Bab 44 - don't you remember

23 12 2
                                    

Kiran terus saja menatap ke arah tempat berkumpul satria dan lea beserta teman-temannya. Beruntung tak lama rey menyadari dan menoleh ke arah kiran, sehingga ketika kiran memberi kode gerakan isyarat mata dan kepalanya kepada rey, akhirnya rey pun pamit pada satria untuk pergi sebentar keluar dari area kantin.

“Kak tria kenapa kak? Baru aja kemarin aku, kia sama kak tria bareng bareng loh. Kenapa sekarang dia malah deket lagi sama si nenek lampir itu? Mereka balikan lagi?”. Ucap kiran yang menarik tangan rey dan menjauh dari area kantin.

“itu dia tujuan satria kayak gini demi kiara juga”.

Kiran menyipitkan matanya karna heran. “maksud kakak apa?”.

“jadi satria deketin lea itu Cuma buat manfaatin dia doang. Dia juga sering nanyain soal kematian papi lea, ayahnya kiara. Siapa tahu lea bakalan cerita kejadian yang sebenarnya ke satria kalau mereka deket lagi kan?. Jadi satria bisa punya bukti buat ngungkap kejahatan lea sama maminya”.

“serius kak?”. Sepertinya kiran masih merasa ragu, namun rey terus saja memberi penjelasan pada kiran agar dia merasa yakin dengan perkataannya.

“Terus gimana? Udah ada perkembangan bukti?”. Sekali lagi kiran mencoba bertanya agar makin merasa yakin.

“Satria udah sering mancing, tapi lea masih bohong soal kebenarannya. Soal makam om anton aja lea masih bilang di Palembang. Jadi satria harus lebih keras lagi usahanya buat yakinin lea biar rahasia itu satria juga tahu”.

“Oh gitu. Yaudah kak aku duluan ke kelas ya. Kayaknya kia ngambek deh lihat kesalahan fahaman ini. Aku rasa kia udah mulai suka sama kak tria”.

“iya. Kamu kasih penjelasan ini ya ke kia. Biar dia ga salah faham lagi. Dan dia bisa sabar nunggu satria selesaikan misi ini”.

“iya kak. Aku ke kelas sekarang ya, bye”. Ucap kiran sambil melambaikan tangannya, meninggalkan rey dari tempat itu.


***


Di dalam kelas, kiran terus saja membujuk kia agar tidak lagi merasa salah paham dengan apa yang di rencanakan satria. Namun kia yang keras kepala pun tetap saja tidak memedulikan hal itu karena dia merasa tidak percaya diri jika harus bersaing dengan lea untuk mendapatkan hati satria.

“kia, percaya sama gue. Gue tahu ini juga dari kak rey kok”.  Kiran membujuk.

“ya udah sih gapapa juga kali kalo kak tria balikan sama kak lea. Mereka cocok kok. Gue ga masalah juga, lagian gue ga suka ko sama kak tria”. Kiara yang tetap fokus pada buku novel yang ia baca.

“Tapi kan ki_”.  Belum selesai kiran berbicara tiba-tiba guru mata pelajaran mereka masuk ke dalam ruang kelas sambil menyapa ke seluruh murid. Hingga kiran berhenti berbicara pada kia dan ia ikut menyahuti sapaan guru tersebut.


***


Siang ini kiara pulang sekolah sendiri. Karena kiran masih di dalam gedung sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler voli, sedangkan kia yang tidak memiliki minat dalam bidang olahraga,  jadi ia tidak turut mengikutinya.

Ketika kia hendak menyalakan mesin motornya, tiba-tiba saja pandangannya beralih ke sebelah kiri. Dari kejauhan ia melihat lea yang sama sekali tak melepaskan tangannya dari satria.

Sepertinya kia cukup merasa aneh dengan perasaannya saat itu. Entah memang ia tidak suka melihat pemandangan itu atau ada hal lain yang menjadi penyebabnya. Namun tak lama lea yang menyadari kia melihat kebersamaannya, membuat sifat arogannya kembali muncul dan ia memaksa satria untuk berjalan ke arah dekat dengan kiara.

“Hallo. Anak cupu. Sendirian aja lo? Mana kembaran lo itu?”. Lea meledek dengan tangan yang semakin memegang lengan satria makin kuat.

“kak lea, kak tria. Kiran lagi ikut eskul voli”. Ucap kia yang sedikit menarik ujung bibirnya ke hadapan lea, namun ia tak berani menatap ke arah satria.

Satria yang tak nyaman, ia coba melepaskan tangannya dari lea, namun lea terus saja menahannya. “kia lo balik sendiri?”. Ucapnya.

“iya dong dia pulang sendiri, kan tadi dia udah bilang kembarannya itu ada eskul voli. Oh iya dadah cupu, kita duluan pulang ya. Bye”. Lea pun segera menarik kembali tangan satria untuk pergi meninggalkan kiara sendiri.  Dengan raut wajah meledek pada kiara, membuat gadis lugu itu sedikit bersedih.

