Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...------------------------------------
HEART TO HEARTSuasana di ruang tamu begitu terlihat canggung antara sepasang laki-laki dan perempuan yang tak lain adalah Aldo dan juga Nana.
Kedatangan Aldo ke kediamannya membuat Nana benar-benar merasa begitu terkejut. Nana tidak menyangka jika lelaki yang duduk di depannya ini mengetahui alamat kediaman orang tuanya di sini.
"Apa kabar, Nay?"
Ucapan dari lelaki di depannya membuat Nana sontak mendongakkan wajahnya yang semula menatap ke bawah. "Aku, baik. Kamu?"
"Gak sebaik sebelum aku bertemu kamu" jawab Aldo.
"Em, Do. Kamu tau alamat rumah ini dari mana?" tanya Nana hati-hati.
"Bagus yang memberitahu alamat rumah ini."
Jawaban tersebut membuat Nana terdiam. Lagi-lagi adik sepupunya itu berulah pikirnya.
"Aku boleh tanya sesuatu sama kamu, Nay?" tanya Aldo dengan tatapannya yang lekat.
"Boleh. Kamu mau tanya apa?"
"Kenapa saat kamu pulang kemarin, kamu gak ngasih tau aku? Aku kemarin benar-benar menunggu balasan pesan dari kamu."
Nana terdiam.
Ada setitik rasa bersalah dalam hati Nana terhadap Aldo. Saat lelaki itu menunjukkan keseriusannya kepada dirinya, dia malah seperti tidak menghargai lelaki di depannya saat ini.
"Na ..."
Panggilan dari Aldo membuat Nana tersadar dari keterdiamannya. "Maaf, Do. Maaf karena aku gak ngasih tau kamu saat itu."
"Aku bukan mau mendengar permohonan maaf kamu, Nay. Aku hanya mau mendengar jawaban kamu atas pertanyaan ku" sanggah Aldo.
Nana pun menarik nafasnya dan kemudian memberanikan dirinya untuk menatap mata lelaki di depannya. Jujur saja, sejak tadi dirinya merasa begitu canggung untuk menatap mata lelaki tersebut. "Saat itu aku sedang merasa panik. Bahkan, karena kepanikan itu membuat aku gak bisa berpikir dengan jernih."
"Panik? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Aldo lagi.
Nana kembali terdiam. Satu hal yang ada di pikirannya saat ini, apakah dia harus menceritakan segalanya kepada Aldo, termasuk alasan kepulangannya kemarin?
"Na ..." panggil Aldo.
Nana menatap dalam mata milik Aldo. Ada setitik keyakinan di hati Nana untuk menceritakan semuanya kepada Aldo ketika melihat mata lelaki tersebut.
"Do, entah kenapa aku pengen kamu tau tentang aku dan juga tentang semuanya yang pernah terjadi di dalam hidupku, termasuk tentang alasan kepulangan ku kemarin."
"Aku gak tau harus mulai cerita dari mana. Aku cuman pengen kamu dengar semua apa yang aku ucapin. Setelahnya, kamu bisa menilai sendiri."
Setelah mengatakan itu, Nana pun mulai menceritakan semuanya kepada Aldo, di mulai dari kisah percintaannya, alasannya pergi ke kampung sang paman, sampai pada alasan kepulangannya kemarin. Semua itu Nana ceritakan kepada Aldo tanpa ada yang dia tutup-tutupi sama sekali.
Di lain sisi, Aldo yang selesai mendengar cerita dari gadis di depannya itu pun termenung. Satu yang ada di pikirannya saat ini, apa Nana masih mencintai lelaki bernama Raka itu?
"Na, apa kamu mencintai Raka?"
Nana mengangguk dan anggukan tersebut membuat Aldo merasakan sakit di hatinya.
"Aku memang mencintai Raka. Tapi, itu dulu. Sampai akhirnya aku bertemu dengan kamu, Do."
Aldo yang tadinya merasa putus asa, kini sedikit merasakan ada harapan yang muncul di hatinya ketika mendengar ucapan yang berasal dari Nana.
"Rasa cintaku kepada Raka semuanya sudah hilang, Do. Bahkan, setitik pun sudah gak ada lagi di dalam hati aku. Aku hanya menghargai Raka sebagai seorang teman, tidak lebih."
"Raka adalah masa laluku. Dan aku gak pengen kehidupanku terpatok dengan masa lalu. Perjalanan hidupku masih panjang dan aku pengen menjalani kehidupan itu dengan seseorang yang seperti kamu, Aldo."
Deg!
Jantung Aldo seketika berdebar dengan begitu cepat ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nana. "Maksud kamu apa, Nay?"
"Jawaban atas pertanyaan yang beberapa waktu lalu sempat kamu tanyakan ke aku akan aku jawab sekarang, Do."
Nana pun terdiam dan mengambil nafasnya sejenak. "Aku juga memiliki perasaan yang sama seperti apa yang kamu rasakan, Do. Sekarang, aku sudah benar-benar yakin terhadap perasaan ku sendiri."
"Na ..." ucap Aldo dengan wajah tak percaya.
"Setelah semua yang kita lewati, meskipun itu hanya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, kamu berhasil membuat aku jatuh cinta sama kamu, Do" ucap Nana tulus.
"Nay, kamu serius dengan apa yang kamu katakan?" tanya Aldo yang benar-benar di buat speachless.
"Aku serius, Do. Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu. Setelah apa yang pernah kita lalui, aku yakin kamu adalah masa depanku" jawab Nana dengan senyuman di wajahnya.
Tanpa pikir panjang, Aldo langsung bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya mendekat ke arah Nana. Aldo pun mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Nana yang duduk di atas sofa tersebut. Aldo tersenyum dan kemudian membawa tubuh Nana ke dalam dekapannya.
"Terima kasih, Nay. Terima kasih karena sudah membalas perasaanku. Aku benar-benar merasa bahagia."
Nana tersenyum dan tangannya yang melingkari tubuh tegap Aldo tersebut mengelus punggung lelaki itu dengan lembut. "Seharusnya aku yang berterima kasih sama kamu, Do. Terima kasih karena kamu dengan sabar menunggu aku dan terima kasih karena kamu masih peduli sama aku setelah apa yang aku lakuin sama kamu kemarin."
Nana pun memejamkan kedua matanya sambil merasakan dekapan hangat dari tubuh milik Aldo. "Terima kasih karena kamu sudah hadir di dalam hidup ku, Do. Aku benar-benar bersyukur atas itu."
Tanpa kedua orang itu sadari, sedari tadi ada lima orang yang mengintip mereka dari balik tembok. Dan orang-orang di balik tembok tersebut tersenyum dengan pikiran mereka masing-masing.
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened in Bandung? (END)
ChickLitNana kira dengan pergi berlibur ke tempat sang paman di kota Bandung akan membuat masa healingnya berjalan dengan damai. Namun, dugaannya salah. Pertemuannya dengan seorang lelaki bernama Aldo membuat hari Nana menjadi kacau. Namun, Bagaimana jadin...