PART 12

1.8K 119 2
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

--------------------------------------
MEMAAFKAN?

Terakhir kali Aldo melihat keberadaan Nana hanya pada saat dia dan gadis itu sedikit mengalami perdebatan. Setelah kejadian itu, Aldo benar-benar tidak melihat keberadaan Nana lagi. Atau mungkin, ini adalah akal-akalannya Nana yang ingin menghindar dari dirinya?

Ini sudah dua hari, setelah kejadian tersebut. Dan sampai saat ini Aldo benar-benar di buat uring-uringan karena tidak bisa menemui Nana.

Aldo seketika teringat ucapan Nana yang menyinggung tentang Ningsih. Aldo benar-benar di buat kesal ketika mengingat nama Ningsih. Pasalnya, perempuan itu selalu saja mengganggu dirinya. Bahkan, tak jarang perempuan bernama Ningsih itu selalu mengumbar kebohongan kepada setiap orang jika dia adalah calon suami dari perempuan tersebut.

Aldo sebenarnya ingin sekali memperingati perempuan tersebut. Hanya saja, mengingat betapa baiknya orang tua dari perempuan itu kepadanya, membuat Aldo menjadi sedikit segan. Untuk sekarang, Aldo hanya ingin mengawasi perempuan tersebut. Tetapi, jika perempuan itu sudah keterlaluan maka dia tidak akan segan-segan untuk memberi peringatan keras.

*****

Nana saat ini sedang termenung di teras depan rumah sang paman. Entah apa yang di pikirkannya sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Aldo yang kini berada di sampingnya.

Di sisi lain, Aldo yang melihat Nana termenung dan tidak menyadari keberadaannya itu pun memilih untuk diam sambil mengamati wajah Nana dari samping.

"Loh? Bang Aldo?"

Sahutan suara yang sedikit nyaring dari arah belakang membuat Aldo beserta Nana seketika terkejut. Bahkan, Nana lebih terkejut lagi ketika melihat keberadaan Aldo yang kini berada di sampingnya.

"Dari kapan kamu di sini?"

Pertanyaan yang di lontarkan oleh Nana itu sontak membuat Aldo tersenyum, apalagi ketika dia melihat wajah penuh keterkejutan dari gadis tersebut. "Sebenarnya aku sudah dari tadi di sini."

Jawaban dari Aldo itu tentu saja membuat Nana melebarkan kedua matanya. Kenapa dia tidak menyadari keberadaan lelaki itu di sini pikirnya.

"Loh? Jadi, dari tadi si teteh gak sadar kalau ada bang Aldo?" tanya Bagus yang tadi menginterupsi kedua orang tersebut.

"Enggak."

Bagus yang mendengar jawaban itu pun langsung melebarkan kedua matanya. "Yang benar aja teteh gak sadar kalau bang Aldo datang? Emang teteh ngapain sih sampe gak sadar gitu? Untung bang Aldo yang datang, kalau orang yang berniat jahat gimana?"

"Sudah. Gak papa, Gus. Mungkin tadi teteh kamu lagi ada yang di pikirin" lerai Aldo.

Mendengar suara Aldo yang seperti membela dirinya membuat Nana berdecih. "Mau ngapain sih ke sini? Udah di bilang juga gak usah ketemu, malah ngeyel. Entar pacarmu itu marah-marah lagi ke sini!"

"Ningsih itu bukan siapa-siapa aku, Nay. Dia emang orangnya seperti itu" jelas Aldo.

"Gak penting juga kamu ngasih tau ini. Udahlah, pulang aja sana" jutek Nana.

"Walaupun itu gak penting bagi kamu, tapi ini penting bagi aku. Masalah seperti ini harus di luruskan. Kalau tidak diluruskan akan semakin membuat orang salah paham" ucap Aldo.

"Jadi, maksud kamu aku salah paham terkait hubungan kamu sama si Ningsih-Ningsih itu? Lagian jadi cowok kok gak tegas. Kalau gak ada hubungan ya di perjelas. Kalau kaya gini caranya malah membuat perempuan lain berharap" sahut Nana judes.

"Liat teteh sama bang Aldo kaya gini, aku malah liat kaya pasangan yang lagi bertengkar karena orang ketiga."

Celetukan dari Bagus tersebut sontak membuat Nana dan Bagus menatap ke arah pemuda tersebut.

"Amit-amit punya pasangan kaya dia" tunjuk Nana ke arah Aldo.

"Hati-hati teh entar malah jadi jodoh loh" celetuk Bagus.

Nana pun berdecih dan menatap Aldo yang berada di depannya dengan sinis. "Pergi deh dari sini. Ngapain juga ada di sini."

"Teh, gak boleh gitu" tegur Bagus yang tak enak kepada lelaki yang memiliki umur jauh di atasnya.

"Gak papa, Gus. Nay, Kedatangan aku ke sini adalah untuk meminta maaf sama kamu. Kejadian Ningsih yang datang marah-marah kepada kamu di luar kendali aku. Aku gak tau kalau dia bakalan melakukan hal nekat seperti itu. Untuk itu, aku benar-benar meminta maaf."

"Terserah kamu ingin memaafkan aku atau enggak. Yang pasti, kedatanganku ke sini memiliki niat baik kepada kamu. Aku hanya ingin berteman dan menjalin hubungan yang baik bersama kamu, tidak lebih. Kalau begitu aku permisi."

Setelah mengatakan itu, Aldo langsung berpamitan kepada Bagus dan pergi dari sana.

Nana yang melihat kepergian Aldo itu pun menjadi sedikit merasa bersalah.

"Teh, kalau teteh menjauhi bang Aldo karena Ningsih, teteh salah. Bang Aldo gak salah di sini, si Ningsih-Ningsih itu aja yang kegenitan dan kepedean. Kasian loh bang Aldo, teh. Kayanya bang Aldo emang benar-benar berniat untuk berteman sama teteh. Baikan lah sama bang Aldo, kasian dia. Pikirin matang-matang, teh."

Setelah mengatakan itu, Bagus langsung pergi meninggalkan Nana seorang diri di sana.

"Apa iya aku harus maafin Aldo?"

-bersambung-

What Happened in Bandung? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang