PART 3

3K 175 0
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

--------------------------------------------
HELLO, BANDUNG!

Menjadi anak satu-satunya kadang membuat Nana merasa senang dan kadang merasa aneh. Anehnya adalah, meskipun umurnya sudah hampir tiga puluh tahun, kedua orang tuanya masih saja menganggap dirinya bak seorang anak kecil.

Nana akui, meski orang tuanya bersikap tegas dan di disiplin kepadanya, terkadang tak jarang mereka menunjukkan rasa sayang dan perhatiannya kepada dia. Contohnya saja seperti sekarang ini, di mana kedua orang tuanya saat ini hendak melepaskan kepergiannya ke Bandung.

"Nanti di jalannya hati-hati loh ya. Jangan ngebut. Kalau cape ya istirahat, jangan di paksa buat nyetir. Jangan lupa makan juga, ingat kamu punya maag. Dan kalau udah sampai di Bandung, jangan lupa kabarin bunda sama ayah biar kami gak khawatir. Oh iya! Satu lagi, kalau kamu udah sampe di rumah paman dan bibi, ingat loh jaga tutur kata kamu. Di sana beda kaya kamu di sini" pesan bunda Mita.

"Iya, bunda. Aku bakal ingat semua pesan yang udah bunda ucapin" sahut Nana sambil tersenyum.

"Sampein salam ayah dan bunda untuk paman dan bibimu" timpal ayah Aji.

"Siap, ayah" hormat Nana.

"Ingat loh Na pesan bunda tadi. Jangan sampai kelupaan" ucap bunda Mita lagi.

"Iya bundaku sayang. Aku pasti bakalan ingat semua pesan bunda tanpa terkecuali" sahut Nana mantap.

"Yaudah, aku berangkat dulu. Takut nanti malah kena macet" lanjut Nana.

"Tapi kamu yakin nyetir sendiri? Gak mau suruh pak Bambang aja?" tanya bunda Mita yang merasa sedikit khawatir.

Pak Bambang sendiri adalah supir pribadi di keluarga Nana yang sudah bekerja sebelum gadis itu lahir ke dunia.

"Enggaklah, bun. Aku nyetir sendiri aja. Percaya deh sama aku" jawab Nana menyakinkan sang bunda.

"Ya sudah, hati-hati ya. Ingat, jangan ngebut" peringat bunda Mita.

Nana pun menganggukan kepalanya mantap. "Aku pamit dulu ya, bun, yah. Bunda sama ayah harus jaga kesehatan."

"Iya, kamu juga" sahut ayah Aji.

Nana pun tersenyum dan kemudian memeluk dan mencium bunda dan ayahnya secara bergantian.

"Aku berangkat ya ..." ucap Nana dan sesudahnya berjalan ke arah mobilnya yang sudah terparkir tepat di halaman rumahnya.

"Oleh-oleh bunda untuk paman sama bibi udah di masukin kan?" tanya bunda Mita sedikit nyaring.

"Udah di masukin sama pak Bambang, bun" jawab Nana yang kini sudah berada di balik kemudi mobilnya.

"Jangan lupa berdoa sebelum berangkat" peringat ayah Adi.

Nana yang mendengar itu pun lantas berdoa. Selesai berdoa, dia menolehkan kepalanya ke samping dan menjulurkan tangannya ke luar kaca mobil yang terbuka. "Dah, bunda! Dah, Ayah!"

Mobil berwarna putih milik Nana pun akhirnya melaju dan sedikit demi sedikit meninggalkan pekarangan rumah kedua orang tuanya.

******

Waktu demi waktu berlalu, setelah hampir empat jam menempuh perjalanan menggunakan mobilnya, akhirnya Nana tiba di desa tempat kediaman paman dan juga bibinya.

Meski sebelumnya dia sempat terjebak macet selama hampir satu jam di karenakan ada kecelakaan lalu lintas, Nana bersyukur karena dirinya tiba dengan selamat di tempat tujuannya.

What Happened in Bandung? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang