekolah. Pak muklis tolong bantu obatin lukanya kia”. Ucap bu neti yang menyerahkan kotak p3k pada satpam itu.
“baik bu”.
Di luar ruangan itu ternyata kiran sudah tiba di area parkiran, ia melihat motor milik kia sudah ikut tersusun rapi di antara barisan kendaraan motor yang di depan. Kemudian ia pun berjalan keluar area parkir itu menuju ruang kelasnya yang berada di lantai 2.
Namun belum sempat ia masuk ke area gedung sekolah, tiba-tiba seseorang menghampiri dirinya sambil menampakkan wajah penuh kecemasan.
“Kiran gawat. Lea nyerang kia lagi sampe lututnya luka. Sekarang mereka di bawa ke ruang BP sama pak karyo dan pak muklis”. Ucap laras yang merupakan teman sekelas kia dan kiran yang melihat kejadian barusan namun ia tak berani ikut campur.
“apa? Lea nyerang kia lagi? Kenapa?”. Ucapnya yang ikut merasa cemas.
“gue gatau karna gue ga denger secara jelas pertengkaran mereka. Mending lo samperin kia ke ruang BP deh. Takut dia kenapa-napa”.
“oke, thanks ya ras buat infonya”.
“Iya”. Ucap gadis itu lalu pergi.
Kiran segera mengambil ponsel miliknya dari dalam ransel. Kemudian ia langsung menghubungi satria yang ternyata masih dalam perjalanan.
Kiran coba menelepon satria hingga 2 kali namun tak kunjung mendapat respon, karena satria yang masih berada di perjalanan tidak memedulikan ketika ponselnya berbunyi.
Namun ketika kiran mencoba menelepon ke tiga kalinya, dan satria cukup penasaran dan merasa khawatir dengan seseorang yang menelponnya itu, membuat dirinya terpaksa menepikan kendaraannya di bahu jalan yang kemudian ia ambil ponselnya dari dalam ranselnya.
Hallo kiran, ada apa? Ko lo nelpon gue terus. Sorry gue masih di jalan.
Gawat kak. Lea nyerang kia lagi sampe jatuh dan lututnya berdarah. Kakak cepetan kesini.
Apa? Iya iya gue bentar lagi sampe. Lo tungguin gue di parkiran.
Oke kak.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya satria tiba di area parkir kendaraan dan segera menemui kiran yang sudah menunggu di taman sekolah.
“Kia di mana sekarang?” ucap satria cemas.
“Di ruang BP kak. Ayo kita ke sana sekarang”. Ucap kiran sambil menarik tangan satria dan mengajaknya berlari agar segera sampai ke tujuan.
Namun satria melihat sosok ibunya kia yang baru saja turun dari mobil taksi yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah.
“tunggu dulu. Itu tante rosa kan?”. Satria menahan tangannya dari kiran dan menunjuk ke arah gerbang sekolah sehingga kiran pun kut menoleh.
“Eh iya, itu tante rosa”.
Wanita paruh baya itu pun segera berlari masuk menuju gedung sekolah itu dengan tatapan kosong sehingga tidak menyadari keberadaan kiran dan satria di hadapannya. Beruntung kiran segera menggapai tangan Rosa hingga dapat dan ia menahan wanita paruh baya itu untuk berbicara dengannya.
“tante!”. Ucapnya.
Rosa pun menoleh dan menghentikan langkah kakinya.
“kiran. Di mana ruang BP? Kia ada di sana sama lea. Tolong antar tante ke sana ya”. Ucapnya sedikit cemas.
“Oke tante, ayo ikut kita. Tapi tante tenangin diri ya”. Ucap kiran sambil menuntun rosa.
Mereka pun berlari dan akhirnya tiba di ruangan itu dan langsung membuka pintunya. Rosa pun terkejut melihat putrinya yang terluka dan sedang di obati oleh seorang satpam dan ia segera menghampirinya.
“sayang. Kamu gapapa?” ucapnya sambil memegang kedua pipi kia kemudian memeluknya.
“Aku gapapa ko bu”. Kia menyahuti dengan memancarkan senyuman kepada ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTITESIS [END]
Fiksi Remajamenceritakan seorang gadis yang pergi merantau ke kota bersama ibunya agar lebih sering mengunjungi makam ayahnya yang telah meninggal, namun di sekolah barunya ia bertemu dengan seorang pria berandalan yang hampir setiap harinya membuat keributan b...