Sebenarnya satria tidak suka dengan peristiwa itu, namun ia tak bisa berbuat apa-apa karna lea langsung saja menarik tangannya menjauh dari kia kembali.

Sesampainya di rumah. Kia segera pergi menuju kamar setelah ia menemui ibunya di depan toko bunga milik mereka. Tidak seperti biasanya yang sering berbagi cerita tentang kesehariannya di sekolah dan selalu memancarkan wajah bahagia ketika pulang sekolah, kali ini kia hanya memasang raut wajah datar tanpa ekspresi.

Rosa pun sempat merasa aneh dengan perubahan sikap putrinya itu. Jika hal itu di sebabkan karena hari ini adalah hari pertama datang bulan, Rosa rasa tidak. Karena ia tahu bahwa jadwal datang bulan putrinya itu minggu lalu. Dan kalau pun kia sedang datang bulan, biasanya dia tidak pernah seperti ini.

Sebenarnya Rosa ingin menemui kia di dalam kamarnya, namun karena ia masih sibuk dengan pekerjaannya, membuat ia sedikit menunda niatnya dan akan ia lakukan setelah tokonya tutup.


***


When..  will I see you again?
You left with no goodbye, not a single word was said
No final kiss to seal any sins
I had no idea of the state we were in
I know I have a fickle heart and a bitterness
And a wandering eye, and a heaviness in my head
But don't you remember?
Don't you remember?
The reason you loved me before
Baby, please remember me once more


Alunan musik bergenre mellow dengan lantunan kata-kata sedih menyapa hangat masuk ke dalam gendang telinga yang tentu saja membuat suasana hati kia saat itu sedikit bersedih setelah ia cerna setiap bait kalimat lirik lagu tersebut.

Sebuah lagu berjudul ‘don’t you remember’ yang kia putar lewat aplikasi musik yang tadi siang baru saja ia download dan ia dengarkan lewat sambungan earphone . Kia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan ia pejamkan matanya sambil menggenggam handphone yang di taruh diatas perutnya.

Tak seperti biasanya, yang setiap mengurung diri di dalam kamar kia habiskan untuk belajar atau pun membaca buku-buku novel koleksinya. Membuat rosa sedikit merasa ada yang aneh pada putrinya ketika ia sampai di ambang pintu kamar itu.

Ia berjalan mendekat ke arah kiara yang tentu saja kia tak menyadarinya. Kemudian perlahan ia raih handphone kia, lalu ia melihat layar handphone yang bergambarkan seorang penyanyi beserta tulisan nama dan judul lagunya.

Tentu saja kia langsung tersadar dan segera ia buka kembali kelopak matanya dan segera bangkit karna terkejut.

“Ibu sejak kapan di sini?”.

“Baru saja”. Rosa kembali melepaskan handphone itu san mengembalikannya pada kia. “kamu kenapa nak? Ada masalah? Cerita dong sama ibu”. Lalu ia pun duduk di samping kia sambil mengusap punggung putrinya.

“Engga ko bu. Aku gapapa”. Ucapnya dengan senyuman terpaksa.

“masa sih? Ko tumben kamu galau gini? Sejak kapan kamu suka dengerin lagu galau? Biasanya kamu baca novel kan?”.

“Kebetulan aja bu, tadi di sekolah kiran nyanyi nyanyi lagu ini, terus aku penasaran pengen denger lagu dari penyanyi aslinya aja ko, ternyata lagunya bagus”.

Rosa menatap lebih dalam putrinya.  Namun kia malah semakin merasa gugup yang tentu saja Rosa bisa merasakan apa yang ada pada diri kia. “kamu ada masalah sama satria? Lea jahatin kamu lagi?”.

Kiara makin terkejut. Ia membulatkan bola matanya dengan menampakkan raut wajah seperti ketakutan. Namun kembali ia sembunyikan dengan menarik ujung bibirnya dan tersenyum walau masih terpaksa.

“apaan sih bu. Ko malah kak tria”.

Rosa pun meraih tangan kia sambil mengusapnya. “ibu ga pernah ajarin kamu buat berbohong, dari kamu kecil sampai sekarang kamu selalu terbuka sama ibu soal apa pun. Sekarang jujur sama ibu, kamu ada masalah sama satria?”.

Sepertinya kali ini kia luluh. Memang benar ia tidak berani untuk terus-menerus berbohong pada ibunya. Karena selama ini ia tidak hanya menganggap Rosa sebagai orang tua, tapi sudah seperti sahabat sendiri yang selalu menjadi teman kia untuk mencurahkan segala isi hatinya dalam hal apa pun.

Mungkin memang kali ini berbeda, karena ini soal hati dan cinta yang ia sematkan perasaan itu pada seorang pria yang beberapa waktu terakhir ini sering mengganggu hari-harinya.

“Iya bu”. Singkatnya sambil menundukkan kepala.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang