Bab 07 - Perpustakaan

54 12 8
                                    

Kia menelusuri rak buku yang  bersediakan aneka macam novel koleksi di perpustakaan sekolah, ia terus saja memilih novel yang mungkin belum pernah ia baca dari beberapa novel koleksinya.

Kemudian ia mendapati sebuah novel yang sangat menarik untuk ia baca, terdapat pada rak bagian paling atas sehingga kia sedikit merasa kesulitan mengambilnya. Kia coba berdiri menjinjit agar tangannya dapat meraih buku tersebut, namun setelah percobaan berkali-kali pun ia tak mendapatkannya.


Sampai akhirnya muncul sebuah tangan yang lebih panjang dari kia dan dapat meraih buku tersebut, membuat kia membulatkan matanya kemudian kembali pada posisi berdiri yang normal, lalu ia menoleh ke belakang untuk mengetahui pemilik tangan tersebut.

“Lo mau buku ini?” ucapnya sambil menyerahkan buku itu pada kia.
Kiara menelan salivanya setelah ia berhadapan dengan pria itu dengan jarak sangat dekat.

Dilihatnya,  seorang pria berseragam persis sepertinya yang tentu saja ia juga murid di sekolah itu. Postur tubuhnya tinggi lebih 10 centimeter dari kiara, dia sangat berpenampilan rapi dengan atribut sekolah yang lengkap di kenakan. Dengan gaya rambut yang di rapikan ke arah samping kanan membuat kiara makin merasa terpana melihatnya. Berbeda dengan pria yang ia temui sebelumnya, sangat jauh.. yaa ia sangat berbeda dengan SATRIA.

Dari wajahnya memang benar kata orang, satria pria tertampan di sekolah ini, namun karna penampilannya urakan membuat kiara memiliki opini lain. Justru pria seperti yang ada di hadapannya kini yang menurut ia sangat sempurna, namun pria itu sama sekali tak menampakkan senyuman sedikit pun padanya.

Dewangga

“Makasih yah”. Ucap kiara.

“sama sama...ngomong-ngomong lo anak baru yah? Perasaan gue baru lihat”.

“iyah, aku anak sebelas IPA 2”.

“oh  anak kelas sebelas, gue dewangga, panggil aja dewa, anak kelas dua belas IPA 1”. Ucap pria itu sambil menyerahkan telapak tangannya di hadapan kiara seperti mengajaknya untuk berjabat tangan.

Kia kembali membulatkan bola matanya, bagaimana bisa pria itu sangat sulit tersenyum namun ramah ketika berbicara bahkan meminta berkenalan dengannya.

Kia menyambut jabatan tangan dewa, “kiara kak”.

“yaudah aku permisi yah kak”. Pamit kiara sambil berjalan menuju bangku tempat membaca kemudian dewa pun mengikutinya.

“Gue boleh ikut duduk di sini?”
Kali ini tangan dan kaki kia sedikit bergetar, dan bicaranya sedikit gugup , “boleh kak”.

“lo suka baca novel yah?”

“I-iya ka”.

“Sama, gue juga.. paling lo suka novel apa?”

“akhir-akhir ini gue lagi baca novel supernova kak, baru series satu dan dua, series berikutnya gue belum nemu padahal udah nyari ke beberapa toko buku”.

“serius lo suka baca novel supernova karya dewi lestari?” Tanya dewa dan kia mengangguk.

“Gue juga sama, dan gue udah punya ke enam koleksi  series-nya, kalau lo mau pinjem nanti gue kasih, gue udah selesai baca semuanya ko”.

“hah! Serius kakak punya semua series-nya? Wah seru dong udah baca semuanya, ceritain dong kak ending di series terakhirnya gimana”.

“iya serius...kalo di ceritain nanti ga asik lagi bacanya, mending lo baca aja nanti sendiri ceritanya” .

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang