Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...-----------------------------------
CEMBURU KAH?Hampir tiga minggu lamanya sudah Nana berada di kampung sang paman. Tidak terasa, masa liburannya di sini sebentar lagi akan segera berakhir. Namun, ada setitik rasa tak rela di hati Nana ketika dia sebentar lagi akan meninggalkan tempat ini. Apalagi mengingat hubungannya bersama dengan Aldo yang kian hari semakin bertambah dekat.
Berbicara mengenai Aldo, jujur saja setelah kepulangan mereka dari makam kakek dan nenek lelaki itu, hubungan keduanya semakin ada kemajuan. Kemajuan itu tentu saja berasal dari Nana sendiri.
Hampir setiap harinya Nana selalu menunggu pesan dari Aldo yang masuk ke handphonenya. Biasanya Nana akan bersikap biasa saja jika mendapatkan pesan dari lelaki itu. Namun, entah mengapa sekarang jika dia mendapatkan pesan dari Aldo, ada perasaan yang membuatnya begitu senang. Contohnya saja seperti saat ini, di mana Nana yang terus saja memperhatikan handphonenya menunggu pesan masuk dari Aldo di ruang tengah yang kebetulan ada Bagus yang juga duduk di sana dan menatap sang teteh aneh.
"Teh, perasaan dari tadi Bagus lihat-lihat teteh terus lihatin handphone terus? Kenapa sih? Nunggu transferan ya?"
Nana yang mendengar sontak mendelikkan matanya. "Kenapa? Suka-suka teteh lah. Lihatin handphone kek, nunggu transferan kek, terserah teteh."
"Dih! Kok sewot" cibir Bagus.
Nana pun setelahnya tak lagi merespon dan menanggapi ucapan adik sepupunya itu. Nana lebih memilih memperhatikan handphonenya yang jauh lebih menarik dari pada ucapan tak berbobot adiknya tersebut.
Ting!
Suara notifikasi dari handphone nya membuat Nana dengan cepat mengambil dan melihat handphone nya.
Nana langsung tersenyum ketika melihat ada satu pesan yang masuk. Dengan cepat Nana pun membuka pesan tersebut.
Senyum yang tadi terlihat nampak di wajah Nana sontak menghilang ketika ternyata pesan yang di buka nya itu ternyata bukan berasal dari Aldo melainkan dari operator.
Bagus yang berada di samping tetehnya itu tentu saja melihat perubahan ekspresi tersebut. "Kenapa sih tuh orang dari tadi sibuk bener lihatin handphone nya? Jadi kepo kan!"
"Kok tumben banget gak ada ya? Biasanya jam segini udah ada" gumam Nana pelan sambil menatap handphone nya.
Meskipun gumamam Nana di ucapkannya dengan pelan, Bagus yang berada di sampingnya mendengar jelas gumamam tersebut. "Nungguin siapa sih?"
"Dek!"
Mendengar panggilan lembut dari sang teteh, membuat Bagus sontak menatap gadis yang tengah menatapnya dengan tersenyum itu dengan tatapan aneh. "Kenapa? Pasti ada sesuatu kan?"
Nana langsung terkekeh dan memukul pelan pundak milik sang adik. "Ah! Kamu kok tau sih."
"Anterin teteh ke tempat kerjanya Aldo dong, dek. Ada yang mau teteh kasih sama dia sebagai bentuk ucapan terima kasih teteh karena dia kemarin nolongin teteh yang hampir jatuh. Mau ya?"
Ucapan yang keluar dari mulut Nana itu tentu saja hanya alibinya saja agar Bagus mau mengantarkannya ke tempat Aldo. Padahal, alasan sebenarnya dia ingin ke tempat Aldo itu adalah ingin bertemu lelaki tersebut sambil mengantarkan sebuah makan siang yang sebelumnya dia masak bersama dengan sang bibi di dapur.
"Di mana teteh hampir jatuh?" tanya Bagus.
"Adalah tempatnya. Teteh lupa apa namanya. Mau kan anterin teteh ke sana?" dalih Nana.
"Yaudah deh. Tapi, seperti biasa, ini gak gratis" ucap Bagus.
"Hm! Entar bayarannya kalau kamu udah selesai anterin teteh" sahut Nana malas.
"Oke! Senang bekerja sama dengan anda" ucap Bagus dengan tersenyum.
Nana pun menatap adik sepupunya itu dengan tatapan yang jengah dan kemudian pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
*****
Nana saat ini sudah berada di perjalanan bersama dengan Bagus menuju tempat bekerja Aldo.
Nana sebenarnya merasa gugup karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan lelaki itu. Namun, karena sudah kepalang tanggung berada di jalan apalagi sebentar lagi mereka akan sampai, mau tau mau dia harus melanjutkan perjalanannya.
"Loh? Loh? Kok berhenti sih, dek?" tanya Nana bingung ketika motor yang di kendarai oleh sang adik berhenti, padahal bangunan puskesmas masih berada di depan mereka.
"Itu bang Aldo sama teh Ningsih kan, teh?" tunjuk Bagus ke arah depan.
Nana langsung mengalihkan tatapannya ke arah tunjukkan tersebut.
Boom!
Benar, di depan sana ada Aldo dan juga Ningsih.
Melihat keberadaan perempuan tersebut di sana entah mengapa membuat Nana menjadi kesal. Keinginannya yang tadi sangat besar untuk bertemu dengan Aldo, sekarang lenyap begitu saja ketika melihat kedua orang yang berada di depan sana terlihat tengah membicarakan sesuatu.
Mata Nana melotot ketika melihat Ningsih yang berani memegang tangan milik Aldo. "Sial! Kenapa gue jadi panas gini lihatnya. Lagian kenapa si Aldo gak nepis tuh tangan perempuan coba! Kesel gue!"
"Pulang aja lah kita, dek. Udah gak mood teteh" ucap Nana sambil menepuk pundak sang adik.
"Yakin mau pulang, teh? Tinggal jalan sedikit lagi sampai loh" tanya Bagus.
"Pulang, dek! Sekarang!" tekan Nana.
Bagus yang mendengar perubahan suara dari sang teteh pun akhirnya melajukan motornya untuk kembali ke rumah.
Nana masih melihat jika kedua orang yang ada di sana masih terlihat mengobrol. Entah apa yang mereka bicarakan. Nana benar-benar begitu kesal melihatnya.
"Kenapa gue jadi kesel gini sih? Kaya orang lagi cemburu aja. Wait--- apa gue cemburu?"
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened in Bandung? (END)
ChickLitNana kira dengan pergi berlibur ke tempat sang paman di kota Bandung akan membuat masa healingnya berjalan dengan damai. Namun, dugaannya salah. Pertemuannya dengan seorang lelaki bernama Aldo membuat hari Nana menjadi kacau. Namun, Bagaimana jadin...