Bab 49 - penampilan baru kiara

29 12 6
                                    

Ini adalah hari minggu, di mana waktunya murid SMA WIRAMANDALA di berikan waktu untuk menghabiskan waktu libur dengan cara mereka masing-masing. Tak terkecuali kiara, gadis ini memang tidak terlalu tertarik menghabiskan waktu libur sekolah hanya sekedar berkeliling di tempat belanja ataupun berwisata, karena ia lebih senang membaca novel dan menonton film terbaru yang baru saja rilis pada aplikasi video streaming langganannya.

Toko bunga milik ibunya pun tidak terlalu ramai dari biasanya, sehingga Rosa tidak perlu menyuruh kiara untuk membantunya di toko, melainkan menyuruh putrinya itu untuk belajar dan beristirahat di rumah.

Ketika ia sedang membersihkan beberapa bunga yang terletak dekat pintu masuk, ia melihat seorang pria yang baru saja turun dari motor sambil membuka helm yang di kenakannya. Tentu saja ia mengenalinya karena pria itu adalah satria.

Langsung saja Rosa menyambut kedatangan satria dengan bahagia dan menerima ajakan satria yang meraih tangannya untuk mencium punggung Tangannya. “eh satria, mau beli bunga? Atau cari anak pemilik toko bunga?”. Ucap Rosa meledek.

“Tante bisa aja”. Satria yang salah tingkah terus saja mengacak-acak rambutnya. “aku pilih opsi kedua tante”. Ucapnya sambil menyeringai.

“Sudah tante tebak, ya sudah ayo kita ke rumah, paling kiara lagi nonton film di kamarnya”. Ajak Rosa yang menarik tangan satria dan membawanya masuk ke dalam rumah.

“Kia... kiara... cepetan keluar nak, ada tamu!”. Teriak Rosa yang membuat kiara terkejut dan segera bergegas menemui ibunya di ruang tamu.

Namun langkah kaki kiara menjadi pelan ketika ia melihat sosok satria ternyata berada di belakang tubuh Rosa, mungkin karena ia merasa terkejut dengan tamu yang di maksud Rosa.

Bukan tanpa alasan, kia saat itu hanya memakai kaos oversize lengan pendek warna hitam dan hanya mengenakan celana boxer bermotif bunga. Dengan kacamata dan rambut yang di cepol sedikit berantakan. Mungkin kia merasa tidak percaya diri ketika ia berhadapan dengan satria dengan penampilan seperti itu.

Namun berbeda dengan satria, sepertinya ia sangat menyukai penampilan kiara seperti ini, meskipun berantakan namun sangat menarik.
Berbeda dengan penampilannya selama ini yang selalu memakai pakaian rapi dan rambut sering di ikat di bagian belakang.

“kak tria.. lo ngapain di sini?”. Kiara sedikit gugup.

“Loh ada tamu bukannya nanya kabar kek, nanya mau minum apa kek,  malah nanya ngapain kesini, ya pasti mau ngajak kamu jalan lah orang udah rapi gini orangnya, iya kan nak satria?” ledek Rosa.

“ih ibu apa sih, so tau banget”. Kia yang salah tingkah segera mencubit lengan Rosa dengan pelan.

“iya iya maaf. Yaudah kamu temenin satria di sini, ibu ke dapur dulu ambil minum”.

“eh ga usah repot-repot tante, aku ga lama ko. Cuma mau ngajak kia keluar aja”. Sahut satria.

Rosa melengkungkan bibirnya ke bawah sambil melirik ke arah kiara dengan nada meledek, “tuh kan bener apa kata ibu, satria mau ngajak kamu jalan, udah cepetan mandi dulu sana, dandan yang cantik biar ga malu-maluin satria”.

“ibu apa sih”  ketus kia. “lo mau ngajak gue kemana? Gue gamau cari masalah lagi sama kak lea ya”. Tolak kia.

“engga ko, lo pasti aman. Gue Cuma mau ajak lo ke rumah aja, nyokap gue nanyain lo suruh main ke rumah”.

“tante renata nyuruh gue ke rumah lo? Jangan bohong ya, ga lucu tau bawa bawa orang tua segala”.

“gue serius kia, ngapain gue bohong”.

“ciee yang udah di kenalin sama orang tuanya”. Ledek Rosa yang mencolek dagu kia. “sejak kapan kamu akrab sama mama nya satria? Ko ga cerita sama ibu sih? Harusnya ibu juga kenalan sama calon besan, iya kan?”.

“ibu ngomongnya makin ngaco deh, orang baru ketemu kemarin di rumah sakit pas beli obat ibu”.

“oh baru kenalan kemarin, berarti mamanya satria nyaman sama kamu, makanya dia mau kenal lebih deket lagi sama kamu kia”.

“kata siapa? Biasa aja ko”  ketus kia.

“Yaudah kamu mandi dulu sana, ganti baju yang rapi, yang sopan, dandan yang cantik kalo mau ketemu calon mertua biar kamu dapet restu”. Ledek rosa yang mendorong kiara agar kembali ke kamarnya.

“Ibu ih..” dengus kiara Hingga ia akhirnya masuk ke dalam kamarnya dan menuruti perintah ibunya.

“Sebentar ya tante ambilkan minum dulu buat kamu”. Ucap Rosa pada satria.

“Ga usah tante”.

“Kiara mandi sama dandan nya lama lo, masa kamu diem nunggu di sini sambil nahan aus sama laper, sebentar ya”. Rosa pun segera meninggalkan satria untuk mengambilkan minum.

Hingga tak lama Rosa kembali dengan membawa satu gelas air perasan jeruk dengan beberapa kue basah yang di letakkan di atas piring kemudian ia simpan di atas meja tepat di hadapan satria. “tante tinggal ya, mau ke toko lagi, kamu tunggu saja nanti kia juga selesai ko”.

“Iya tante, makasih”.


***


“Astaga, gue pake baju apa ya? Ko baju gue gini semua sih”. Ucap kiara yang sedang mengacak-acak beberapa baju yang ia ambil dari dalam lemari dan sudah beberapa pasang baju ia coba namun tidak ada satu pun yang ia rasa cocok untuk di kenakan hari ini.

“Baju pink? Gak, alay banget ga sih.. baju item? Ko keliatan tomboi .. baju apa ya?”.

Kemudian ia menemukan sebuah midi dress berwarna biru tua berbahan katun dengan hiasan bunga kecil warna putih pada bagian dada kanan, dan terdapat belt kecil yang melingkar pada pinggang yang membuat kia merasa tertarik dan berencana akan mengenakannya.

Namun setelah ia selesai mengenakan baju pilihannya itu ia tetap merasa belum percaya diri ketika berada di depan cermin. “ko biasa aja sih”. Kemudian matanya tertuju pada sebuah laci nakas yang ia letakkan beberapa alat make up yang jarang sekali ia gunakan.

“pake bedak dikit kali ya”  ucapnya sambil memoles wajah dengan sentuhan foundation serta bedak tabur yang ia ratakan ke seluruh wajahnya.

“Liptint juga deh, kayaknya kelihatan pucat”. Lalu ia mewarnai bibirnya dengan liptint varian red cherry yang hanya ia kenakan sedikit pada bagian dalam bibirnya.

Kemudian ia mencoba mengenakan sedikit eyeliner agar matanya terlihat lebih segar serta bulu mata yang di tambahkan maskara agar semakin terlihat tegas, dan ia sedikit menyisir alis agar terlihat rapi. Dan terakhir kia memutuskan menggerai rambut yang sudah ia rapikan menggunakan sisir dan hair dryer, dan ia memakaikan bando berhias mutiara kecil berwarna putih sehingga membuat kiara kini semakin merasa percaya diri. Dan tentunya ia masih tetap mengenakan kacamata kesayangannya walaupun sebenarnya ia masih bisa melihat beberapa objek tanpa menggunakan kacamata. Namun karena itu sudah menjadi kebiasaannya jadi kia memutuskan untuk tidak melepaskannya.

Sejenak kia menghela nafas kemudian ia terus memutarkan badan di depan cermin agar ia bisa memastikan penampilannya saat ini tidak aneh meskipun ini bukan penampilannya yang biasa. Kadang terbesit dalam pikirannya bahwa ia ingin mengganti pakaian dan make up nya saat ini,  namun ia rasa tidak mungkin karena pastinya akan memakan waktu yang lama lagi, sedangkan ia tidak ingin satria marah karena terlalu lama menunggunya.

Dan akhirnya kiara memberanikan diri untuk keluar dari kamar dan berjalan mendekat ke arah satria yang sedang asyik memainkan handphone-nya. “sorry nunggu lama”.

“Iya, lagian lo ngapain aja sih”. Ucap satria yang sedang tertunduk namun perlahan ia mengangkatkan kepalanya dan menatap ke arah gadis anggun yang berada di hadapannya saat ini.

Satria tiba-tiba saja diam, dan kiara sempat merasa cemas karena ia takut satria tidak menyukai penampilannya saat ini.

“gue aneh ya? Make up gue norak ya? Baju gue jelek ya? Duh sorry ya, yaudah gue ganti baju lagi”. Ucap kiara yang membalikkan badan dan ingin melangkah kembali menuju kamarnya namun satria dengan cepat berdiri dan menarik tangan kia agar tidak kemana-mana.

“lo mau kemana?”.

“ya mau ganti baju sama hapus make up lah, gue kelihatan aneh kan?”.

“ga, gausah. Gue udah nunggu lo dari tadi lama ya. Jangan bikin gue nunggu makin lama lagi!”. Ucap satria sedikit tegas.

“Tapi kan gue kayak aneh..”.

“siapa bilang lo aneh? Lo itu cantik banget”. Satria yang keceplosan membuat kia benar-benar menghentikan langkah kakinya dan ia menjadi diam.

Ketika kia diam ternyata satria pun sempat terdiam senejak, entah mungkin karena ia memikirkan kalimat itu yang membuat kia diam dan ia merasa malu karena telah memuji kiara walaupun memang sebenarnya itu berasal dari dalam lubuk hatinya.

“Yaudah kita berangkat sekarang,  kasian mama nunggu lama”. Ajak satria sambil menarik tangan kia dan membawanya keluar dari rumah.

Dan anehnya kia menuruti perintah satria dan ia tidak marah ketika ia di seret oleh satria, sepertinya kia merasa salah tingkah ketika mendapat pujian spontan dari satria, namun di antara keduanya tidak ada yang saling mengungkapkan karena ego masing-masing.


ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang