Bab 41 - Ide gila choki

26 11 1
                                    

Kiara, satria dan kiran telah sampai di suatu tempat kejadian di mana ayah kiara mengalami kecelakaan beberapa waktu silam. Di suatu jalanan sepi penduduk, namun terdapat beberapa rumah dan sebuah warung kopi yang jaraknya cukup jauh dengan pohon besar yang menjadi saksi bisu kejadian itu.

10 menit kemudian dion menyusul. Kemudian ia segera menepikan mobilnya pada bahu jalan dan berjalan menghampiri ketiga murid SMA itu. “Maaf ya om telat”.

“Gapapa om. Kita juga baru sampai ko”. Kia menyahuti.

Satria mengamati setiap objek yang berada di sekitar lingkungan itu. “di sini kayaknya ga ada cctv. Yang deket dari sini Cuma warung kopi yang di sana” satria menunjuk. “tapi warung kopi kayak gitu ga mungkin ada cctv kan?”.

“kamu benar. Ya sudah kita mampir saja ke sana. Sekalian nanya ke pemilik warung kopi itu. Siapa tau dia ingat dengan kejadian waktu itu”. Ajak dion.

Mereka berjalan menyeberang dan mengarah ke sebuah warung kopi yang jaraknya cukup jauh. sekitar 100meter dari tempat mereka berkumpul saat itu.

“permisi pak, boleh saya tanya sesuatu?”. Tanya dion kepada seorang pria paruh baya yang tengah meracik secangkir kopi untuk pengunjungnya.

“iya pak. Ada apa?”

“saya mau bertanya perihal kecelakaan mobil yang nabrak pohon besar itu sekitar 2 bulan lalu”. Ucap dion menunjuk.

Sejenak pria pemilik warung kopi itu berpikir untuk mengingat kejadian yang cukup lama itu. “oh yang orang di dalamnya meninggal di tempat ya pak?”.

“iya, bapak masih ingat?”. Dion cukup bersemangat.

“Masih pak. Memangnya kenapa?”.

“Sebelum mobil itu nabrak pohon apa ada sesuatu yang mencurigakan? Atau ada orang lain yang mengikuti dia dari belakang?”.

“waduh. Saya kurang tahu pak. Soalnya kejadian itu cepet banget. Tiba-tiba mobil nabrak pohon dan kondisi mobilnya ringsek parah. Orang yang di dalem mobilnya itu juga langsung meninggal. Dan ga lama istrinya datang katanya mau bawa pulang jenazahnya.  Padahal warga sudah mau menghubungi ambulance tapi si ibu itu melarang. Jadinya kejadian itu cepet selesai dan setelah itu saya ga tahu apa-apa lagi karna warga yang melihat pun semua di bubarkan”.

Kini satria maju dan ikut bertanya. “istri korban datang sendiri atau sama orang lain pak?”.

Pemilik warung itu senejak bergumam. “kalau ga salah ada laki-laki keluar dari dalam mobil si ibu itu, dia juga yang bantuin angkat korban masuk ke dalam mobil”.

“orangnya tinggi?”. Tanya satria dan si bapak itu mengangguk.

“pakaiannya rapi dengan kemeja, dasi dan jas?”. Sekali lagi satria bertanya dan pria itu mengangguk.

“Kira-kira pas kejadian itu ada cctv sekitar sini yang merekam kejadiannya ga pak?”. Kia pun ikut maju untuk bertanya.

“waduh, di sini ga ada cctv neng. Soalnya di sini Cuma ada warung saya sama rumah di sebrang ga ada yang pasang cctv di luar”.

Senejak mereka terdiam saling melempar pandangan satu sama lain.
“aku yakin tante vanya sama papa om”. Bisik satria pada dion.

“Iya, tapi ga ada bukti cctv buat menguatkan keyakinan kita”. Dion menyahuti.

“Ya sudah pak. Terima kasih untuk informasinya. Mohon maaf mengganggu  sebelumnya”. Pamit dion pada pemilik warung kopi itu yang kemudian di susul oleh ketiga siswa SMA yang juga beranjak pamit.

“Gue jadi makin yakin penyebab ayah lo kecelakaan karna istri pertama dia itu”. Ucap kiran ketika mereka sedang berjalan kembali menuju tempat semula.

“iya, tapi kita masih belum punya bukti yang kuat”. Kia menyahuti.

“kalian sepertinya pulang aja yah sekarang. Takut orang tua kalian nyariin. Sebentar lagi juga udah mau petang”. Ucap dion sambil melirik pada arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya.

“Tapi om. Usaha kita belum ada hasilnya”. Kia menyahuti.

“kita bisa lanjutin kapan-kapan yah”.

“besok om?”.

“Kayaknya besok om ga bisa, soalnya om ada perlu. Nanti kalau om ada waktu, om pasti kabarin kamu yah”.

“Yaudah om kita pulang sekarang yah”.

“Iyah. Kalian hati-hati ya”.


***


“APA? Jadi lea sama kiara kakak adik?”. Ucap Juan yang terkejut ketika mendengar cerita dari satria setelah apa yang telah ia ketahui baru-baru ini.

“Wah. Parah sih lo putusin kakaknya, sekarang malah deket sama adeknya”. Ledek edo.

Riko yang jengkel akan kelakuan edo yang malah bercanda pada saat keadaan sedang serius pun akhirnya menyerang edo dengan mendorong tubuhnya hingga hampir terjatuh. “orang serius juga ah!”.

Edo sedikit meringis,  namun kemudian ia kembali duduk sambil menyeringai. “ya sorry, serius serius amat sih pada. Cepet tua lo”.

“terus gimana reaksi lea sama maminya pas tahu mereka ternyata saudara?”. Tanya rey yang sama sekali tak memedulikan edo.

“mereka emang dari dulu ga sudi dan ga pernah nganggap almarhum om anton punya keluarga selain mereka. Malah pas mereka tahu itu kiara sama ibu nya, mereka jadi ngusir kia terus”.

“jadi sebenarnya yang salah siapa? Om anton yang pemain wanita, ibunya kia yang rebut suami orang, atau maminya lea yang ga bisa jaga suami?”. Ucap edo dengan polosnya.

“semuanya salah. Yang bener itu takdir”. Celetuk riko sambil menoyor kepala edo.

“Dendam amat sih lo sama gue”. Ketus edo.

“tapi kenapa lea sama maminya nutupin kejadian kecelakaan om anton? sampe meninggalnya om anton pun malah di tutup dari semua media, bahkan lo bilang kia sama ibunya ga tau tepatnya waktu om anton kecelakaan?”. Tanya choki yang selesai mengerjakan pekerjaannya dengan tangan yang kotor oleh debu motor.

“itu yang sekarang gue sama kiara sedang selidiki. Gue curiga om anton itu kecelakaan karna udah di rencanakan”. Ucap satria.

“maksud lo maminya lea sengaja bikin mobil  om anton nabrak pohon?”. Celetuk rey.

“ya. Itu baru dugaan kita. Tapi kita ga ada bukti kuat kalo maminya lea pelakunya. Tadi siang gue, kia, kiran sama mantan supir pribadinya om anton coba nanya ke orang sekitar tempat kejadian kecelakaan itu. Kata dia pas kecelakaan ga lama istrinya datang terus langsung di bawa pulang”.

“berarti bener dong dia pelakunya?”. Ucap Juan.

“iya. Tapi kita ga ada bukti kuat, di sana juga ga ada cctv”.

“gue punya ide” . Kali ini kelima siswa wiramandala itu saling menatap ke arah choki “gimana kalo lo deketin lea lagi”.

Sontak saja mereka terkejut dengan apa yang telah di katakan oleh choki.

“jangan gila lo cok. Ngapain gue deketin lea?. Gue malah makin jijik sama dia sekarang”. Ketus satria.

“Kocak lo coki-coki. Si lea ngejar-ngejar aja dia ngejauh mulu kenapa sekarang suruh satria yang deketin? Yang ada itu nenek lampir malah makin besar kepala”. Ucap edo meledek.

“dengerin gue dulu kenapa sih. Maksud gue, lo pura-pura deketin lea buat nyari informasi soal kematian papi dia. Bisa aja lea juga tahu Cuma dia dan maminya tutup rahasia ini. Gue yakin kalo lo pancing dia pasti bakalan cerita”.

“Bener tuh ide choki, lo ikuti aja sat”. Ucap riko.

“Tapi gue ngeri dia makin baper, yang ada dia ga akan bisa lepasin gue selamanya lagi”.

“Kalo lo udah dapetin bukti, otomatis maminya lea di penjara. Lo ada alasan ninggalin lea karna dia anak pembunuh”. Ucapan choki itu rupanya membuat satria sempat memikirkan akan hal itu.

Satria bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari markas mereka sambil menyentil satu batang rokok yang sudah terbakar habis. Ia pun menatap ke arah jalanan dengan tatapan kosong sambil menyender pada sebuah tiang.

Choki berjalan mendekat ke arah satria. “lo pikirin lagi saran gue sat. Ini demi keadilan buat kiara juga”. Ucapnya sambil merangkul bahu satria yang kemudian ia kembali meninggalkan satria dan meneruskan pekerjaannya.

ANTITESIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang