PART 28

1.1K 77 0
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

---------------------------------
TOLONG BANTUANNYA, DO

Pengakuan yang keluar dari mulut Aldo benar-benar membuat Nana menjadi berpikir, apa benar lelaki itu mempunyai perasaan yang lebih terhadapnya? Jika iya, sejak kapan perasaan itu hadir di dalam hati lelaki itu?

Nana benar-benar masih begitu syok, meski kejadian itu telah terjadi kemarin, rasa syok dalam dirinya masih begitu terasa.

Jika boleh jujur, Nana sebenarnya sempat berpikir jika dia juga mempunyai perasaan yang lebih terhadap Aldo karena jantungnya yang terus berdetak cepat ketika berada di dekat lelaki itu. Namun, pikiran itu dengan cepat di tepis Nana karena menurutnya mustahil jika dia mempunyai perasaan yang lebih terhadap lelaki itu, lelaki yang baru dia ingat semua kenangannya.

Sampai saat ini, sebenarnya Nana masih belum memahami bagaimana perasaannya sendiri terhadap Aldo. Nana hanya takut, takut jika dia terlalu berlebihan dia akan merasa sakit karena rasa kecewa.

Bayangan percintaannya di masa lalu seketika menjadi terlintas di kepala Nana. Rasa sedih, marah, kecewa semua tercampur menjadi satu di dalam hatinya ketika mengingat semua itu. Dan hal itu juga yang menjadi alasan terkuat Nana berada di sini sekarang, di kampung sang paman.

"TEH!"

Panggilan yang terdengar begitu nyaring di telinga Nana, sontak membuat dia tersentak dan menatap pelaku yang saat ini sedang tersenyum manis menatapnya.

"Bisa gak kalau manggil teteh itu yang lembutan dikit? Gak usah bikin teteh kaget."

Melihat wajah kesal dari sang teteh, membuat pelaku yang adalah Bagus itu malah terlihat santai. "Lagian si teteh di panggil dari tadi gak nyahut-nyahut. Mikirin apa sih? Mikirin bang Aldo ya?"

"Sok tau kamu" cibir Nana.

"Alah! Pakai gak mau ngaku segala. Bilang aja kalau teteh sekarang lagi mikirin bang Aldo kan? Gak usah di pikirin, tuh orangnya udah ada di depan."

Nana sontak melebarkan kedua matanya ketika mendengar ucapan Bagus. "Yang benar kamu, dek? Aldo ada di depan?"

Bagus lantas menganggukan kepalanya. "Iya teteh ku yang paling cantik. Tuh, pangeran teteh dari tadi udah ada di depan lagi ngobrol-ngobrol sama ayah."

Tanpa pikir panjang, Nana langsung melangkahkan kakinya untuk menghampiri Aldo dan meninggalkan  adik sepupunya sendirian di tempatnya tadi.

"Tinggalin aja terus. Udah biasa kok" gumam Bagus.

*****

Langkah Nana terhenti di depan pintu ketika matanya melihat sang paman yang nampak tengah tertawa bersama dengan Aldo. Entah apa yang kedua orang itu tertawakan sampai mereka tak menyadari keberadaannya di sana.

"Paman senang ngobrol gini sama kamu. Nyambung kita berdua. Sepertinya kita harus sering-sering ngobrol kaya gini, nak Aldo" kekeh paman Danu.

"Tentu saja, paman" sahut Aldo dengan tersenyum.

"Kok si Bagus ini lama ya manggilin tetehnya" ucap paman Danu.

"Aku udah di sini dari tadi paman."

Sahutan yang berasal dari belakang membuat kedua lelaki yang berbeda usia itu langsung mengalihkan tatapan mereka.

"Loh? Sejak kapan kamu di situ, teh?" kaget paman Danu.

"Dari paman sama Aldo ketawa-ketawa" jawab Nana sambil berjalan mendekati keduanya.

What Happened in Bandung? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang