Bab 14 - Antitesis

35 12 3
                                    

“Selamat pagi anak-anak”.

Sapa bu nadya ketika memasuki ruang kelas XI-MIPA 2 dengan memancarkan senyum penyemangat.

“pagi bu..”.

Kemudian bu nadya segera menaruh tas yang ia bawa pada meja, lalu ia berjalan ke depan agar lebih dekat berinteraksi dengan seluruh murid.

“Baik, sekarang kalian buka buku paket halaman 39. Pembahasan kita hari ini adalah tentang majas.” Ia pun berjalan kembali menuju papan tulis, dan segera mengambil sebuah spidol dari dalam saku bajunya kemudian menuliskannya pada bidang berwarna putih itu. “Majas”.

Majas adalah salah satu bentuk gaya bahasa untuk mendapatkan suasana dalam sebuah kalimat agar semakin hidup. Mudahnya bisa kita pahami bahwa majas itu bisa menjadi ungkapan yang bisa menghidupkan suatu kalimat. Majas melakukan penyimpangan dari makna dari suatu kata yang biasa digunakan.

Contohnya seperti yang ada pada buku, yaitu “tangan kanan”. Tangan kanan jika dilihat dari makna sebenarnya ialah anggota tubuh manusia. Namun, dalam kalimat “Dia termasuk tangan kanan Pak Budi”, maka makna anggota tubuh pun hilang. Makna “tangan kanan” berubah menjadi orang kepercayaan.

Terang bu nadya sambil membalikkan kembali posisi tubuhnya dan menghadap ke arah murid.

Ada 4 macam jenis majas, di antaranya majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan dan majas pertentangan.

Yang akan kita bahas kali ini adalah tentang majas pertentangan.

majas pertentangan adalah majas yang digunakan untuk mengekspresikan suatu hal dengan cara mempertentangkan dengan hal yang lainnya. Nah, majas pertentangan ini dibagi menjadi majas litotes, antitesis, dan paradoks.

Majas litotes merupakan majas yang menggunakan ungkapan penurunan kualitas untuk merendahkan diri.

Contoh: Silakan datang ke gubukku yang kumuh.

Ucap bu nadya sambil menulis contoh kalimat itu pada papan tulis.

Kemudian ia bertanya pada seluruh murid, “Ada yang bisa memberikan contoh dalam kalimat lain?”

Aldo selaku ketua kelas mengangkat satu tangannya ke atas.

“Ya aldo, silahkan!”

“ terimalah hadiah yang tak seberapa ini bu”.

“Ya, benar sekali”

“Jadi intinya, majas ini menjelaskan ungkapan yang merendah. Seperti contoh kalimat yang di berikan aldo, ada kata ‘yang tak seberapa ini’. Yang kita tahu tak seberapa itu hal yang kecil, padahal mungkin sebenarnya yang di maksud sesuatu yang besar namun ia ungkapkan dengan kalimat merendah karna tidak ingin menyombong.

Untuk majas ini kalian sudah paham?

“Paham bu..”.

Baik, selanjutnya Majas kedua, adalah majas antitesis.

Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata berlawanan untuk mengungkapkan suatu pertentangan.

Contoh: Tua atau muda boleh ikut meramaikan gerak jalan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.

Kata yang termasuk majas Antitesis adalah tua dan muda. Contoh lainnya berat dan ringan. Ada yang bisa beri contoh kata yang lain?.

Lalu sintya  yang duduk di bangku paling depan mengangkat satu tangannya, “ miskin dan kaya bu”.

“ya, benar”.

Siswa lain bernama joshua ikut mengangkat satu tangannya, “ disiplin dan malas bu” .

“ya, benar”.

Kemudian kali ini kia ikut mengangkat tangannya.

“silahkan kiara!”.

“Menang dan kalah bu”.

“ya betul kiara.. sekarang buka halaman berikutnya untuk kalian isi soal-soalnya”.

Kiran tersenyum licik kemudian membisikkan sesuatu pada telinga kiara.

“contoh lainnya, satria dan kiara”. Ucapnya sambil menyeringai.

“kenapa gue sama kak tria?”. Timpalnya.

“Ya kalian kan dua kepribadian yang berlawanan, lo anak baik-baik, kak tria anak berandalan, ro rajin dia tukang bolos, mana kalian kalo ketemu berantem terus lagi. Cape gue lihatnya”.

Kia menatap tajam kiran ke arah samping kirinya dengan posisi kepala masih lurus ke depan, “ini contoh kata, bukan nama orang”.

“ya sama aja kan”.

Pikiran kia pun tiba-tiba saja menuju pada satria. Ya, sudah seminggu ini dia tidak menemukan pria itu di sekolah ini. Apa mungkin dia sering bolos sekolah selama ini? Sampai lebih dari 3 hari berturut-turut.

Kalau memang iya, ucapan kiran barusan ada benarnya, satria terlalu merasa santai jika absensi-nya terdapat keterangan bolos hingga berhari-hari. Berbeda dengannya, bahkan ketika ia sedikit tidak enak badan, ia tetap memaksakan untuk pergi bersekolah. Selagi ga sakit parah, sampe harus di infus kenapa harus tidak masuk sekolah?.


***


Kiara pergi menuju perpustakaan pada jam istirahat seperti biasanya. Ia membawa sebuah totebag berisi 4 buku novel kepunyaan dewa yang sempat ia pinjam tempo lalu. Karna ia sudah selesai membaca keseluruhan ya, ia pun berniat ingin mengembalikannya kembali pada sang pemilik. Semoga saja hari ini kak dewa main ke perpus lagi, biar bukunya langsung di kasih.

Kiara berjalan menyusuri rak-rak buku.  Tentunya ia mencari novel koleksi terbaru, karna baru saja ia di beri tahu oleh staf penjaga perpustakaan bahwa tadi pagi baru saja datang buku-buku novel baru untuk koleksi di perpustakaan itu.

Ketika kia berjalan menuju rak buku barisan kedua, ia pun akhirnya berpapasan dengan dewa yang juga sedang mencari sebuah buku pada rak-rak itu. Mereka saling bertukar pandang sejenak kemudian dewa pun segera menyapanya.

“Eh kia”.

“Kak dewa.. kebetulan aku ketemu kakak di sini. Aku mau balikin novel punya kakak”.

“Memangnya sudah selesai baca semuanya?”

“sudah kak, seminggu ini aku baca semuanya tanpa ada bab yang terlewatkan. makanya aku niat mau balikin lagi ke kakak”.

“Satu minggu baca 4 novel sekaligus?” dewa terkejut sambil membulatkan matanya dan mengangkat kedua jari jempol tangannya.“ keren loh kia”.

Mereka berdua sangat asyik saling bertukar pengalaman membaca novel tersebut. Tentu saja hal itu cukup di senangi kiara maupun dewa. Tanpa mereka sadari bahwa hal yang mereka lakukan itu salah. Walaupun hanya sekedar berbincang berdua tetapi jika durasinya lama mungkin akan menimbulkan suatu masalah bagi kekasihnya dewa. Namun mereka berpikir. Ini kan perpustakaan,  salsa tidak mungkin melihat kebersamaan kami di ruangan ini.


***


Bel sekolah kembali berbunyi. Pertanda pelajaran hari ini telah berakhir. Seperti biasanya, setelah ia berpamitan pada kiran. Kiara pun segera pergi dari pastikan sekolah kemudian melajukan sepeda motornya menuju rumah.

Ketika ia sedang melaju di sebuah jalanan yang sepi penduduk, ia merasa ada sesuatu yang mengikuti kemana arah ia pergi. Di lihat pada kaca spion sebelah kanan. Ada sebuah mobil jenis avanza berwarna silver yang melaju dengan kecepatan mengikuti kecepatan motor kiara. Dan ketika melewati tempat sepi itu, mobil itu melaju melewati motor kia.

Bukannya meneruskan lajuannya ke depan. Mobil itu malah berhenti tepat di hadapan kia dengan jarak sekitar 500 centimeter, hingga kia pun terpaksa harus menghentikan mesin motornya secara mendadak. Apa ini? Siapa yang menjegatku di jalanan sepi ini? Siapa orang yang berada di mobil itu? Ada maksud apa mereka menghentikan-ku di tempat sepi seperti ini?

Cemas?

Takut?

Ya, begitulah perasaan kiara saat ini. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Entah apa yang orang itu akan lakukan pada dirinya.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang