24#Perbatasan

2.6K 400 75
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

Pagi ini di Istana Graziano para prajurit sudah siap berangkat ke medan perang, di pimpin oleh ketua mereka Jung Jaehyun Graziano bersama istrinya Jung Krystal Graziano.

Junghwan menaiki kuda dengan jubah hitam khas klannya, sorot matanya yang tajam seperti Ibunya mampu membuat siapa saja yang bertatapan dengannya merasa terintimidasi.

Pasukan Graziano telah meninggalkan istana, perlengkapan alat tempur yang akan di gunakan sudah di bawa dan di simpan dengan apik.

Jika bukan karena malam itu Haruto tidak di klaim oleh Putra Mahkota Cassarion, maka hal ini tidak akan terjadi.

"Ibu, boleh aku bertemu Haruto terlebih dahulu?" tanya Junghwan yang kini mendekati Ibunya.

Krystal menatap Junghwan datar, anaknya ini masih saja berharap pada seseorang yang telah berkhianat.

"Kau lupa? Dia penyebab perang ini terjadi, anakku. Jangan pernah berpikir untuk mendekatinya jika tidak ingin kepalanya ku pajang di depan istana." meski nadanya setenang lautan, tetapi Junghwan tau bahwa Ibunya benar-benar tidak merestuinya lagi bertemu Haruto.

"Ibumu benar, ikuti saja perintahnya. Semua ini demi menjaga harga diri Pack kita yang telah di rendahkan," sahut Jaehyun menyetujui ucapan Istrinya.

Di istana Carswell, ada Jihoon dan Jisung yang beradu mulut tentang siapa yang akan memimpin. Padahal jelas-jelas ada panglima kerajaan, tapi salah satu dari mereka tetap kekeuh ingin memimpin.

"Kau sudah sering memimpin perang, biarkan kali ini aku yang mengambil alih." Karena ini adalah pertama kalinya bagi Jisung turun ke medan perang.

Berbeda dengan Jihoon yang sudah sering turun jika berhadapan dengan Pack lain untuk memperebutkan tetorial.

"Perang kali ini bukan satu lawan satu, Jisung! Bisa saja Pack Graziano menusuk kita diam-diam saat kita lengah. Kau masih terlalu kecil untuk memimpin," padahal Jisung bukan lagi seorang remaja yang harus di khawatirkan.

Tetapi anggota kerajaan Carswell tidak memberikannya kesempatan sama sekali.

Lain halnya dengan Pack Cassarion, di dalam istana Jeongwoo berpamitan pada Yedam dan Jillian.

Kemenangan mungkin berada di pihak mereka, namun hal itu tidak membuat Jeongwoo tenang.

Seperti ada dorongan dalam dirinya agar membawa Yedam dan Jillian di sisinya supaya aman, tetapi itu tidak mungkin mengingat banyaknya prajurit di medan perang.

Anaknya harus tumbuh menjadi pangeran yang kuat, anaknya tidak boleh terluka meski sedikit saja. Bagi Jeongwoo, nyawa Jillian sama berartinya dengan nyawanya.

"Jika terjadi sesuatu, segera kirim mindlink padaku. Jaga Jillian sebisa yang kau mampu," peringat Jeongwoo pada matenya.

Yedam mengangguk cepat, dia membiarkan Jeongwoo menggendong Jillian untuk beberapa saat. Sebelum beranjak pergi, dia menyematkan ciuman pada bibir Yedam.

Memeluk sang Omeganya dengan erat, setidaknya itu membuat hatinya tenang ketika mencium feromon manis yang di keluarkan Yedam.

L U N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang