Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...-------------------------------------
MODUS NYA ALDOBagi Aldo, tidak ada hal yang menggembirakan selain mendapatkan pesan dari Nana jika gadis itu ingin pergi berjalan-jalan bersama dirinya hari ini.
Sungguh di luar dugaan jika Nana menghubunginya setelah kejadian yang sempat terjadi di kediaman paman Danu kemarin. Mengingat kejadian tersebut, membuat Aldo tersenyum membayangkannya. Dia hanya bisa berpikir kapan kejadian tersebut bisa terjadi secara nyata.
"Astaga! Apa yang kamu pikirkan Aldo!" gumamnya seraya mencoba menghapus pikiran kotor dari kepalanya.
"Lebih baik aku bersiap-siap dan menjemput Nana di rumah pamannya."
Setelah mengatakan itu, Aldo benar-benar pergi bersiap dan kemudian pergi menjemput Nana menggunakan motor merah kesayangannya.
*****
Aldo tidak dapat menahan senyumnya ketika matanya melihat dengan jelas seorang gadis yang tengah menunggunya di halaman rumah yang selama ini sering dia kunjungi. Gadis itu terlihat begitu cantik dengan rambut panjang yang terurai serta dress berwarna biru yang sangat pas di tubuh gadis tersebut.
Aldo pun menghentikan motornya dan menatap gadis yang di lihatnya tadi dengan tersenyum. "Hai...! Udah lama nunggunya?"
"Enggak kok, Do."
Suara halus dari gadis itu benar-benar membuat Aldo merasa nyaman, di tambah senyuman dari gadis tersebut yang membuatnya hampir tidak bisa mengalihkan tatapannya sedikit pun.
"Do, kok kamu ngelihatin aku segitunya? Make up aku ketebalan ya?"
Aldo yang ketahuan menatap gadis yang adalah Nana itu pun seketika menatap kikuk. "Enggak kok, Nay. Kamu justru terlihat sangat cantik sampai-sampai aku aja gak bisa ngalihin tatapan aku dari kamu."
Blush!
Wajah Nana seketika berubah menjadi merah karena mendengar ucapan yang keluar dari mulut Aldo. Dan Aldo pun bisa melihat dengan jelas perubahan warna di wajah Nana.
"Em, ayo naik. Entar keburu sore" ucap Aldo.
Nana pun dengan hati-hati menaiki motor milik Aldo dan duduk dengan posisi miring karena dress yang di pakainya.
"Pegangan, Nay."
"Eh! Gak usah, Do. Aku gak bakalan jatuh kok."
"Ya sudah kalau kamu yakin gak jatuh. Tapi, kalau kamu mau pegangan sama aku, silahkan aja."
Setelah mengucapkan itu, Aldo lalu menjalankan motornya meninggalkan halam rumah paman Danu.
*****
Di perjalanan, baik Aldo atau pun Nana tidak ada yang mengeluarkan suara sedikit pun. Hanya ada suara motor dan juga suara angin karena laju motor yang di kendarai oleh Aldo.
Aldo yang tidak menyadari jalan di depan sana ada sebuah lubang pun tidak sengaja melewati jalan tersebut dan membuat hentakan yang sedikit kuat di motornya. Alhasil, kejadian itu membuat Nana secara tidak sengaja melingkari tangannya di perut milik Aldo.
Aldo yang sadar akan hal itu tentu saja langsung mengalihkan matanya sejenak ke bagian perutnya. Senyum tidak dapat dia tahan lagi di wajah tampannya. Lalu, Aldo kembali melirik kaca spion motornya untuk melihat keadaan Nana di belakang. "Nay, kamu gak papa kan? Maaf ya, aku gak sengaja nabrak lubang tadi."
"Aku gak papa kok, Do" sahut Nana dan Nana yang sadar akan tangannya itu pun ingin melepasnya. Namun, Aldo dengan dengan cepat menahan tangan tersebut.
"Pegangan aja, Nay. Dari pada nanti kamu jatuh."
"Tapi---"
"Gak ada tapi-tapian, Nay. Dulu bukannya kamu juga sering peluk aku waktu aku boncengin kamu naik sepeda? Jadi, santai aja" potong Aldo cepat.
Di sisi lain, Nana yang mendengar ucapan Aldo tersebut pun akhirnya membiarkan tangannya melingkari perut milik lelaki itu. Namun, ada satu perasaan aneh ketika dia membiarkan tangannya berada diperut lelaki itu, perasaan gugup yang entah mengapa secara tiba-tiba muncul di dalam hatinya.
Nana sendiri merasa aneh kepada dirinya sendiri. Dirinya yang kemarin-kemarin terlihat biasa saja kepada Aldo, entah mengapa sejak mengetahui fakta mengenai lelaki itu dirinya merasakan perasaan lain. Di tambah, dia yang biasanya tidak pernah merasa malu ketika mendengar ucapan dan perlakuan Aldo, entah mengapa bisa berubah menjadi malu dan gugup secara bersamaan. Nana merasa ada yang salah di sini, tapi apa?
Nana yang terlalu banyak melamun memikirkan semua kejadian yang dia alami itu pun tidak menyadari jika motor Aldo sedari tadi sudah berhenti.
"Nay, kita udah sampai. Kamu masih mau meluk aku?"
Ucapan yang berasal dari Aldo langsung menyadarkan Nana dan kemudian melepaskan tangannya yang masih melingkari perut lelaki itu.
Mata Nana seketika berubah takjub ketika melihat pemandangan di depannya yang terlihat begitu indah.
"Gimana? Bagus kan, Nay?" tanya Aldo dengan senyuman yang terpatri di wajahnya.
"Do! Ini benar-benar indah" jawab Nana takjub.
"Aku sengaja bawa kamu ke sini. Di sini kita bisa lihat semua pemandangan yang ada di bawah sana dengan jelas" tutur Aldo sambil menghampiri Nana yang berdiri tepat di belakang pagar pembatas.
"Aku beneran gak tau kalau di sini ada tempat yang indah kaya gini. Makasih ya kamu udah bawa aku ke sini, Do" ucap Nana tulus sambil menatap lelaki yang berada di sampingnya.
"Sama-sama, Nay" balas Aldo.
Nana yang ingin melangkahkan kakinya ke arah kanan pun tidak sengaja menabrak kakinya sendiri sehingga membuat dirinya hendak terjatuh. Untung saja, Aldo yang melihat itu dengan cepat menahan tubuh Nana dengan tangannya yang kini melingkar di pinggang gadis tersebut.
Aldo dan Nana sempat bertatapan sejenak. Apalagi posisi mereka sekarang sangat-sangat dekat. Bahkan, mereka bisa melihat dengan jelas wajah dari masing-masing.
Nana yang lebih dulu tersadar langsung memperbaiki posisinya.
"Nay, kamu gak papa?"
Nana sontak menganggukkan kepalanya. "Aku gak papa, Do. Makasih udah nolongin aku."
"Lain kali kalau jalan hati-hati, Nay" nasehat Aldo.
Nana menganggukkan kembali kepalanya dan kali ini anggukan tersebut di sertai dengan senyuman dari gadis tersebut.
Nana yang masih sadar jika tangan Aldo masih berada di pinggangnya itu pun langsung melirik ke arah tangan Aldo tersebut. "Do, itu---"
"Hah! Itu apa, Nay?" tanya Aldo yang masih belum menyadari tatapan Nana.
"Tangan kamu masih ada di pinggang aku."
Boom!
Aldo yang mendengar itu dengan cepat melepaskan tangannya dan menatap Nana kikuk. "M-maaf, Nay. Aku gak sadar."
"Gak papa, Do. Oh iya, ke situ yuk? Kayanya di situ lebih bagus deh, Do" ajak Nana.
"Ayo!" sahut Aldo.
Nana pun terlebih dulu melangkahkan kakinya. Aldo yang melihat punggung Nana dari belakang itu pun tersenyum.
"Do! Ayo!"
Aldo yang mendengar suara nyaring dari Nana pun dengan cepat menghampiri gadis yang tengah menatapnya itu.
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened in Bandung? (END)
ChickLitNana kira dengan pergi berlibur ke tempat sang paman di kota Bandung akan membuat masa healingnya berjalan dengan damai. Namun, dugaannya salah. Pertemuannya dengan seorang lelaki bernama Aldo membuat hari Nana menjadi kacau. Namun, Bagaimana jadin...