35#Pengakuan

3.1K 464 93
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

"Kau tau? Empat tahun yang lalu aku melahirkan dua anakmu, mereka kembar. Satunya laki-laki dan satunya lagi perempuan..."

Jeongwoo hanya diam ketika Haruto bersikap seperti ini padanya, memilih mendengarkan hingga lelaki itu puas bercerita.

"Mereka putra dan putri yang tampan juga cantik," Haruto memberi jeda di setiap kalimatnya, dia mengeratkan pelukannya pada sang Alpha.

Kemudian, ia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Putramu ku beri nama Jeran, artinya ambisi yang membaja. Dengan nama itu aku berharap dia akan sepertimu nantinya, menjadi seseorang yang penuh akan ambisi ketika memimpin pasukannya."

Dari nada suara bergetar Haruto, Jeongwoo dapat menyimpulkan bahwa matenya sedang merasakan kesedihan yang luar biasa.

Namun lelaki itu menahan diri agar tidak terlihat lemah di depannya.

"Dan putrimu... Dia sangat cantik dan sedikit nakal,"

"Sama sepertimu kan?" timpal Jeongwoo.

Haruto tertawa kecil, dia menatap sang Alpha dengan mata yang berair siap jatuh kapan saja.

"Kau benar..."

Karena udara semakin dingin, Haruto memeluk Jeongwoo semakin erat dan menyamankan posisi kepalanya di pundak lebar itu.

"Namanya Jilory, yang ber-arti permata indah yang tersembunyi. Ibuku yang memberikannya nama dan aku menyukai nama itu, Jilo benar-benar seperti permata murni. Dia selalu ingin tau apa yang di lakukan orang lain, tidak pernah bosan-bosannya bertanya tentang sesuatu yang membuatnya penasaran."

Untuk kalimat yang terakhir Jeongwoo setuju, dia sudah mengalaminya pagi tadi. Anak perempuannya itu benar-benar cerewet, ada saja topik pembahasan yang bisa keduanya bicarakan.

"Tapi sayangnya... Hanya tersisa Jilory yang masih hidup, Jeran sudah tidak ada. Setelah aku melahirkannya, malam itu ada seseorang yang datang ke kamarku dan menembak kepalanya. Kejadiannya persis seperti yang ku lakukan pada mate dan putra pertamamu, Jeo."

Mendengar itu, Jeongwoo menunduk untuk mencium kening Haruto begitu lama. Tidak tau takdir apa yang sedang di rencanakan oleh Moon Goddess, sampai-sampai dia tidak di izinkan mempunyai seorang putra di hidupnya.

Dua kali dia kehilangan putranya, hati seorang Ayah mana yang tidak patah hati ketika tau putranya mati sebelum dia melihat wajahnya.

Bahkan saat Haruto bercerita mengenai Jeran, dia sudah berandai-andai jika keluar dari sini akan mengajari anaknya menjadi petarung hebat sepertinya.

Menjadi seorang pemimpin yang handal dan bertanggungjawab atas pasukannya, tapi semuanya telah hangus dalam sekejap.

"Apa ini karmaku karena telah membunuh--Putra dan matemu?" Suaranya tercekat ketika dia bertanya seperti itu pada Jeongwoo. Irisnya terkunci menatap sang Alpha yang terdiam dengan raut wajah datarnya.

Haruto tidak mau menangis di hadapan Jeongwoo, dia sudah terbiasa menahan diri agar tidak menjadi Omega yang cengeng.

Tapi rasa sakit hatinya sulit di kendalikan, hingga pukulan di dada sang Alpha adalah jalan yang dia pilih untuk melampiaskannya.

L U N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang