Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...----------------------------------
TUMBANGHari ke tujuh di kampung paman dan juga bibinya Nana tiba-tiba saja mengalami demam. Entah apa yang menyebabkan gadis itu menjadi demam hingga membuat gadis berkulit putih itu kini terbaring di tempat tidurnya dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
"Bibi panggilin nak Aldo ke sini ya teh buat periksa kamu? Bibi khawatir, apalagi lihat kamu menggigil kaya gini."
Ucapan dari bibinya itu sontak membuat Nana menggeleng lemah. "Gak usah, bi. Palingan ini bentar lagi juga sembuh."
"Teh, jangan ngeyel. Nurut aja sama ibu. Lihat tuh, teteh badannya panas banget mana badan teteh menggigil gitu. Dari pada tambah parah biar di periksa sama bang Aldo aja" sahut Bagus.
"Udah, Gus. Kamu jemput nak Aldo sekarang. Kalau nurutin tetehmu ini gak bakal dia iyain" ucap bibi Ayu final.
Bagus pun mengangguk dan kemudian pergi untuk menjemput Aldo. Sedangkan Nana, dia hanya bisa pasrah ketika bibinya itu malah menyuruh lelaki yang di jauhi ke sini.
"Teh, ini minum dulu teh hangatnya."
Suara yang berasal dari sang paman membuat Nana langsung bangkit dan bersandar di kepala ranjang. "Makasih, paman. Maaf kalau teteh ngerepotin kalian."
"Syut! Teteh itu udah bibi anggap kaya anak bibi sendiri. Jadi, kamu gak perlu berterima kasih kaya gitu" sahut bibi Ayu.
Nana pun tersenyum. Dia benar-benar merasa bersyukur memiliki keluarga seperti paman dan juga bibinya ini.
"Udah, ayo di minum dulu tehnya."
Mendengar suara berat dari sang paman, Nana pun meminum teh tersebut.
"Teteh rebahan aja dulu sambil nunggu Bagus dan nak Aldo datang" perintah bibi Ayu.
Nana pun mengangguk dan kemudian merebahkan tubuhnya kembali.
*****
Di tempat lain, Aldo yang mendengar jika Nana tengah sakit itu pun seketika menjadi khawatir dan bergegas menyiapkan peralatannya untuk berangkat ke rumah paman dari gadis tersebut. Untungnya, saat ini telah jam istirahat. Jadi, Aldo bisa dengan leluasa pergi dari puskesmas.
Sampai di rumah paman Danu, Aldo pun dengan cepat turun dari motor milik Bagus dan meninggalkan pemuda itu yang tengah sibuk memarkirkan motornya.
"Bang! Tungguin elah!"
Bagus pun dengan cepat menyusul Aldo dan ketika sampai di dalam, dia melihat lelaki itu tengah terdiam sambil celingukan ke seluruh rumahnya.
"Nyari kamar teteh kan? Itu kamarnya yang pintu warna putih."
Bagus pun berjalan lebih dulu dan dengan pelan membuka pintu berwarna putih tersebut.
Ketika pintu di buka, Aldo bisa melihat dengan jelas Nana yang tengah terbaring dengan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya.
"Nah! Akhirnya, nak Aldo datang juga. Tolong periksa si teteh ya, nak Aldo."
Suara dari bibi Ayu sontak membuat Aldo menatap wanita setengah baya tersebut dan kemudian menyaliminya.
"Aku izin periksa dulu ya, bi."
Mendengar ucapan dari lelaki di depannya sontak membuat bibi Ayu tersenyum. "Silahkan, nak Aldo. Itu sudah tugas kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened in Bandung? (END)
ChickLitNana kira dengan pergi berlibur ke tempat sang paman di kota Bandung akan membuat masa healingnya berjalan dengan damai. Namun, dugaannya salah. Pertemuannya dengan seorang lelaki bernama Aldo membuat hari Nana menjadi kacau. Namun, Bagaimana jadin...